Nasib Akhir Dinasti Daud
Devotion from :
Tuhan menggerakkan Babel untuk menghancurkan rumah Tuhan. Tuhan menggerakkan mereka bukan hanya untuk menghancurkan Bait Suci, tetapi Tuhan juga menggerakkan mereka untuk menjarah semua barang-barang Bait Suci. Begitu banyak tembaga diangkut dan begitu banyak benda-benda logam yang mahal dan indah diambil oleh pasukan Nebukadnezar. Tetapi sebelumnya Yehezkiel telah memberikan pernyataan bahwa kemuliaan Allah telah meninggalkan Bait Suci (Yeh. 10:18-19). Ini berarti Tuhan telah meninggalkan Yerusalem dan bait-Nya. Tuhan sudah tidak lagi berkenan diidentikkan dengan kota itu dan dengan Bait Suci Salomo. Tuhan telah meninggalkan Yerusalem. Dia meninggalkan Bait Suci dan menyerahkannya kepada kehancuran. Itulah sebabnya Yerusalem dapat dihancurkan dan Bait Allah dapat dirobohkan oleh Babel. Tidak ada yang sanggup melakukan hal ini jika Tuhan masih menyatakan nama-Nya dan kemuliaan-Nya atas bait-Nya di Yerusalem. Bahkan raja Asyur di dalam masa jayanya, Sanherib, harus mengalami peristiwa pahit dengan matinya 185 ribu orang tentaranya ketika dia berani mengepung Yerusalem. Peristiwa ini adalah peristiwa yang paling berpengaruh terhadap kemunduran Asyur hingga akhirnya Babel menjajah mereka dan menaklukkan mereka. Jika Tuhan tetap menyatakan kemuliaan-Nya di Yerusalem, tidak ada pasukan dari bangsa mana pun akan sanggup menjamahnya. Tetapi jika Tuhan telah meninggalkan Yerusalem dan bait-Nya, maka tidak ada seorang pun yang akan sanggup mencegah kejatuhannya.
Bukan hanya bait-Nya, tetapi takhta Daud pun telah Tuhan abaikan untuk sementara waktu. Karena janji-Nya kepada Daud, Tuhan akan pulihkan kembali keadaan Israel (Yes. 6:13). Tetapi sebelum itu Tuhan akan membuang mereka dan menghancurkan mereka. Tuhan seperti memutuskan dinasti Daud yang sebelumnya dipelihara oleh tangan Tuhan yang maha kuasa. Bahkan, ini yang sangat mengejutkan, setelah Zedekia mati, tidak ada satu orang pun keturunan Daud yang naik takhta kembali di Yerusalem sampai saat ini. Satu-satunya keturunan Daud yang pernah dimahkotai di Yerusalem setelah Zedekia adalah Yesus Kristus, dan Dia pun memakai mahkota duri, bukan mahkota mulia para raja. Keturunan Daud telah berhenti berkuasa dan garis dinasti raja terputus. Garis ini Tuhan biarkan tidak tersambung sampai pada hari kedatangan Sang Raja yang berhak atasnya, yaitu Kristus (Kej. 49:10). Inilah peristiwa menyedihkan dari dinasti yang muncul sekitar tahun 930 SM dan yang terus bertahan hingga tahun 587 SM ketika Nebukadnezar menghancurkan Yerusalem. Dinasti yang bertahan hampir 4 abad lamanya. Dinasti yang menunjukkan betapa Tuhan setia dan panjang sabar. Dinasti yang Tuhan janjikan begitu banyak janji hingga janji terbesar akan datangnya Sang Mesias. Dinasti yang Tuhan berikan jauh lebih banyak dari yang mereka layak terima. Dinasti yang akhirnya mengkhianati Tuhan dan Allah mereka. Dinasti yang harus berakhir dengan tragis, sama seperti dinasti raja-raja kafir yang menemui kehancurannya di tangan raja lain yang tengah menanjak kekuatannya.
Raja Babel menangkap Yoyakhin, raja Yehuda dan menggantikannya dengan Zedekia, paman dari Yoyakhin. Zedekia sendiri akhirnya mencoba memberontak tetapi menemui kematiannya dengan cara yang tragis. Anak-anaknya disembelih di depan matanya sebelum matanya dibutakan oleh orang Babel. Inilah kehancuran dinasti Daud. Bahkan kitab ini dengan sangat menyedihkan harus ditutup dengan kisah mengenai Yoyakhin, raja Yehuda, anak Daud, yang harus menerima belas kasihan raja Nebukadnezar, raja kafir, untuk mendapatkan makanannya sehari-hari. Dia dipelihara oleh raja bangsa lain dan mendapatkan belas kasihan untuk memperoleh penghidupan sehari-hari. Tetapi, sebagaimana Tuhan janjikan, Tuhan memelihara hidupnya dan memberikan kepadanya kehidupan yang layak karena dia mendapatkan belas kasihan Nebukadnezar. Tetapi ini tetaplah kisah yang menyedihkan. Raja keturunan Daud harus dikasihani raja lain? Tuhan telah membuang takhta Daud dan membiarkan orang terakhir dari dinastinya yang tercatat dalam kitab ini menjadi tawanan raja kafir dan hidup di bawah belas kasihan raja bangsa lain. Raja Yehuda, anak Daud, mengemis makanan dari tangan raja Nebukadnezar, raja kafir!
