Peristiwa-peristiwa Akhir dalam Zaman Yoram
Devotion from:
Bacaan kita hari ini merupakan catatan peristiwa-peristiwa terakhir sebelum bangkitnya Yehu untuk membunuh Yoram, raja Israel. Ini adalah bagian yang sangat penuh dengan perasaan-perasaan yang paradoks. Di satu sisi kitab ini menggambarkan kepada kita tentang Yoram yang berbelaskasihan kepada seorang janda. Bukan hanya peristiwa ini saja, tetapi peristiwa-peristiwa sebelumnya telah beberapa kali menggambarkan Yoram sebagai raja yang dekat dengan Elisa, mendengarkan nasihat-nasihat Elisa, dan yang mengagumi Elisa. Yoram bukanlah raja kejam yang bertindak keras kepada rakyatnya. Tetapi, di sisi yang lain, kegagalannya untuk setia kepada Tuhan dan juga karena kebencian Tuhan kepada keluarga Ahab, ayahnya, membuat dia harus disingkirkan dari takhta kerajaan Israel.
Peristiwa pertama yang dicatat adalah ketika janda dari Sunem, yang anaknya pernah dibangkitkan oleh Elisa, kembali ke Israel setelah sebelumnya tinggal di daerah orang Filistin selama 7 tahun. Dia pergi ke negeri orang Filistin selama 7 tahun sesuai dengan perintah Elisa yang menyuruhnya pergi karena akan ada bencana kelaparan di Israel. Setelah dia kembali, dia pun pergi menghadap raja untuk memperoleh kembali tanah, rumah, dan ladangnya yang dulu. Tanah itu kemungkinan sudah diambil oleh orang lain sehingga perempuan itu tidak mempunyai tempat di mana dia bisa tinggal dan mengusahakan ladang. Dia memohon kepada raja agar raja boleh memberikan kembali apa yang menjadi hak miliknya.
Pada waktu perempuan itu datang menghadap, raja sedang berbicara dengan Gehazi mengenai hal-hal ajaib yang diperbuat Elisa. Kekaguman raja menjadi makin besar karena peristiwa Elisa membangkitkan anak perempuan dari Sunem. Dengan waktu yang begitu sempurna, perempuan itu datang sehingga Gehazi mengatakan, “inilah perempuan yang dimaksud itu” (ay. 5). Setelah mendengar kisah-kisah dari Gehazi, raja Yoram, dengan kekagumannya kepada Elisa, memberikan kembali kepada perempuan itu apa yang menjadi miliknya. Betapa besar pengaruh Elisa bagi raja Yoram. Raja ini menghancurkan penyembahan terhadap Baal dan mau mendengar perkataan Elisa. Tetapi dia tetap belum sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan karena bukan cara ibadah yang Tuhan kehendaki yang dijalani oleh Yoram, melainkan cara ibadah yang sama dengan Yerobeam, cara yang dibenci oleh Tuhan (2Raj. 3:3).
Di sini kita melihat bahwa kekaguman Yoram kepada Elisa tidak mencegah Tuhan membuang dia. Tuhan tetap menyingkirkan dia karena dia tidak dengan sepenuh hati berpaut kepada Tuhan. Kekaguman kepada hamba Tuhan tidak selalu berarti kekaguman kepada Tuhan. Kesetiaan kepada hamba Tuhan tidak selalu berarti kesetiaan kepada Tuhan. Marilah kita belajar renungkan hal ini. Tokoh yang agung seperti Elisa pasti dikagumi begitu banyak orang. Tetapi apakah kekaguman itu adalah kekaguman yang ditujukan kepada Allah dan kepada Elisa sebagai hamba-Nya atau tidak? George Whitefield, seorang pengkhotbah kebangunan rohani yang besar, mempunyai banyak pengikut. Dua di antara begitu banyak pengikutnya yang setia mengikuti khotbah-khotbahnya adalah Benjamin Franklin dan David Hume. Keduanya bukan orang percaya dan tidak pernah bisa diyakinkan menjadi orang percaya. Tetapi mereka sangat menghormati Whitefield dan senang mendengar dia berkhotbah. Apakah mereka menghormati Whitefield karena mereka menghormati Allah? Tidak. Demikian juga Allah tidak akan menghargai kekaguman yang tidak berkait dengan kekaguman kepada Dia. Kekaguman Yoram kepada Elisa tidak mencegah peristiwa yang berikutnya, yaitu nubuat pengangkatan Hazael menjadi raja Aram yang akan menghancurkan Israel, dan pengurapan Yehu yang akan membunuh Yoram. Pada siapakah kekaguman kita? Pada Tuhan? Atau sebatas pada hamba Tuhan saja?
Ayat 7-15 mencatat perjalanan Elisa ke Damsyik, kota orang Aram. Dia datang atas undangan Benhadad yang sedang sakit parah. Bagian ini menunjukkan sifat internasional dari suara nabi Tuhan. Nabi Tuhan tidak dibatasi hanya untuk Israel saja. Tuhan mengatakan bahwa terlalu kecil jika suara nabi-Nya hanya didengar oleh satu bangsa saja (Yes. 49:6). Ini juga yang akan digenapi dalam pelayanan para murid Tuhan Yesus. Mereka menyatakan siapa Kristus kepada seluruh bangsa karena terlalu sedikit jika berita tentang Anak Allah hanya didengar oleh Israel dan Yehuda saja. Tuhan adalah Allah seluruh bumi, maka suara-Nya adalah suara bagi seluruh bumi. Elisa diundang ke Damsyik agar bisa memberikan nubuat dan petunjuknya untuk keadaan Benhadad yang sakit itu. Setelah kabar kedatangan Elisa tiba, raja Benhadad menyuruh Hazael, pegawainya, memberikan persembahan dan pergi menyambut Elisa dengan perkataan hormat dengan menyebut Benhadad sebagai anak dan Elisa sebagai bapa (ay. 9). Elisa mengatakan bahwa Benhadad akan sembuh. Dia akan sehat kembali, namun dia juga akan dibunuh. Elisa terus diam melihat Hazael lalu dia pun menangis. Dia menangisi bangsanya yang harus dihancurkan di tangan Hazael. Dihancurkan karena ketidaksetiaan mereka. Dihancurkan dengan sangat kejam oleh Aram. Elisa, yang hatinya sangat mencintai bangsanya, dengan penuh kesedihan mengatakan bahwa Hazael akan dipakai Tuhan untuk menghancurkan benteng-benteng Israel dan membunuh rakyat Israel dengan kejam sebagai bentuk penghukuman Tuhan. Hazael akan mengalami kemenangan besar atas Israel, jauh melampaui yang pernah dilakukan oleh raja Aram mana pun. Ini sesuai dengan nubuat Tuhan kepada Elia (1Raj. 19:15-17).
Hazael akhirnya membunuh Benhadad dengan mencekik dia mati dengan selimut basah. Dia menggantikan Benhadad menjadi raja, dan pemusnah Israel yang dinubuatkan Tuhan kepada Elia di gunung Horeb sekarang naik takhta. Inilah kisah dramatis mengenai pemusnah umat Tuhan yang diangkat oleh Tuhan sendiri dan dinubuatkan oleh nabi Tuhan. Seorang yang didorong untuk merebut takhta melalui nubuat Elisa. Seorang yang akan Tuhan berikan kekuatan besar untuk menghukum bangsa pilihan-Nya yang tidak pernah mau kembali kepada Dia. Hazael akan menaklukkan Israel setelah sebelumnya Benhadad selalu gagal. Bayangkan betapa besar pengaruh kekuatan Daud-Salomo yang masih tersisa hingga beberapa generasi kemudian. Raja-raja besar seperti Mesir dan Etiophia pernah berusaha menaklukkan Yehuda, tetapi mereka gagal. Raja-raja Aram beberapa kali memerangi Israel dan Samaria dengan hasil kekalahan karena penyertaan Tuhan bagi Israel. Tetapi penyertaan itu akan berubah. Mulai dari Hazael, hingga akhirnya raja Asyur, Israel mulai ditaklukkan perlahan-lahan hingga akhirnya dibuang sama sekali.
Keamanan, kemampuan memerintah, dan kedekatan dengan rakyat dan nabi sekalipun, bukanlah merupakan tanda bahwa Tuhan berkenan kepada raja Israel. Jikalau mereka tidak setia menyembah Tuhan, maka Tuhan akan membuang mereka. Raja-raja Israel berbeda dengan raja-raja dunia. Tuhan menuntut raja-raja dunia berbelaskasihan kepada yang tertindas dan melaksanakan keadilan tanpa memihak. Tetapi raja-raja Israel, selain dituntut untuk menjalankan hal yang sama, juga dituntut untuk bisa menjadi pemimpin yang menyembah Tuhan dan menjadi contoh untuk perasaan takut akan Tuhan. Israel dibuang karena mereka gagal menyembah Tuhan. Mereka bahkan menyembah berhala dan memasukkan semua cara ibadah agama-agama kafir ke dalam budaya mereka sendiri.
Untuk direnungkan:
Biarlah kita terus diingatkan untuk memiliki hati yang tertuju kepada Tuhan. Jangan gantikan relasi dan kekaguman kepada Tuhan dengan relasi dan kekaguman kepada manusia. Biarlah kita juga diingatkan bahwa Tuhan adalah Allah yang penuh belas kasihan tetapi juga adil dan akan menyatakan keadilan-Nya agar nama-Nya yang mulia dikenal. Itu sebabnya biarlah kita juga mengasihi Dia dengan kasih yang seimbang dengan perasaan hormat dan takut akan Dia demi kemuliaan nama-Nya. Hormat kepada manusia (dan kepada hamba Tuhan sekalipun), meskipun sangat perlu, tetap harus berada di bawah hormat kita kepada Allah kita. Kasih kita kepada manusia, yang harus sungguh-sungguh dimiliki setiap orang, adalah sesuatu yang mengalir karena kita mengasihi Allah. Kiranya Tuhan mampukan kita memiliki hati yang berpaut pada Dia. (JP)