Perjalanan Ezra
Devotion from:
Perjalanan pulang Ezra, sang ahli kitab, disertai dengan kurang lebih seribu orang rakyat yang juga ingin kembali ke tanah Israel, ternyata memiliki beberapa masalah. Masalah pertama adalah di tengah-tengah mereka tidak ada kaum keturunan Lewi. Kaum Lewi adalah kaum yang bertanggung jawab untuk menyelenggarakan kebaktian bagi Tuhan. Ezra memahami bahwa setiap kali umat Tuhan datang menyembah Tuhan, umat Lewilah yang bertugas untuk membimbing mereka. Itulah sebabnya dia meminta orang-orang Israel yang tinggal di daerah Kasifya untuk mengirimkan orang-orang Lewi yang ada di daerah mereka untuk melayani di Bait Allah. Mengapa tidak ada kaum Lewi yang ikut? Mungkin karena kemapanan hidup di daerah Persia. Mungkin karena mereka sudah menetap dan telah memiliki keadaan yang baik, akan sangat merepotkan untuk pindah lagi. Jika ini alasannya, maka banyak orang Israel menjadi begitu egois dan memikirkan hanya diri sendiri dan kenyamanan mereka. Orang Israel yang merindukan Tuhan, terutama orang Lewi, ketika mendengar Bait Allah akan dibangun kembali pasti akan segera berangkat pulang.
Hal berikutnya yang menjadi permasalahan Ezra dan rombongan, adalah karena mereka berjalan dengan segala harta dan persembahan yang melimpah untuk pembangunan Bait Allah tanpa adanya pengawalan sedikit pun dari pasukan tentara Persia. Mereka malu meminta pengawalan tentara Persia karena mereka telah mengatakan kepada raja Persia bahwa Tuhan, Allah mereka, akan menyertai mereka. Berjalan dengan cara begini pasti sangat menggentarkan Ezra. Ini yang menggerakkan mereka untuk memohon supaya Tuhan menyertai mereka. Ezra juga mengangkat dua belas pemimpin dan imam untuk dipercayakan mengelola persembahan orang-orang bagi pembangunan Bait Allah. Merekalah yang menjaga dan mengamankan perak dan emas itu untuk dibawa ke Yerusalem. Inilah perjalanan berikut dari kelompok orang Israel yang ingin kembali ke tanah mereka. Tuhan mengumpulkan kembali anak-anak Israel yang telah terbuang dari tanah mereka sendiri.
Untuk direnungkan:
- Meskipun sejumlah orang Israel mulai pindah dari daerah asing ke tanah mereka sendiri di tanah Israel, tetapi sebagian tetap lebih memilih hidup di daerah tempat mereka dibuang. Kesulitan, ketidakjelasan keadaan di Kanaan, dan perbandingan kenyamanan hidup di kedua tempat membuat mereka lebih memilih tinggal di daerah pembuangan. Tetapi apakah bijaksana untuk mengabaikan apa yang Tuhan sedang kerjakan? Pasti ada berbagai macam alasan mengapa mereka tetap tinggal di daerah buangan, tetapi jikalau alasan utama mereka adalah kenyamanan diri sendiri, maka mereka akan menjadi kumpulan orang yang mengabaikan apa yang sedang dikerjakan oleh Allah melalui umat-Nya. Apakah salah untuk memilih cara hidup yang kita tahu akan membuat kita semakin nyaman? Tentu tidak. Tetapi yang menjadi salah adalah karena kenyamanan itu masih dipegang erat-erat ketika Tuhan sedang memulihkan kembali keadaan umat-Nya. Ini merupakan hal yang sangat penting, bagian yang sangat besar di dalam sejarah keselamatan yang sedang dikerjakan oleh Allah. Tetapi banyak orang hidup tanpa memiliki kepekaan tentang hal-hal ini. Mereka hanya memilih uang, pergaulan, kenyamanan, dan segala sesuatu yang akan memberikan kenikmatan hidup duniawi, tanpa melihat apa yang sebenarnya sedang Tuhan kerjakan di dunia ini.
Orang-orang Kristen saat ini juga tidak luput dari dosa yang sama. Mengabaikan apa yang Tuhan sedang kerjakan karena kesibukan untuk diri sendiri dan kehendak sendiri. Dengan demikian kita akan kehilangan kepekaan untuk melihat pekerjaan Tuhan. Kita hanya peka melihat peluang bisnis, kesempatan melipatgandakan uang, dan semua yang berkait dengan uang lainnya, tetapi tidak peka melihat waktu Tuhan yang sudah tiba untuk mengerjakan sesuatu. Tuhan Yesus mengritik orang-orang Farisi juga karena hal yang sama (Mat. 16:3). Kita harus peka melihat dinamika pimpinan Roh Kudus. Gereja-gereja yang telah mapan dan besar biasanya mempunyai kecenderungan untuk mengulang-ulang kebiasaan dan hal-hal yang sudah menjadi tradisi. Tidak ada gerakan dan dinamika pekerjaan Roh Kudus untuk mengerjakan penjangkauan, melibatkan seluruh jemaat untuk melayani, dan tidak ada seruan firman yang sungguh-sungguh mewakili Tuhan dinyatakan dari atas mimbar. Ketika gereja-gereja seperti ini tiba-tiba dibangkitkan oleh Tuhan, dengan adanya orang-orang yang giat dan rindu untuk melakukan sesuatu karena didorong oleh cinta kasih dan pengampunan Tuhan, maka sebenarnya Tuhan sedang melakukan sesuatu di tengah-tengah gereja itu. Dia kembali menyerukan pertobatan yang sejati. Tetapi apakah gereja-gereja itu akan sadar bahwa Tuhan sedang mengerjakan sesuatu? Jika tidak, maka gereja-gereja itu sudah kehilangan kepekaan untuk pekerjaan Roh Kudus.
Tetapi keadaan statis yang tanpa dinamika bukan satu-satunya kegagalan untuk peka terhadap gerakan Roh Kudus. Gerakan yang liar dan secara radikal berbeda dari keadaan sehari-hari belum tentu tanda bahwa Tuhan sedang bekerja. Ketika Tuhan menyatakan kebangunan rohani, atau memberkati pertumbuhan yang luar biasa dari jumlah orang-orang Kristen, Tuhan tidak akan melakukannya jika tidak dengan kebenaran firman. Kebangunan doa yang sejati, pengertian yang sejati, dan kerinduan menjalani hidup sepenuhnya untuk Tuhan, inilah tanda Tuhan sedang memulihkan keadaan gereja-Nya. Biarlah kita merenungkan baik-baik apakah kita sudah termasuk orang-orang yang peka ketika Tuhan sedang menyatakan arah pimpinan-Nya? Tidak seorang pun bisa peka melihat pimpinan Tuhan jika Tuhan sendiri tidak menyatakan rencana-Nya kepada manusia. Tetapi setiap orang yang mengabaikan apa yang Dia sedang kerjakan karena perasaan tidak peduli, atau perasaan yang menganggap bahwa apa yang Dia kerjakan adalah suatu hal biasa yang dapat terjadi kapan pun, orang-orang ini menjadi tidak peka bukan karena gagal menangkap suara Tuhan. Mereka gagal mengikuti Tuhan dengan peka karena kecemaran dan dosa telah menghalangi manusia untuk menanggapi dengan serius apa yang tengah terjadi. - Patut kita renungkan juga apa yang dikatakan Ezra. Dia tidak meminta pertolongan orang Persia karena Tuhan sajalah yang akan menjadi penolong mereka. Ezra menjadi gentar karena hal ini. Secara manusia wajar jika Ezra begitu takut. Jumlah orang yang hanya sekitar seribu orang biasa, bukan tentara, dengan membawa emas perak demikian limpah pasti membuat mereka menjadi sasaran perampokan dan serangan dari gerombolan-gerombolan yang melintas. Tetapi Ezra belajar menggantungkan harapannya kepada Tuhan daripada mengemis pertolongan orang lain. Kita tidak mungkin hidup tanpa menerima pertolongan orang lain, tetapi yang menjadi kesalahan kita adalah jikalau kita tidak meminta pertolongan dari Tuhan. Jika kita mengandalkan hanya Tuhan, maka kita akan memberikan seluruh pengharapan kepada Dia. Jika ternyata Tuhan memakai orang lain untuk menolong kita, maka kita bersyukur kepada Allah dengan sangat sambil juga bersyukur kepada orang yang telah dipakai Tuhan itu. Tetapi jika kita mengandalkan hanya manusia, memohon pertolongan mereka dan belas kasihan mereka, maka kita akan menjadi hamba manusia yang terus bergantung kepada manusia. Ketika kita mengandalkan manusia, kita gagal melihat Allah sebagai penolong kita, dan oleh sebab itu kita tidak akan bersyukur kepada Dia. Bahkan kita akan menjadi bergantung kepada manusia dan memperhambakan diri kepada manusia.
Doa
Ya Tuhan, mampukan kami semua memiliki hati yang sungguh-sungguh peka melihat waktu Tuhan. Jangan biarkan kami hidup di dalam kehidupan yang mekanis, yang hanya melakukan rutinitas kami tanpa melihat apa yang secara rutin sedang Tuhan kerjakan di tengah-tengah umat-Mu. Biarlah kami boleh berbagian di dalam pekerjaan yang sedang Engkau lakukan di bumi. Ajarkan kami juga, ya Tuhan, untuk menyerahkan segala permohonan dan kebergantungan kami kepada-Mu saja. Kami mau belajar mengandalkan Tuhan. Hanya Tuhan saja. Kami tidak ingin bergantung kepada manusia. (JP)