Yotam dan Ahas, Raja-raja Yehuda

Devotion from 2 Raja-raja 15:32-16:20

Penjelasan
Setelah membahas kejatuhan Israel, kitab ini sekarang membahas kejatuhan Yehuda. Kejatuhan yang dimulai oleh kejahatan raja Ahas. Bagian pertama, yaitu 2 Raja-raja 15:32-38 membahas tentang raja Yotam. Raja ini adalah raja yang baik. Dia melanjutkan pemerintahan ayahnya, Azarya, ketika ayahnya terkena kusta. Dia dengan setia menjalankan pemerintahan Yehuda sehingga pada zaman dia Tuhan belum memberikan hukuman apa pun bagi Yehuda. Namun demikian, tanda-tanda kehancuran Yehuda sudah mulai terlihat. Di dalam 2 Raja-raja 15:37 dikatakan bahwa Rezin, raja Aram, dan Pekah, raja Israel, mulai bersiap untuk menyerang Yehuda. Tetapi serangan mereka dan kehancuran yang mereka akibatkan akan dipakai Tuhan sebagai hukuman bagi anak Yotam, yaitu Ahas.

Ahas adalah raja Yehuda yang paling berdosa. Dia bukan hanya menyembah berhala, tetapi juga membakar anaknya sendiri untuk persembahan bagi para berhala. Tingkah laku yang sangat menjijikkan bagi Tuhan (Yer. 7:31). Ahas adalah raja yang paling berani berdosa, bahkan mengalahkan keberdosaan raja-raja Israel! Perbuatannya membuat Tuhan murka kepada dia dan kepada seluruh Yehuda. Tuhan pun menggerakkan raja Aram dan raja Israel untuk memukul Yehuda. Bahkan kekalahan yang ditimbulkan oleh Israel bagi Yehuda sangat besar. Ratusan ribu orang mati karena serangan itu. Karena terjepit oleh Aram dan Israel, Ahas membayar orang-orang Asyur untuk menolong dia. Tetapi orang Asyur malah menekan Ahas sehingga kesulitan Ahas bahkan menjadi makin besar. Selain Aram dan Israel, sekarang dia malah mendapatkan serangan dari Asyur. Tetapi di tengah-tengah kesulitan yang demikian besar Tuhan tetap belum membuang Yehuda. Mengapa Tuhan masih mempertahankan Yehuda? Bagian selanjutnya dari kitab ini mengisahkan pembuangan Israel ke Asyur. Tetapi mengapa Yehuda yang tidak kalah jahatnya tetap belum dibuang oleh Tuhan? Bukan hanya itu, bahkan Tuhan masih akan membangkitkan dua raja yang benar di tengah-tengah Yehuda. Tuhan melakukan itu karena janji-Nya melalui nabi-Nya dari Yehuda, yaitu bahwa Dia akan membangkitkan seorang bernama Yosia untuk menghancurkan bukit-bukit pengorbanan yang didirikan oleh Yerobeam (1Raj. 13:2-3). Tuhan sendirilah yang beranugerah dan berjanji bagi Yehuda. Itu sebabnya kehancuran Yehuda belum akan terjadi meskipun Ahas telah bertindak begitu rusak dan penuh dengan kejahatan.

Untuk direnungkan:
Ketika Ahas jatuh ke dalam penyembahan berhala, bukankah Tuhan sangat murka? Tetapi kesabaran Tuhan telah dinyatakan jauh sebelum Ahas. Bahkan ketika kerajaan Israel pertama kali terpecah, Tuhan sudah lebih dahulu memutuskan akan membangkitkan seorang raja bernama Yosia untuk menghancurkan mezbah-mezbah berhala. Di sini kita lihat bahwa alasan satu-satunya sebuah bangsa tidak dihancurkan oleh Tuhan, meskipun mereka begitu rusak, adalah karena belas kasihan Allah yang dinyatakan bagi bangsa itu. Tidak ada yang layak menerimanya, tetapi Tuhan memberikannya karena anugerah. Yehuda tidak lebih baik dari Israel. Mereka juga terus menerus gagal setia kepada Tuhan. Lalu apakah yang mempertahankan kerajaan itu tetap utuh? Karena janji Tuhan. Ini jugalah yang harus kita renungkan di dalam hidup kita. Segala kegagalan kita tidak akan membatalkan apa yang telah Tuhan janjikan. Sama seperti Yehuda, gereja Tuhan juga bukanlah kelompok yang sanggup mempertahankan kesetiaan kita terhadap perjanjian. Tetapi anugerah Tuhan yang berjanji akan memelihara gereja-Nya, itulah yang membuat kita dapat terus berharap. Inilah perbedaan mengikuti Tuhan dengan menyembah berhala. Mengikuti Tuhan berarti berpegang erat kepada janji Tuhan. Janji-Nya bagi umat-Nya akan terus bersandar kepada kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya. Inilah yang menjadi dasar mengapa Tuhan terus berbelas kasihan kepada umat-Nya yang tidak layak.

