Perilaku  Cerdas Pengguna Smartphone :

Perkembangan Sejarah Teknologi Komunikasi di Indonesia

 Oleh : Nico Tasiam
                 Wakasis SMA Ketapang 1

 Masyarakat kepulauan Indonesia sebagaimana kita dapat lihat dari hasil temuan-temuan arkeologis sudah mengembangkan kebudayaan  mengacu definisi dalam KBBI adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti kepercayaan, kesenian, dan adat istiadat[1] bahkan teknologipun sudah sangat dekat dengan bangsa kita dengan pengertian sebagai keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.[2] Sejarah perkembangan teknologi di Indonesia berbeda dengan negara lain meskipun banyak mendapat pengaruh dari pihak luar. Mulai dari teknik pahatan, pengecoran, penulisan dan  pembangunan tempat-tempat pemujaan/ makam dari batu-batu  besar pada zaman megalitikum (punden berundak, dolmen, waruga). Tempat-tempat  peninggalan sejarah teknologi di Indonesia berada pada pulau-pulau  besar maupun kecil. Karya monumental seperti candi Borobudur, komplek candi Prambanan, perahu jenis phinisi menjadi bukti tingginya peradaban bangsa di nusantara mengingat akan tingginya tingkat kesulitan pembangunan Masuknya penjajah dari Eropa (Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda dan Prancis) pada satu pihak mengurangi peran pera tadaban Hindu-Budha, Islam dan local tetapi di pihak lain mulai diperkenalkan dengan masuknya budaya teknologi Eropa. Mulailah datang serangkaian teknologi baru meriam, senapan, pembangunan benteng yang berkaitan dengan usaha penaklukan kerajaan-kerajaan di nusantara. Ketika Hindia-Belanda mulai mapan di Indonesia perlahan dan pasti bangsa pencipta peradaban mulai menjadi bangsa pengguna hasil teknologi barat berupa kereta dengan lokomotif, kapal uap, mesin pabrik, mobil jugaa pesawat mulai mewarnai kehidupan masyarakat. Kota-Kota besar di Jawa seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Jogjakarta dan Surabaya terhubung dengan gelang besi layaknya ramalan Jayabaya. Masyarakat dari golongan berada pribumi mulai menikmati tontonan film melalui bioskop sebagai momentum dekatnya dengan teknologi baru pada masanya. Indonesia d/h Hindia Belanda tidaklah tertinggal dalam pusaran teknologi dunia, bahkan kota Bandung dalam sejarah penerbangan pernah tercatat sebagai tempat persinggahan Amelia Earhart, penerbang solo wanita termasyur.

Masuknya teknologi ke dalam rumah menjadi tidak terbendung mulai dari jam, radio, televisi, setrika listrik, lemari es, mesin cuci, dan lainnya menjadikan masyarakat Indonesia menjadi pengguna teknologi. Kebutuhan terhadap informasi membuat radio dan televisi menjadi sangat akrab dengan teknologi ini, terlebih radio mulai terkenal saat para pemuda pelopor angkatan ‘45 berhasil mendengar kabar menyerahnya Jepang pada tentara sekutu pertengahan Agustus sehingga mereka mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan. Televisi mendapat momentum dikenal saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games awal tahun 1960-an pembangunan komplek olahraga Senayan yang megah tidak lengkap tanpa ada siaran yang memberitakan dengan media tercanggih pada masanya sehingga lahirlah stasiun televisi nasional TVRI.

