Perlindungan Allah terhadap Takhta Daud

Devotion from:

2 Raja-raja 11:1-21

Penjelasan
Bagian hari ini mengisahkan tentang kisah naiknya raja termuda Yehuda, yaitu Yoas. Dua hal perlu diingat dalam membaca bagian ini. Yang pertama adalah kedekatan relasi Israel dengan Yehuda. Kedekatan yang terjadi dari Yosafat, raja Yehuda, hingga Ahazia, ayah Yoas di Yehuda, semua membawa hal yang sangat buruk bagi Yehuda karena menyeret Yehuda ke dalam pengaruh penyembahan berhala dari Israel. Yang kedua adalah kaitan pengaruh buruk itu dengan dua orang perempuan bernama Izebel dan Atalya. Atalya adalah anak Ahab dengan Izebel, dan sama seperti jahatnya Izebel, demikian juga Atalya menunjukkan kekejamannya dengan ambisi ingin menjadi penguasa di Yehuda.

Ayat 1 mengatakan bahwa setelah kematian anaknya, raja Ahazia, Atalya ingin menguasai takhta dengan membunuh anak-anak Ahazia. Berarti dia membunuh semua cucunya sendiri! Perempuan gila yang haus kekuasaan, inilah Atalya. Keserakahan dan kekejaman berkali-kali digambarkan ada pada seputar naik atau matinya seorang raja di Israel dan Yehuda. Di Yehuda tidak pernah terjadi pergantian dinasti, tetapi ini tidak berarti tidak ada pembunuh kejam yang berusaha memutus dinasti satu-satunya yang sah untuk memerintah di Yehuda, yaitu dinasti Daud. Atalya ingin memutus garis Daud sehingga pemerintahan Yehuda berjalan dengan cara yang sama kafirnya dengan pemerintahan Israel. Dia ingin memusnahkan keturunan Daud. Mungkinkah ini terjadi? Pasti tidak mungkin, karena Tuhan tidak akan membiarkan. Mengapa Atalya ingin melakukan itu? Dia sedang menjadi alat Iblis yang memakai ketamakannya akan kuasa untuk memusnahkan janji Allah akan Sang Mesias. Jika Sang Mesias dijanjikan dari keturunan Daud, bukankah itu berarti satu-satunya cara menggagalkan janji itu adalah dengan memusnahkan satu-satunya garis keturunan penerima janji itu, yaitu garis keturunan Daud? Itulah sebabnya Iblis ingin garis keturunan itu habis. Ternyata rencananya sejalan dengan rencana seorang perempuan berhati iblis, yaitu Atalya. Dia juga ingin menghabisi garis keturunan Daud. Mengapa? Karena dia ingin bertakhta. Ambisi pribadi yang berjalan sangat cocok dengan ambisi setan.

Tetapi ayat 2 dan ayat 4 mengajarkan bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Dia juga bekerja memanggil orang-orang yang dipilih-Nya untuk melestarikan keturunan Daud. Ada seorang perempuan bernama Yoseba, saudara raja Ahazia, yang menculik Yoas, anak raja Ahazia, sehingga dia luput dari pembunuhan Atalya tanpa diketahuinya. Selain Yoseba, Tuhan juga membangkitkan imam Yoyada yang setia kepada Tuhan dan yang mengatur seluruh usaha menaikkan anak raja ke takhtanya walaupun anak itu masih berusia 7 tahun. Kesetiaan Yoyada bukan hanya kepada takhta keturunan Daud, tetapi juga kepada Tuhan dan hukum-hukum-Nya. Itulah sebabnya di dalam ayat 12 ketika akan melantik anak raja itu, dia meletakkan hukum Allah ke tangan anak itu. Di dalam ayat 17 juga dikatakan bahwa Yoyada mengikat perjanjian antara Tuhan dengan raja dan rakyat, agar raja dan seluruh rakyat hidup sebagai umat Tuhan yang setia.

Tuhan memberikan pernyataan di dalam bagian ini, yaitu bahwa kuasa jahat terus bekerja untuk menghancurkan apa yang telah Tuhan janjikan. Iblis tidak saja berencana merusak moral manusia secara acak, tetapi dia juga melakukannya demi menghancurkan rencana Allah menurunkan Sang Mesias karena jalan kemenangan kita satu-satunya adalah melalui rencana Allah akan datangnya Sang Mesias. Tetapi sementara kuasa jahat terus melakukan pekerjaannya, Tuhan menyatakan bahwa Dia juga bekerja dan tidak diam. Dia terus menyatakan penyertaan tangan-Nya di dalam sejarah untuk memastikan bahwa segala yang Dia rencanakan boleh sungguh-sungguh terjadi di dalam sejarah. Rancangan Tuhan bukan saja melindungi apa yang telah Dia janjikan, tetapi juga menghukum setiap orang yang telah dipakai setan untuk menghancurkan rencana itu. Maka Tuhan menggerakkan rakyat Yehuda untuk dipengaruhi oleh imam Yoyada sehingga ketika Yoyada memerintahkan agar Atalya dibunuh, para tentara dan rakyat semua ada di pihak Yoyada dan Atalya pun mati.