Tetapi meskipun demikian, Tuhan tetap murka karena tindakan Ahas. Tuhan tetap mengirimkan Israel, Aram, dan juga Asyur untuk membuat Yehuda berada dalam keadaan terjepit. Apakah reaksi Ahas? Dia malah bertindak lebih menjijikkan, yaitu mempersembahkan anaknya kepada berhala. Tindakan mempersembahkan anak adalah tindakan yang dilakukan oleh para pengikut Molokh ketika dia berada dalam keadaan terdesak (lihat misalnya 2Raj. 3:26-27). Di tengah-tengah penghukuman Tuhan, yang dilakukan Ahas bukan bertobat dan kembali kepada Tuhan, tetapi dia bertindak lebih jahat dengan mengikuti cara-cara yang sangat berdosa. Tuhan memberikan keadaan terdesak kepada Ahas dengan maksud pertobatan. Tuhan tidak pernah hanya bermain-main dengan umat-Nya. Segala penghukuman yang Dia berikan kepada umat-Nya adalah untuk membuat mereka bertobat. Tuhan tidak pernah menghina seruan pertobatan yang diberikan ketika seseorang terdesak. Bukankah Tuhan mengasihani Yoahas, raja Israel, ketika dia berseru kepada Tuhan di tengah-tengah hukuman yang Tuhan berikan? Tetapi tidak demikian dengan Ahas. Ketika Tuhan mengirimkan bangsa Israel, Aram, dan Asyur untuk menghancurkan Ahas, dia tidak bertobat dan berseru kepada Tuhan. Dia malah memohon kepada Molokh dan membakar anaknya di dalam keadaan terdesak untuk memohon pertolongan dari para berhala yang Tuhan sangat benci.

Biarlah dua hal ini boleh menjadi renungan pribadi kita. Ketika Tuhan memelihara kita, mengampuni dosa kita, dan membuat kita aman sebagai anak-anak-Nya, biarlah kita ingat bahwa itu semua karena Tuhan setia kepada perjanjian-Nya. Biarlah kita terus hidup dengan rendah hati di hadapan Tuhan karena sebagai orang berdosa, tidak ada satu pun di dalam diri kita yang dapat menyenangkan hati Tuhan. Satu-satunya alasan Dia mengasihani kita adalah kesetiaan-Nya kepada perjanjian-Nya. Itulah jaminan keamanan kita. Bukan berdasarkan kesetiaan kita, tetapi berdasarkan kesetiaan Tuhan. Tetapi, walaupun demikian, kita harus sungguh-sungguh menyadari bahwa Tuhan tetap akan menguji keadaan iman kita. Tuhan akan mengizinkan kita berada dalam keadaan terdesak dan memberikan kesempatan bagi kita untuk berpaling kepada Dia dan berharap hanya kepada Dia. Setiap orang yang telah beriman kepada Tuhan akan melihat Dia sebagai satu-satunya pertolongan dan harapan. Umat-Nya yang sejati akan berseru kepada Tuhan di dalam keadaan terjepit. Tetapi orang-orang yang tidak sungguh-sungguh menjadi milik Tuhan akan melihat kepada cara dunia ini untuk keluar dari kesulitan. Dia akan melihat bahwa cara menyogok adalah hal paling ampuh untuk keluar dari keadaan sulit. Dia akan melihat bahwa tunduk kepada orang-orang penting adalah cara paling ampuh untuk memperoleh keamanan hidup. Bahkan mungkin ada yang melihat bahwa memberikan sesajen atau mengikuti tata cara tradisi penyembahan berhala akan membuat kita menjadi aman. Ada yang percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib untuk menolong. Ini semua adalah hal yang Tuhan sangat benci. Tidak tahukah kita bahwa Dialah sumber kekuatan sejati? Jika kita telah mengetahuinya, biarlah kita hidup dengan mata yang hanya mengharapkan Tuhan saja. Di saat terjepit, di saat kesulitan, di saat terdesak, biarlah kita belajar berseru kepada Tuhan, bukan berpegang pada cara-cara palsu di luar Tuhan.

Pertanyaan renungan

  1. Hal-hal apakah yang membuat kita merasa tidak layak di hadapan Tuhan? Lalu, di tengah-tengah begitu banyaknya hal yang membuat kita tidak layak, mengapa sekarang kita boleh menjadi salah satu dari umat tebusan-Nya? Apakah yang membuat kita layak?
  2. Pernahkan kita berada dalam kesulitan yang sangat berat? Apakah yang membuat kita berada dalam kesulitan itu? Apakah Allah menjadi sumber pengharapan kita ketika itu? (JP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami