Bait Allah Selesai Dibangun
Devotion from:
Bacaan hari ini memberikan kekuatan yang makin berlimpah lagi karena ternyata Tuhan menggerakkan hati Raja Darius untuk mendukung pembangunan rumah Tuhan dengan sangat. Dia bahkan mengancam akan menyalibkan siapa pun yang menentang pembangunan rumah Tuhan. Dia juga mengatakan bahwa rumah Allah dilindungi sepenuhnya oleh Dia yang berkuasa menghancurkan setiap kerajaan yang melawan perintah keputusan raja ini. Perintah raja juga mencakup kewajiban pajak daerah dialihkan untuk pembangunan rumah Tuhan. Musuh-musuh Israel yang menentang pembangunan rumah Tuhan sekarang bukan saja diancam oleh Raja Darius jika masih menentang, tetapi juga dipaksa untuk mendukung dengan memberikan persembahan bagi rumah Tuhan. Inilah cara Tuhan bekerja membangkitkan umat-Nya untuk mendirikan kembali Bait Suci-Nya.
Bait Allah merupakan satu dari tiga syarat utama bangsa Israel kembali pulih. Syarat pertama adalah tanah perjanjian. Mereka tidak bisa menjadi umat perjanjian di tanah bangsa lain. Mereka harus mendiami tanah yang Tuhan sendiri telah berikan kepada mereka berdasarkan janji-Nya kepada Abraham. Hal berikut adalah bahwa Tuhan menyatakan diri melalui bangsa Israel dan oleh sebab itu Dia harus dinyatakan melalui bangsa-Nya yang mendiami tanah perjanjian itu dengan adanya Bait Suci-Nya di tengah-tengah mereka. Bait inilah simbol kehadiran Tuhan di tengah umat-Nya. Bait ini juga yang menjadi tanda peribadatan Israel kepada Allah yang akan menyatakan kerajaan-Nya di seluruh dunia. Segala simbol dalam Bait Suci menyatakan relasi Tuhan dengan manusia di taman Eden sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, dan karena itu, setiap kali umat Tuhan datang menyembah Tuhan di dalam bait-Nya, mereka menantikan adanya suatu bumi yang diperbarui Tuhan, yang dimulai dari Israel, kemudian menyebar ke seluruh bumi. Hal ketiga adalah harus ada seorang anak Daud yang naik takhta menjadi raja. Pada zaman ketika mereka kembali dari pembuangan, mereka telah memiliki Zerubabel anak Sealtiel, salah satu keturunan Daud yang berhak menjadi raja. Jadi, harapan Israel untuk segera dipulihkan oleh Tuhan begitu besar. Sekarang mereka telah memiliki Bait Suci, kemudian tentu tidak lama lagi tanah, dan akhirnya tinggal menanti anak Daud yang duduk di takhta membuat harapan zaman keemasan Salomo bisa terjadi segera.
Maka perayaan penahbisan rumah Allah dimulai. Seluruh Israel merayakan paskah bersama-sama, lalu mempersembahkan ratusan korban kepada Tuhan, dan merayakan Hari Raya Roti Tidak Beragi. Mereka mengingat kesetiaan Tuhan yang memelihara janji-Nya bagi umat-Nya di tanah perjanjian ini. Tentu saja penahbisan rumah Tuhan ini tidak bisa disamakan dengan penahbisan rumah Tuhan pada zaman Salomo. Rumah Tuhan pada zaman Salomo jauh lebih megah, dan Salomo sendiri, sebagai raja Israel memimpin penahbisan itu. Saat ini kondisinya jauh lebih sederhana. Mereka bersyukur kepada Tuhan dengan kesadaran bahwa mereka masih saja bangsa yang tunduk kepada bangsa lain. Mereka masih harus berharap kepada kebaikan raja bangsa Persia untuk dapat membangun rumah Tuhan. Status politik bangsa mereka belum dipulihkan. Mereka, dalam beberapa hal, sebenarnya masih berada dalam pembuangan. Kembalinya mereka ke tanah perjanjian dan dibangunnya kembali Bait Suci adalah suatu tanda, tetapi bukan tanda pemulihan yang sempurna. Tanah dan bait ini menjadi tanda bahwa Israel tinggal menanti kedatangan Sang Raja. Jika Sang Raja ini datang, maka genaplah sudah pemulihan bagi Israel.
Untuk direnungkan:
- Bangsa Israel bersukacita karena satu demi satu pemulihan bangsa mereka mulai terjadi. Tetapi hal yang paling membuat mereka bersukacita adalah kebebasan untuk boleh kembali beribadah kepada Allah di dalam bait-Nya. Ini adalah hal yang dahulu mereka abaikan. Ketika ada kesempatan untuk dengan bebas beribadah kepada Allah di bait-Nya yang kudus, mereka malah sujud kepada Baal dan ilah-ilah palsu. Ketika Tuhan memberkati mereka dengan keamanan di segala penjuru, mereka malah menguji kesabaran Tuhan dengan memasukkan dewa-dewa bangsa-bangsa lain ke tanah mereka. Setelah 70 tahun merasakan betapa beratnya hidup di tempat yang tidak mengenal Tuhan, maka setelah mereka kembali, mereka memiliki kerinduan yang begitu besar untuk dapat kembali sujud kepada Allah. Puji Tuhan untuk kesempatan yang kembali Dia berikan bagi Israel untuk menikmati beribadah kepada-Nya dengan cara yang benar. Inilah cara Tuhan membuat Israel menghargai anugerah adanya Bait Suci Allah di tengah-tengah mereka. Bagaimana dengan kita? Apakah anugerah Tuhan yang Dia berikan kepada kita sering kita abaikan? Kita dapat beribadah dengan bebas, sudahkah kita menghargai kesempatan ini? Kita yang dapat mengerti dengan limpah kebenaran firman, sudahkah kita bersyukur dan bertanggung jawab kepada Dia untuk anugerah ini? Kita yang dapat kesempatan untuk belajar mengenal Allah dengan limpahnya, sudahkah kita sungguh-sungguh menikmati anugerah ini? Sangat ironis kalau anugerah besar dari Tuhan justru dirasakan sebagai beban. Alangkah bodohnya kita jika kita merasa diberi beban yang terlalu merepotkan ketika kita diberi anugerah oleh-Nya. Penghinaan terhadap anugerah Allah akan membuat anugerah itu dicabut untuk sementara waktu hingga kita belajar menghargai apa yang dahulu kita miliki. Tetapi jika ini pun tidak membuat kita bersyukur karena anugerah yang telah Dia berikan, maka Dia akan mencabut anugerah-Nya untuk seterusnya.
- Bangsa Israel sekarang telah kembali ke tanah mereka dan mereka memiliki Bait Suci di Yerusalem. Tinggal satu lagi yang mereka harapkan, yaitu naik takhtanya anak Daud untuk memimpin mereka perang dan merestorasi tanah itu menjadi milik mereka sepenuhnya. Inilah pengharapan mereka di tengah-tengah keadaan bangsa mereka yang kedaulatannya telah diinjak-injak bangsa-bangsa besar yang menyerang mereka. Sekarang untuk membangun Bait Suci pun mereka harus menunggu izin dari seorang raja bangsa kafir. Sekarang mereka tidak memiliki kekuatan militer yang berarti sehingga mereka tidak mungkin dapat melindungi diri mereka sendiri. Seandainya raja Persia tidak menjadi pelindung mereka, pastilah mereka telah diserang dan ditaklukkan penduduk-penduduk di sekitar Yerusalem. Itulah sebabnya selain tanah dan bait, mereka masih menantikan sang raja. Tetapi Tuhan tidak mengabulkan hal ini. Sampai Yerusalem kembali hancur di tangan Jendral Titus dari Romawi, tidak ada satu orang raja keturunan Daud pun yang naik takhta dan memerintah Israel. Tuhan tidak menginginkan mereka menantikan sang raja agung yang akan mengalahkan semua bangsa kafir, tetapi Tuhan ingin mereka tetap beribadah kepada Dia di tengah-tengah segala kesederhanaan dan kelemahan yang sekarang mereka alami. Tuhan ingin mereka tetap datang ke bait-Nya yang kudus, memberikan korban mereka, menyembah Allah dengan sepenuh hati dan jiwa, dan tetap bersabar dengan keadaan mereka sebagai bangsa jajahan. Tuhan tidak akan memulihkan kekuatan militer mereka, tetapi Tuhan akan menjaga dan memelihara keadaan mereka yang kecil dan lemah ini sehingga tujuan utama mereka adalah setia beribadah kepada Tuhan sambil dengan tekun menantikan kedatangan Sang Mesias yang telah dijanjikan. Ini juga yang Tuhan inginkan dari kita. Dia ingin kita bertekun beribadah kepada Dia bukan hanya karena ada janji yang kita harapkan. Dia ingin agar kita terus tekun sujud dan berdoa pada-Nya, menikmati relasi yang dekat dengan Dia, dan beribadah kepada Dia, sekalipun kita berada dalam keadaan sederhana dan rendah.
Doa:
- Ya Tuhan, kadang kami lupa betapa banyaknya berkat yang telah kami terima dari-Mu. Kadang kami merasa begitu kekurangan dan tidak diperhatikan oleh Tuhan, tetapi kami terus selalu ditegur oleh Tuhan sehingga kami boleh belajar ingat akan kebaikan Tuhan yang sering kami abaikan.
- Tuhan, berikan kami juga kerinduan untuk terus sujud beribadah kepada-Mu. Berikan kami sukacita beribadah kepada Tuhan di dalam keadaan apa pun. (JP)