Ayat 18 dan 19 menyatakan bahwa pengaruh keluarga Ahab akhirnya dibersihkan oleh karena pengaruh Yoyada. Seluruh Yehuda menghancurkan rumah-rumah Baal, membunuh imam besar Baal, dan menghancurkan patung-patung Baal. Seperti kita telah ketahui, keluarga Ahab adalah penyembah Baal yang sangat giat mempromosikan ibadah kepada Baal (1Raj. 16:29-32). Demikianlah penyembahan Baal juga masuk ke Yehuda karena Atalya, anak Ahab (2Raj. 8:16-18). Tetapi Tuhan, melalui kegigihan Yoyada, akhirnya membersihkan pengaruh ini untuk sementara, membunuh Atalya, dan menaikkan kembali raja keturunan Daud ke atas takhta Yehuda (2Raj. 11:19).

Untuk direnungkan:
Marilah kita memikirkan bagian ini sungguh-sungguh. Ambisi setan seperti Atalya mungkin baru terlihat mengerikan ketika dinyatakan dengan skala besar seperti ini. Membunuh cucu-cucunya sendiri, dan menyingkirkan semua pesaing dengan pembunuhan, ini adalah dosa-dosa yang sangat besar dan begitu menonjol. Tetapi perlu kita pikirkan baik-baik bahwa segala hal yang kejam sebenarnya berasal dari niat jahat di dalam hati. Niat jahat yang kita semua juga miliki hingga derajat tertentu. Kita tidak bebas dari perasaan ambisius, kebencian, keinginan untuk dianggap paling penting, bukankah semua ini juga ada pada kita? Atalya seorang yang menyingkirkan pesaingnya dengan membunuh mereka. Kita juga mungkin menyingkirkan pesaing kita dengan permainan palsu, tipu daya, fitnah, rancangan-rancangan yang tidak kelihatan tetapi memenuhi tujuan kita menyingkirkan mereka, supaya bukan pesaing kita, tetapi kita sendiri yang dapat berhasil. Atalya dengan ambisius mau mengatur seluruh kerajaan milik umat Tuhan. Kita mungkin tidak pernah ingin jadi penguasa besar seperti itu. Selain tidak sanggup, mungkin karena kesempatan belum datang. Tetapi kita juga bisa mempunyai kegilaan yang sama. Ingin diakui sebagai orang penting dengan mengambil nama baik untuk usaha orang lain, ingin menonjolkan diri dengan pameran prestasi, bukankah semua dikerjakan oleh “si aku” yang sama? Semua dikerjakan oleh “si aku” yang merasa diri lebih penting dari semua orang lain. Atau mungkin juga kita mempunyai sifat serakah yang sama. Tidak pernah merasa cukup, tetapi selalu ingin lebih. Selalu ingin mengambil semua bagi diri dan menyisakan sedikit sekali bagi orang lain. Kita pun bisa sama jahatnya dengan Atalya, jika semua sifat-sifat ini kita pelihara, beri makan, dan biarkan bertumbuh.

Tetapi sama dengan Atalya yang jahat, Yoyada yang setia kepada Tuhan juga melakukan gerakan yang tidak kalah besarnya. Dia tidak kalah ambisius, tetapi ambisi dia adalah mengembalikan seluruh kerajaan ke jalur yang seharusnya. Perasaan kerinduan yang besar di dalam hatinya bukan untuk “si aku”, tetapi untuk “takhta Allah dan takhta Daud”! Sebab, seperti yang telah kita pelajari, tidak akan pernah ada kesempatan bagi “si aku”, karena segala hal yang kita kerjakan bagi “si aku” ini sebenarnya adalah hasil manipulasi “si setan” demi keuntungan pekerjaannya. Jika kita bekerja bagi Allah dan bagi kerajaan-Nya, maka kita akan menyingkirkan ambisi si setan dan menaklukkan segala jalannya. Tetapi jika kita bekerja bagi “si aku” dan keinginannya untuk menjadi raja palsu, maka kita sedang melayani ambisi setan dan memuluskan jalannya. Alangkah mengerikan jika kita terus pelihara “si aku” beserta ambisi liarnya dan membiarkan setan memakai itu semua demi rancangannya.

Pertanyaan renungan:

  1. Setelah membaca bagian ini, adakah hal-hal di dalam hidup kita yang sepertinya kita lakukan demi diri kita sendiri dan ternyata sangat mungkin sedang dipakai setan untuk rencananya?
  2. Bagaimana cara kita dapat menghindari hal-hal tersebut?
  3. Apa sajakah hal yang kita kerjakan setiap hari yang merupakan bagian dari kegigihan kita bagi Allah kita? Apakah sudah semua? Hampir semua? Atau hampir tidak ada? (JP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami