Pembacaan Taurat
Devotion from:
Bacaan hari ini membahas tentang perayaan yang dilakukan segenap Israel setelah tembok kota Yerusalem diselesaikan. Mereka berkumpul bersama-sama untuk sebuah perayaan. Tetapi sebelum masuk ke dalam perayaan, Ezra, ahli kitab, membacakan Taurat Musa kepada seluruh Israel. Ketika Israel telah dikumpulkan kembali oleh Tuhan, mereka harus diingatkan kembali dengan keistimewaan yang hanya dimiliki oleh umat Tuhan, yaitu firman Tuhan. Tuhan tidak menyatakan diri kepada semua orang. Dia tidak menyatakan diri kepada segenap bangsa di bumi. Begitu banyak bangsa tidak mengenal Tuhan dan Tuhan membiarkan mereka. Tetapi umat Tuhan, walaupun awalnya tidak mengenal Tuhan, tetap Tuhan panggil kembali. Tuhan tidak membiarkan umat Tuhan menjadi sesat dan terus hidup di dalam kegelapan tanpa pengenalan akan Allah. Maka Tuhan menyatakan diri kepada umat-Nya dan memberikan firman kepada mereka sebagai tanda kehadiran-Nya. Tuhan hadir dan Dia tidak berdiam! Tuhan hadir di tengah umat-Nya, dan tanda kehadiran Tuhan adalah Dia berbicara kepada umat-Nya. Maka Ezra, mewakili Tuhan, menyatakan Taurat Tuhan kepada mereka. Di dalam Ezra 7:6 dan 10 dikatakan bahwa Ezra sangat ahli Kitab Taurat (ay. 6), tetapi meskipun demikian dia tetap mempersiapkan diri dengan menyelidiki kembali Taurat dengan segenap tekad (ay. 10). Dia mempersiapkan dengan sungguh-sungguh untuk dapat mengajarkan ketetapan Tuhan bagi seluruh orang Israel.
Seluruh Israel berkumpul bersama-sama. Ayat 3 mengatakan bahwa mereka bukan saja berkumpul untuk mendengar firman Tuhan, tetapi untuk mengerti firman itu. Mereka harus berusaha mengingat dan memahami di dalam satu kali dengar pembacaan dan penjelasan yang diberikan Ezra. Berkumpul mendengar firman bukan saja asal dengar, tetapi mengerti dengan jelas (ay. 9) sehingga setiap orang tahu apa yang harus mereka lakukan setelah mendengar firman Tuhan.
Setelah berkumpul untuk mendengarkan firman, mereka pun mengadakan perayaan. Semua orang, termasuk para imam yang sangat terharu dan menangis ketika mendengarkan Ezra menjelaskan Taurat, diajak untuk bersukacita menikmati pimpinan dan anugerah Tuhan bagi Israel. Tuhan adalah pelindung Israel dan itu telah dibuktikan-Nya berkali-kali. Ayat 13 mengatakan bahwa sumber sukacita mereka bukan hanya karena Tuhan memimpin dan melindungi umat-Nya dengan setia, tetapi juga karena mereka dapat memahami firman yang diberikan kepada mereka. Memahami firman adalah anugerah yang patut dirayakan! Setelah itu mereka mengambil ranting-ranting dan daun-daun pohon untuk membuat pondok dari ranting dan daun di atas rumah mereka masing-masing. Ini adalah untuk merayakan Hari Raya Pondok Daun untuk mengenang kembali bagaimana Tuhan telah begitu setia menyertai dan melindungi Israel dan memberikan kepada mereka hasil panen yang diperlukan. Kesetiaan Tuhan menjadi kekuatan dan sumber sukacita bagi umat Tuhan yang kembali dari pembuangan ini.
Untuk direnungkan:
Bagian ini sebenarnya memberikan kepada kita beberapa prinsip tentang ibadah yang sejati. Ibadah bukan hanya sekadar berkumpul. Ibadah harus juga disertai dengan pembacaan dan penjelasan firman Allah. Firman Allah dibacakan dan dijelaskan dengan tuntas sehingga seluruh umat memahami apa yang dimaksudkan dari firman Tuhan tersebut. Ibadah yang hanya mementingkan kehadiran tanpa mementingkan pemahaman firman adalah pertemuan yang tidak akan membawa sukacita yang sejati. Bagaimana dengan keadaan kekristenan saat ini? Begitu banyak penyimpangan terjadi di atas mimbar! Hamba Tuhan berkhotbah dengan sembarangan, tidak merasa perlu mempersiapkan diri karena merasa para pendengar hanyalah sekumpulan orang bodoh yang tidak tahu apa-apa. Ini dosa yang sangat besar dari para pengkhotbah. Ezra adalah seorang ahli kitab. Tidak ada yang seperti dia di seluruh Israel pada waktu itu. Tetapi Ezra dengan komitmen mempersiapkan apa yang harus dia sampaikan bagi Israel. Hamba Tuhan tanpa visi memenangkan umat Tuhan bagi Tuhan sehingga umat Tuhan tunduk kepada firman Tuhan adalah hamba Tuhan yang akan memberikan khotbah yang tidak berkuasa. Apalagi jika pemahamannya akan firman sangat dangkal dan tidak tahan uji. Ezra 7:10 mengatakan bahwa cara Ezra mempersiapkan khotbahnya adalah dengan tekun dan berkomitmen tinggi mempelajari setiap bagian dari Taurat dengan sungguh-sungguh.
Hal kedua adalah ibadah yang sejati akan mengubah atau memberikan transformasi kepada pengertian dan perasaan setiap jemaat. Mereka akan diarahkan untuk bersukacita bersama-sama karena firman Tuhan. Tetapi mereka diarahkan untuk bersukacita setelah mereka berdukacita karena khotbah Ezra (ay. 10). Mendengar firman membuat kita dukacita sementara karena firman Tuhan akan menegur kita, menghantam segala keberdosaan kita, dan membanting kesombongan kita. Begitu tertegur, tentu kita merasakan dukacita. Tetapi dukacita itu hanya sementara. Setelah itu firman Tuhan, yang diberikan secara seimbang antara teguran dengan pengharapan bagi umat Tuhan, akan memberikan sukacita yang sejati kepada pendengarnya (ay. 13).
Hal ketiga adalah di dalam ibadah perjumpaan dengan firman haruslah terjadi. Ini tidak berarti firman Tuhan baru menjadi firman yang sejati ketika terjadi perjumpaan kita dengan Kristus. Firman Tuhan adalah firman Tuhan, entah kita mengalami perjumpaan dengan Kristus atau tidak. Jika kita mengalami perjumpaan dengan Kristus, berarti Roh Kudus membukakan hati kita untuk menerima Dia. Tetapi jika kita tidak mengalami perjumpaan dengan Kristus, itu berarti Roh Kudus belum mencelikkan mata hati kita. Firman Tuhan tetaplah firman Tuhan. Tidak menjadi naik otoritasnya karena saya berjumpa dengan Kristus melalui firman, dan juga tidak menjadi turun jika saya tidak berjumpa dengan Kristus. Tetapi yang saya maksudkan dengan perjumpaan dengan firman adalah adanya momen di mana kita sungguh-sungguh ingin menangkap setiap kata yang keluar dari mulut pengkhotbah. Kita ingin menangkap semua karena sadar bahwa mungkin kalau saya biarkan kalimat-kalimat firman Tuhan lalu, saya tidak akan dapat kesempatan untuk mendengarkannya lagi. Perjumpaan inilah yang saya maksud. Itu sebabnya, seberapa lelahnya kita mengikuti ibadah, berjuang supaya dapat menangkap setiap kalimat di dalam khotbah. Lalu, usahakan untuk selalu mempersiapkan diri sebelum hari ibadah. Jangan tidur larut. Jangan mengerjakan pekerjaan-pekerjaan berat yang tidak terlalu berguna. Jika hari Sabtu malam kita terus berolahraga sampai tengah malam, mana mungkin bisa optimal ketika ikut ibadah pada Minggu pagi? Ada pekerjaan yang mau tidak mau harus dilakukan. Tetapi jika pekerjaan itu bukanlah sesuatu yang harus dikerjakan hingga menyita sangat banyak waktu dan energi sebelum hari ibadah, biarlah kita lebih memilih beristirahat dan mempersiapkan diri untuk mengikuti ibadah esok harinya.
Hal keempat, ibadah yang sejati mengarahkan kita untuk memiliki sukacita sejati dari firman Tuhan, dan membukakan mata kita untuk melihat betapa besarnya Tuhan sudah memberkati kita. Itulah sebabnya orang Israel merayakan Hari Raya Pondok Daun. Ibadah yang sejati akan membuat orang-orang terhibur karena firman dan bersyukur untuk berkat dalam hidup mereka. Ibadah yang palsu membuat orang-orang ingin tambahan berkat dan tidak pernah merasa cukup. Ini adalah ibadah yang sudah dikacaukan oleh setan dan membuat seluruh jemaat merasa masih kurang diberkati.
Doa:
Tuhan, berikan kami hati yang senantiasa haus akan firman. Berikan kami kerinduan untuk datang beribadah kepada-Mu. Berikan kami hati yang senantiasa berdukacita karena dosa, tetapi bangkit di dalam sukacita oleh karena pengharapan. Berikan kami perasaan syukur oleh karena kasih-Mu dan berkat-Mu yang berlimpah setiap hari. (JP)