Kehancuran Yehuda Dimulai
Devotion from:
Penjelasan
Yosia adalah salah satu raja terbaik yang pernah dimiliki Israel dan Yehuda. Seperti Daud dan juga Hizkia, dia takut akan Tuhan. Dan perasaan takut akan Tuhan yang dia miliki juga adalah sesuatu yang mendasari setiap hal yang dia lakukan. Dia telah menjadi raja dalam usia sangat muda serta telah memiliki wibawa sejak dia berusia belasan tahun. Dia berusia 16 tahun waktu mulai takut akan Tuhan, dan dia berusia 20 tahun ketika mulai membersihkan penyembahan berhala di negerinya (2Taw. 34:3). Sejak muda dia telah memiliki wibawa yang sangat besar. Kitab Suci tidak mengatakan siapakah yang memberikan pengaruh besar kepada dia. Kemungkinan besar tidak ada satu orang yang secara khusus menjadi pembimbingnya sehingga perasaan takut akan Tuhan yang dia miliki dan wibawa memerintah yang ada padanya sejak muda adalah pemberian Tuhan langsung kepada dirinya. Dia tidak bergantung kepada siapa pun untuk membimbing dia. Dia hanya mencari Tuhan untuk membimbing dan menggerakkan dia. Tetapi, walaupun memiliki raja sebaik Yosia, Yehuda tidak terselamatkan lagi. Tuhan telah memutuskan untuk membuang Yehuda dan akan melaksanakan keputusan-Nya itu dalam waktu dekat. Ada beberapa hal yang Tuhan lakukan untuk memulai kehancuran Yehuda dan Yerusalem. Hal pertama yang Dia lakukan adalah memanggil pulang Yosia! Yosia mati ketika dia masih berusia 39 tahun. Usia yang sangat muda bagi seorang raja yang benar dan takut akan Tuhan. Tetapi inilah yang Tuhan kehendaki. Dia ingin menyingkirkan Yehuda dengan segera, maka Dia memanggil Yosia dengan cepat. 2 Raja-raja 22:20 mengatakan bahwa Tuhan tidak akan membiarkan Yosia melihat kehancuran Yehuda dan Yerusalem. Tetapi ternyata kehancuran itu lebih dekat dari perkiraan sehingga pada usia 39 tahun Yosia pun mati. Kehancuran Yehuda akan dicegah selama raja yang benar dan takut akan Tuhan seperti Yosia masih memerintah. Tuhan memperpendek masa hidupnya dan masa pemerintahannya sebagai bentuk penghukuman dan awal kehancuran bagi Yehuda karena dosa-dosa mereka yang telah bertumpuk-tumpuk.
Yosia pergi untuk memerangi Mesir di bawah pimpinan firaun Nekho. Mengapa Yosia melakukan hal ini? Karena di sebelah timur, di sungai Efrat, tengah terjadi goncangan kekuasaan yang sangat penting di dalam sejarah. Asyur yang megah telah kehilangan kekuatannya dan daerahnya mulai jatuh ke dalam kekuasaan kerajaan Babel. Ketika Babel ingin mengekspansi ke daerah-daerah jajahan Asyur yang lain, Mesir segera bereaksi karena mereka pun awalnya adalah jajahan Asyur yang diperintah oleh raja-raja boneka yang diangkat raja Asyur. Mesir yang berafiliasi kepada Asyur sekarang melihat usaha Babel ini sebagai ancaman. Maka mereka maju ingin memerangi Babel. Yosia melihat Babel sebagai penghancur Asyur, musuh utama Israel dan Yehuda selama puluhan tahun. Maka, ketika usaha Babel untuk menghancurkan Asyur dicegah, Yosia segera membela Babel. Yosia pun memutuskan untuk pergi memerangi Mesir yang dianggap sebagai sekutu Asyur demi membela Babel. Ini ironi yang sangat besar karena Babel justru adalah alat Tuhan untuk menghancurkan Yerusalem dan Yehuda, bahkan seluruh bangsa-bangsa di sebelah timur sungai Efrat. Maka Yosia maju memerangi Mesir yang berada di bawah pimpinan Firaun Nekho, tetapi dia terbunuh di dalam peperangan itu. Yehuda telah kehilangan raja terbaiknya, dan tidak lama lagi akan kehilangan segalanya karena Tuhan telah meninggalkan mereka.
Bibit kehancuran kedua yang Tuhan lakukan adalah menaikkan raja yang jahat, yaitu Yoahas anak Yosia. Sangat berbeda dengan ayahnya, Yoahas adalah raja yang jahat dan sangat dibenci oleh Tuhan. Ketika raja yang jahat berkuasa atas umat Tuhan, maka itu adalah bencana bagi umat Tuhan. Mereka akan terseret semakin jauh dari Tuhan dan sulit untuk kembali, kecuali raja itu digantikan oleh raja lain yang benar. Maka, setelah Tuhan mengambil Yosia, Tuhan menempatkan Yoahas. Yehuda akan makin terpuruk dan kesudahannya telah makin dekat.
Hal ketiga yang Tuhan lakukan untuk kehancuran Yehuda adalah mereka ditaklukkan oleh Mesir. Firaun Nekho bukan saja menaklukkan mereka, dia pun menaikkan raja yang adalah raja boneka untuk membuat Yehuda tetap tunduk kepada Mesir, yaitu Yoyakim anak Yosia, saudara Yoahas. Tetapi bencana final bagi Yehuda dan Yerusalem ada pada 2 Raja-raja 24:1. Raja Nebukadnezar – raja kejam yang sangat brilian di dalam perang dan menaklukkan daerah-daerah jajahan – adalah raja besar dari Babel yang membuat Babel menaklukkan Asyur dan menguasai seluruh daerah sekitar sungai Efrat hingga ke arah timur. Babel menaklukkan Mesir, sehingga sepertinya akan ada kelegaan bagi Yehuda yang tengah ditaklukkan oleh Mesir. Tetapi ternyata Babel tidak berniat untuk membebaskan Yehuda. Babel justru berniat untuk memerangi, menghancurkan, dan membakar Yehuda dan Yerusalem serta mengangkut penduduknya menjadi orang-orang buangan. Inilah hal-hal yang Tuhan lakukan untuk melaksanakan rencana-Nya menghancurkan umat-Nya sendiri karena sakit hati-Nya yang ditimbulkan oleh pemberontakan mereka. Tuhan merancangkan kehancuran Yehuda dengan sangat detail. Dia memanggil pulang raja yang benar, mengangkat raja yang jahat, dan mengirim raja Nebukadnezar menjadi penghukuman final bagi Yehuda.
Untuk direnungkan:
Tuhan adalah Allah yang merancang sejarah. Dia yang membangkitkan bangsa-bangsa dan Dia juga yang menentukan apa yang terjadi di dalam sejarah. Biarlah ini membuat kita boleh terus belajar gentar dan hormat kepada Tuhan. Kita yang hanya menempati sejarah dalam kurun waktu beberapa puluh tahun saja, betapa kecilnya kita dibandingkan dengan seluruh sejarah sepanjang beribu-ribu tahun di mana Tuhan memimpin umat-Nya dan membangkitkan atau meruntuhkan bangsa-bangsa di dunia. Betapa kecilnya kita. Semakin kita menyadari betapa kecilnya kita, dan semakin kita menyadari betapa besarnya Tuhan yang memimpin sejarah, maka kita akan semakin sujud dan tunduk menyembah Dia. Sujud karena kebesaran-Nya di dalam sejarah membuat kita merasa gentar sekaligus aman karena tangan kasih-Nya bagi umat-Nya juga adalah tangan maha kuasa-Nya untuk mengatur bangsa-bangsa dan memimpin arah sejarah. Betapa mengerikannya orang-orang atau bangsa-bangsa yang berdiri untuk menentang Dia. Betapa menakutkan jika harus melawan Tuhan dan memberontak kepada Dia yang menguasai bangsa-bangsa di dalam tangan-Nya. Israel dan Yehuda adalah kesayangan-Nya. Tetapi ketika mereka memberontak, melakukan apa yang jahat, dan mereka sujud kepada berhala-berhala palsu, maka Tuhan mengarahkan kekuatan tangan-Nya untuk melawan umat-Nya sendiri. Siapakah yang dapat bertahan melawan Tuhan? Itulah sebabnya pada bagian ini Tuhan menyatakan kuasa-Nya atas sejarah untuk menghukum Yehuda. Babel dibangkitkan, Mesir ditundukkan, raja-raja bersiap untuk melaksanakan apa yang Tuhan tugaskan kepada mereka, yaitu menghancurkan Yehuda dan Yerusalem.
Tuhan kita bukanlah Tuhan yang jahat dan kejam. Dia tidak pernah bertindak dengan sembarangan. Setelah ratusan tahun bersabar kepada umat-Nya yang kejam dan menjadi penyembah berhala, akhirnya hukuman Tuhan tiba. Tetapi Tuhan tetap mempersiapkan waktu pemulihan bagi umat-Nya. Tuhan telah membuat mereka menjadi umat buangan, tetapi segera Dia akan memulihkan mereka. Tuhan akan menggerakkan bangsa-bangsa dan raja-raja untuk membuat Israel kembali pulih dan menempati tanah perjanjian mereka sekali lagi.
Pertanyaan renungan:
Tuhan yang menguasai sejarah selalu memakai pergerakan sejarah untuk mencapai kehendak-Nya. Tuhan membangkitkan bangsa-bangsa demi rancangan-Nya bagi umat-Nya. Roma 8:28 menjelaskan hal ini dengan tepat. Akankah kita memberontak melawan Dia yang memegang sejarah? Masihkah kita mengabaikan Dia di dalam hidup kita yang singkat ini? Sudahkah kita benar-benar memasrahkan seluruh hidup kita kepada Dia yang menguasai sejarah? (JP)