Jaringan telepon bukan barang baru di Indonesia dengan penggunaan yang mengandalkan kabel puluhan tahun menjadi sangat akrab dengan masyarakat.  Pertengahan tahun 1990-an telepon genggam mulai masuk dan digunakan dengan sangat terbatas sekali karena harga masih sangat mahal untuk masyarakat kebanyakan. Alternatif lain masyarakat mencari alternatif lain dalam berkomunikasi tanpa kabel dengan kemampuan memfasilitasi pergerakan cepat manusia yaitu pager. Teknologi sederhana yang menyampaikan pesan singkat dimanapun kita berada dengan bantuan perusahaan operator. Teknologi pengalih yang lebih murah ini tidak lebih dari 5 tahun mengusai pasar telekomunikasi seiring dengan semakin murahnya harga telepon genggam dan meningkatnya kondisi ekonomi. Telepon genggam yang dipertengahan tahun 1990-an merupakan symbol memiliki status sosial orang yang memakai handphone pasti memiliki mobil semakin jauh kesini kebenaran asumsi tersebut semakin berkurang. Manusia yang tidak pernah berhenti dalam melakukan inovasi baru untuk mempermudah kehidupan ini. Pasar Indonesia mengalami serbuan dari ekspansi teknologi dunia mulai dari Nokia, Siemens, Eriksson Nokia, Blackberry, Samsung, Apple dan beragam lainnya dari Tiongkok. Apakah kita masih ingat perangkat telpon genggam kita pertama? Nokia “pisang” Eriksson flip ataupun Blackberry Gemini semua saat ini sudah menjadi bagian sejarah hidup kita. Sebagian dari produsen tersebut kini sudah mulai berguguran, menyerah dalam persaingan bisnis pemasaran global merebut hati pengguna.

Pasaran smartphone baru di Indonesia potensial sehingga berlomba-lomba produsen telepon genggam masuk dengan teknologi paling terbaru. Sebagian dari kita berusaha menganggap dengan menggunakan smartphone akan terlihat lebih pintar karena seseorang akan menjadi melekat bersama alat yang digunakan. Realitas masyarakat yang ada ternyata menunjukan telepon genggam tidak menggunakan secara optimal feature multi tasking sehingga teknologi masih sebagai atribut bukan alat bantu nyata manusia. Sebagian dari masyarakat sudah mampu menggunakan smartphone dengan berbagai kegunaan dan nilai lebih merupakan tahapan yang jelas bagaimana memanusiakan dirinya. Contoh dalam The Culture of Technology Arnold Pacey menjelaskan contoh kereta salju bermesin yang pada awalnya laku keras di Amerika Serikat tetapi masa kejayaan tidak lama. Pengguna yang tinggal di daerah dengan empat musim merasa tidak ekonomis karena penggunaannya terbatas pada musim tertentu saja sehingga mulai meninggalkannya. Konsumen di negara Alaska dan kutub utara menjanjikan pemakaian lebih lama tetapi mereka tidak bergantung kereta salju bermesin buatan pabrik, ada usaha untuk memodifikasi sesuai kebutuhan sendiri.[3]

Kemajuan teknologi tidak bisa terlepas dari rasa keingintahuan manusia dalam mempermudah kehidupan mereka sehingga terciptalah banyak alat bantu. Alat bantu ini disesuaikan dengan kebutuhan manusia atau apa yang mungkin menjadi kebutuhan manusia; jadi hakikatnya teknologi adalah alat mempermudah kehidupan manusia tidak lebih. Kembali pada smartphone,penggunaan cerdas pasti mendapat hampir seluruh nilai lebihnya meskipun jumlah mereka lebih kecil sedangkan pengguna mayoritas saat ini masih dalam lingkup pemakai minimal dari fasilitas yang ada. Sejarah perkembangan budaya teknologi  Indonesia tentulah tidak begitu sederhana seperti tulisan ini walaupun paling tidak kita mendapat sebuah gambaran singkat dari alur panjang sejarah. Penggunaan teknologi ini harus bijak dan mampu berbagi waktu dan membatasi diri terhadap pengaruh negatif dari informasi di tangan kita bisa mempengaruhi pemikiran dan perilaku sehari-hari. Penggunaan smartphone belum tentu menjamin kecerdasan dari seseorang. Tentu dengan smartphone kita akan banyak terbantu dalam berbagai aktivitas di zaman now ini. Catatan khusus bagi kita semua adalah Smart people  akan selalu menjadi orang cerdas dengan alat bantu apapun yang digunakan.

 

http://kamusbahasaindonesia.org/kebudayaan
http://kamusbahasaindonesia.org/teknologi
Arnold Pacey., The Culture of Technology., Massachusetts: The MIT Press, 1983.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami