Pendirian Bait Allah

Devotion from:

1 Raja-raja 6:1-38

Pasal 6 ini adalah pasal yang sangat penting dalam Kitab 1 Raja-raja karena menceritakan peristiwa penggenapan janji Tuhan kepada Daud tentang anak Daud yang akan mendirikan bait bagi Allah. Salomo, anak Daud, mendirikan bait. Ini merupakan penggenapan langsung dari janji Allah. Tetapi yang perlu kita ingat adalah bahwa janji Allah di dalam Perjanjian Lama sering kali mempunyai penggenapan ganda, yaitu penggenapan langsung dan penggenapan puncak, yaitu di dalam peristiwa kedatangan Kristus. Penggenapan janji Allah kepada Daud juga memiliki penggenapan ganda. Salomo adalah penggenapan langsung, sedangkan Yesus Kristus adalah penggenapan puncak. Demikian juga dengan Bait Allah yang didirikan. Bait Allah Salomo adalah penggenapan langsung, dan gereja yang adalah Tubuh Kristus, adalah penggenapan puncak. Sebagai penggenapan langsung, Bait Allah Salomo memiliki hal-hal yang menjadi simbol bagi keseluruhan rencana Allah bagi umat-Nya yang akan digenapi di dalam Kristus.

Ayat 1 melaporkan dengan detail hingga ke bulan pembangunan Bait Allah dimulai. Pelaporan ini dilakukan karena pembangunan bait adalah puncak dari pemanggilan Salomo. Salomo dipanggil terutama untuk membangun bait. Perhatikan paralel yang terjadi di dalam Alkitab. Musa dipanggil untuk memimpin Israel untuk keluar dari Mesir. Di padang gurun, setelah Israel keluar dari Mesir, Tuhan berfirman kepada Musa untuk memimpin pembuatan kemah suci atau tabernakel. Demikian juga dengan Salomo. Dia dipakai Tuhan untuk membangun Bait Suci setelah sebelumnya Tuhan bekerja memakai Daud untuk menghancurkan musuh Israel, yaitu Filistin. Mesir dihancurkan, lalu puncaknya adalah tabernakel didirikan. Itulah Zaman Musa. Filistin dihancurkan, lalu puncaknya adalah Bait Suci didirikan. Itulah Zaman Kerajaan Daud. Kemenangan perang Israel bukanlah kemenangan politik atau militer, tetapi tanda karya Tuhan menggenapi rencana keselamatan-Nya semakin dekat. Itulah sebabnya kemenangan mereka memuncak di dalam membangun tabernakel atau Bait Suci, sebagai simbol bahwa kehadiran Tuhan untuk menggenapkan rencana keselamatan-Nya semakin dekat.

Bait itu mempunyai tiga bagian utama, yaitu bagian terluar, bagian dalam, dan bagian maha kudus. Surat Ibrani mengatakan bahwa bagian maha kudus ini adalah simbol dari ibadah Israel yang mengharapkan adanya kegenapan janji Tuhan untuk masuk ke dalam tempat kudus Allah (Ibr. 9:8, 9, 24, dan 25). Ibadah Israel melambangkan bahwa kegenapan janji itu masih dinantikan, belum terjadi/genap. Kristuslah kegenapan janji itu. Kemudian, selain menggambarkan adanya tempat maha kudus, Bait Suci juga mempunyai susunan arsitektural yang mencerminkan Taman Eden.i Cerminan Taman Eden ini terlihat dari bagian dalam bait yang ditutup dengan kayu dan tembok yang dipenuhi dengan ukiran buah-buahan dan pepohonan (1Raj. 6:14-18). Tetapi, sebagaimana kerub berjaga-jaga supaya manusia tidak masuk ke jalan menuju pohon kehidupan (Kej. 3:24), demikian juga ada ukiran kerub yang menjaga jalan masuk menuju tempat maha suci (1Raj. 6:23-27). Salomo juga melapisi dengan emas ukiran-ukiran kerub, lantai, serta ukiran pepohonan di dalam Bait Suci. Ini akan memberikan suasana surgawi yang digabungkan dengan suasana Taman Eden. Bait itu dengan sangat indah berkhotbah melalui semua hal ini bahwa umat Tuhan beribadah kepada Tuhan dengan menantikan persekutuan yang sempurna dengan Tuhan dan dengan menantikan pemulihan dari seluruh ciptaan ini sehingga Taman Eden surgawi dapat dinyatakan kepada setiap umat Tuhan.