Untuk direnungkan:
Tuhan memberikan kisah yang sangat menyedihkan ini untuk membuat kita semua mengingat betapa rusaknya kita dan betapa tidak mampunya kita mempertahankan perjanjian dengan Allah. Kita begitu lemah sehingga kita tidak sanggup melakukan apa pun untuk setia kepada Allah. Kita hanyalah pemberontak-pemberontak yang gagal tunduk kepada Tuhan. Biarlah setiap kegagalan umat Tuhan di dalam Alkitab menjadi cermin bagi kita. Kitalah yang sedang digambarkan oleh Kitab Suci di dalam kisah-kisah kegagalan yang diceritakannya. Tetapi kisah kegagalan itu selalu diikuti oleh pengharapan. Kitab Suci tidak pernah gagal memberikan pengharapan, walaupun terlihat begitu kecil dan mustahil. Tuhan menyatakan di dalam kalimat pendek, “keturunan perempuan akan menghancurkan kepala ular…” untuk menyatakan pengharapan di dalam narasi kejatuhan manusia. Tuhan memberikan janji yang akan berdampak ke seluruh bangsa-bangsa kepada Abraham di tengah-tengah seluruh dunia yang telah menjadi penyembah berhala. Tuhan memberikan janji kepada suku-suku Israel ketika Yakub sudah akan mati di tempat tidurnya. Tuhan memberikan tulah kebinasaan bagi anak sulung Mesir ketika Israel sepertinya tidak mungkin dibebaskan oleh Mesir. Tuhan memberikan anak domba dan anak kambing berumur setahun sehingga anak sulung Israel diluputkan. Tuhan selalu memberikan janji yang membuat kita terus mempunyai pengharapan akan masa depan yang lebih baik. Tuhan berjanji kepada Daud untuk menjaga takhtanya tetap kokoh di hadapan Allah selama-lamanya. Inilah yang akan Tuhan kerjakan. Di Betlehem Tuhan akan memberikan seorang Anak bagi kita. Di Nazaret Tuhan membesarkan Anak ini, yang juga adalah Anak Daud yang kelak akan bertakhta. Di Yerusalem Tuhan mematikan Anak ini di atas kayu salib menjadi pendamai bagi seluruh dunia, dan di hari ke-3 Tuhan membangkitkan Dia dari antara kematian. Dan kepada gereja-Nya Tuhan berjanji akan mengirim kembali Anak Daud ini untuk datang, bertakhta, dan menjadi Raja sampai selama-lamanya.
Inilah yang harus kita renungkan sungguh-sungguh. Alkitab penuh dengan catatan kegagalan manusia. Demikian juga hidup kita penuh dengan catatan kegagalan menaati Tuhan. Kegagalan ini sepertinya begitu fatal dampaknya terhadap rencana Allah. Sepertinya karya Allah menjadi rusak dan tidak ada harapan untuk diperbaiki lagi. Kegagalan anak-anak Daud membuat Yerusalem menjadi seperti padang gurun. Umat Tuhan habis dan dibuang oleh Babel. Bagaimana mungkin semua dapat dipulihkan kembali? Tetapi janji Tuhan tidak mungkin gagal dan inilah yang menjadi pengharapan kita. Kita tidak akan dibiarkan gagal. Umat-Nya tidak akan dibiarkan habis dan gagal. Tuhan akan memperbaiki. Tuhan akan memulihkan. Yang menjadi pertanyaan adalah, ketika Tuhan membuang, adakah kita termasuk orang-orang yang berseru dan mendoakan supaya Tuhan membangkitkan kembali umat-Nya? Ketika gereja Tuhan sudah menyeleweng dan menyatakan hidup yang menghina nama Tuhan, apakah kita termasuk orang yang berdukacita dan memohon pengampunan Tuhan? Begitu juga ketika Tuhan pada akhirnya memulihkan umat-Nya dan memberi kebangunan rohani, adakah kita termasuk orang-orang yang dibangunkan? Ataukah kita termasuk golongan yang tidak pernah mau datang kepada Tuhan. Kita menjadi orang-orang buangan yang sekali dibuang tidak pernah dipulihkan kembali. Renungkanlah hal ini! Biarlah kita menjadi orang-orang yang memohon kebangunan dan ketika Tuhan mengerjakan kebangunan, biarlah kita menjadi orang-orang yang termasuk di dalamnya. Kiranya Tuhan menolong kita semua. (JP)