Setelah kedatangan Kristus, maka kegenapan janji ini terjadi dengan sempurna. Surat Ibrani yang telah kita lihat di atas (Ibr. 9:24-25) memberikan pengajaran bahwa Kristuslah yang membuka jalan menuju kepada tempat maha suci (yang melambangkan tempat kediaman Allah). Bait Suci sedang menyatakan bahwa sebelum Kristus datang, umat Tuhan hanya dapat beribadah di luar, yaitu di bagian dalam bait, tetapi bukan pada bagian terdalam yang maha kudus. Umat Tuhan bukan orang-orang kafir yang tidak mengenal Tuhan, tetapi mereka juga belum masuk ke tempat kediaman Tuhan. Kristuslah yang meruntuhkan tembok pemisah. Kematian Kristuslah yang memberikan akses bagi umat Tuhan untuk dapat bersekutu dengan Allah dengan limpahnya. Ini juga digambarkan dengan dekorasi Taman Eden yang banyak dihiasi dengan benda-benda berlapis emas. Taman Eden yang akan datang, bukan yang telah lalu. Taman yang melambangkan dunia yang telah diperbarui oleh Tuhan. Dunia yang kembali melihat kemuliaan Tuhan bersinar di dalamnya melalui takhta Allah dan takhta Anak Domba Allah (Why. 21:22-23). Bait Suci adalah simbol untuk pengharapan kehadiran Allah di mana penggenapannya adalah kedatangan Kristus, Allah yang menyertai umat-Nya (Mat. 1:23).

Untuk direnungkan:

  1. Bait Suci menjadi simbol pengharapan umat Allah akan kehadiran Allah di mana Yesus Kristus adalah penggenapannya. Kita yang telah berada di dalam Kristus karena iman memperoleh penggenapan dari pengharapan Israel. Pengharapan yang dinantikan sangat lama dan yang tidak diperoleh oleh sebagian besar umat yang mengharapkannya. Banyak yang tidak lagi setia menantikan janji Tuhan dan karena itu iman mereka runtuh. Banyak yang berbagian menantikan janji Tuhan tanpa dapat merasakan penggenapannya. Banyak juga yang salah menantikan janji Tuhan sehingga menolak penggenapannya di dalam Kristus. Tetapi kita yang tidak pernah bergumul, ataupun lahir dari keturunan Israel yang menantikan penggenapan janji itu generasi demi generasi, kita diizinkan untuk mendapatkan apa yang tidak dapat diperoleh Israel. Israel gagal mendapatkannya karena mereka tidak beriman, sedangkan kita teguh di dalam Kristus karena iman (Rm. 11:20). Kegagalan kita untuk bersukacita dan sungguh-sungguh hidup di dalam Kristus merupakan dosa yang sangat besar jika kita ingat betapa panjang dan sulitnya Israel mengharapkan janji yang sekarang telah kita dapatkan. Puluhan generasi menantikan, tetapi generasi kafir seperti kita yang mendapatkan. Masihkah berani kita menjalani hidup Kristen yang sembarangan?

  2. Bait Suci juga menjadi simbol kehadiran Tuhan yang berpuncak pada masa kedamaian yang Tuhan anugerahkan bagi Salomo dan kerajaannya. Keadaan damai ini pun adalah gambaran dari keadaan damai sejati yang akan terjadi ketika Tuhan memulihkan segala ciptaan-Nya nanti. Salomo dianugerahkan kedamaian di seluruh kerajaannya agar dia bisa memberikan fokus untuk pembangunan Bait Allah. Refleksi bagi kita adalah: jika Tuhan mengizinkan kita mengalami hidup yang tenang dan cukup, atau bahkan mungkin sangat limpah, apakah kehidupan yang tenang dan penuh kelimpahan itu adalah untuk kita nikmati? Betapa mudahnya kita diperdaya dengan menganggap bahwa Tuhan memberikan segala ketenangan dan kelimpahan untuk kita nikmati di dalam hidup. Tetapi bacaan kita hari ini mengingatkan kita bahwa kedamaian yang Tuhan berikan kepada Israel adalah persiapan yang akan memuncak pada simbol kehadiran Tuhan, yaitu bait-Nya. Demikian juga segala kedamaian dan kelimpahan, jika Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita, harus diresponi dengan mempersiapkan semua itu demi kehadiran Tuhan. Apakah maksudnya “demi kehadiran Tuhan”? Maksudnya adalah kelimpahan dan ketenangan hidup yang Tuhan berikan kepada kita harus kita anggap sebagai cara yang Tuhan pakai untuk menyatakan pekerjaan-Nya dan kemuliaan-Nya. Kelimpahan bukanlah untuk dinikmati, tetapi kehadiran Allah, itulah yang seharusnya dinikmati. Inilah yang menjadi ajaran dari Agustinus. Jika kita menikmati alat, dan bukan tujuan akhir, maka kita sedang menikmati dengan cara yang bodoh. Jika ketenangan dan kekayaan adalah alat untuk sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain itulah yang seharusnya kita nikmati. Apakah sesuatu yang lain itu? Nama Tuhan yang agung dinyatakan, sifat Tuhan yang mulia diterapkan, dan kehadiran Tuhan yang kudus dihormati. Itulah sesuatu yang lain yang menjadi tujuan akhir dari segala hal yang ada di dalam hidup kita. (JP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami