Tuhan Yesus dicobai (1)
Devotion from :
Di dalam peristiwa pencobaan Yesus, kita dapat melihat beberapa hal yang dapat menjadi bahan renungan kita hari ini. Yang pertama adalah di dalam ayat 1-2. Tuhan Yesus dicobai sama seperti Adam dicobai. Tetapi Adam berada di dalam lingkungan yang indah dan kudus, sedangkan Yesus ada di lingkungan yang rusak dan cemar. Rusak secara fisik, cemar karena Tuhan Yesus melayani umat Tuhan yang telah jatuh di dalam dosa dan kecemaran. Berikut penjelasan dan renungan dari pencobaan-pencobaan Yesus.
Pencobaan pertama, ayat 3-4, Iblis memerintahkan Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Ini sesuatu yang licik sekaligus penuh godaan. Tuhan Yesus yang sedang lapar tentu memerlukan roti. Dan mengubah batu menjadi roti pasti tidak melanggar perintah siapa pun dan tidak melanggar hak siapa pun. Tetapi jika Tuhan Yesus mendengarkan perkataan Iblis, maka Dia telah memosisikan diri-Nya di bawah Iblis dan menerima pengaruhnya. Hal berikut yang dilakukan Iblis adalah, pernyataan “jika Engkau Anak Allah”. Tuhan tidak perlu membuktikan diri-Nya. Dia memang Anak Allah. Tetapi Tuhan Yesus membalas Iblis dengan memosisikan diri-Nya sebagai manusia. Dia lebih menonjolkan sisi “manusia” daripada sisi “Anak Allah”. Ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita rela merendahkan diri kita, godaan untuk jatuh ke dalam dosa kesombongan menjadi sangat kecil. Tuhan tidak mencari-cari penghormatan bagi diri-Nya. Dia memang sudah penuh hormat. Iblis tidak menerima bahwa Dia adalah Anak Allah, itu tidak berpengaruh kepada status-Nya sebagai Anak Allah. Itu sebabnya Yesus malah menekankan bahwa Dia adalah manusia dengan mengutip Ulangan 8:3. Biarlah kita renungkan ini! Kita tidak perlu mencari penghormatan bagi diri sendiri. Kita akan sangat mudah jatuh ke dalam jerat setan jika kita terus cari hormat.
Tuhan Yesus juga menyatakan bahwa Dia, sebagai manusia, tidak hidup dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Dia tidak harus tunduk kepada Iblis karena desakan lapar. Demikian juga kita tidak boleh mengompromikan iman dan integritas kita karena kebutuhan sehari-hari. Di sini Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk melawan keinginan untuk diakui atau dipuji, dan keinginan untuk mencari jalan pintas karena terdesak. Biarlah kita berserah kepada Tuhan. Allah Bapa yang memberikan gelar “Anak Allah” kepada Yesus, itulah yang penting. Diakui atau tidak oleh setan itu sangat tidak penting. Oleh anugerah Bapa juga kita memperoleh penghidupan kita sehari-hari. Kita tidak harus takut. Kita tidak akan kelaparan. Paulus mengatakan asal ada makanan dan pakaian cukup (1Tim. 6:8).
Mengapa kita bertindak di luar Tuhan? Mengapa bertarung demi kehormatan diri? Tuhan akan menghormati orang-orang yang melayani Yesus (Yoh. 12:26). Dia akan memberikan penghormatan kekal yang tidak akan dipengaruhi oleh berapa banyaknya pengakuan dunia yang kita terima. Mengapa juga kita ketakutan akan pemeliharaan Tuhan? Mengapa pakai cara setan untuk mendapatkan makanan kita? Mengapa menghina Tuhan dengan menganggap Tuhan tidak sanggup memelihara kita dan keluarga kita? Tuhan sanggup memelihara jutaan orang Israel di padang gurun. Tuhan sanggup memelihara ciptaan-Nya hingga tiba saatnya seluruh ciptaan diperbarui. Mengapa iman kita tidak menerima fakta bahwa dia pasti memelihara kita? Jangan mengambil apa yang bukan hak kita. Jangan pakai cara setan karena kita merasa terdesak. Lebih baik kelaparan daripada ikut setan. Mengikut setan membuat perut kenyang, tetapi jiwa kita binasa. Apa gunanya itu?
Tetapi untuk mengalahkan pencobaan setan itu sangat tidak mudah. Perhatikan situasinya. Tuhan Yesus di padang gurun dan Dia kelaparan setelah berpuasa 40 hari. Sampai berapa lama Tuhan Yesus harus berpuasa? Jika melihat Musa berpuasa 40 hari 40 malam (Kel. 34:28), dan Elia berpuasa sambil berjalan selama 40 hari (1Raj. 19:8), maka kemungkinan besar waktu puasa Tuhan Yesus telah berakhir. Jika waktunya berakhir, mengapa Dia masih di padang gurun? Jika Dia masih di padang gurun siapa yang akan menyediakan makanan bagi Dia? Di dalam keadaan sudah boleh makan inilah Iblis datang dan menawarkan solusi cerdasnya. Engkau Anak Allah? Buktikan! Pembuktian sekaligus untuk berbuka puasa: ubahlah batu menjadi roti! Bukankah ini kebijaksanaan? Tidak! Mengapa tidak? Karena nasihat ini dari Iblis yang meragukan status Yesus dan waktu Tuhan. Waktu Tuhan itu yang terbaik. Tunggu waktu Tuhan! Dan jika waktu Tuhan sepertinya tidak tiba juga, maka sampai mati tidak dapat pun lebih baik daripada ikut Iblis! Tuhan Yesus menunggu Allah Bapa. Allah Bapa pasti pelihara. Tidak usah pakai jalan pintas, nantikan saja Tuhan bertindak di dalam hikmat-Nya dan waktu-Nya.
Hal kedua yang menyulitkan kita untuk menang terhadap setan adalah bahwa solusi yang dia berikan itu tidak secara terang-terangan berdosa. Iblis sangat pintar bermain di daerah abu-abu. Iblis tidak pernah mengatakan, “bunuhlah!” Iblis hanya mengatakan “bukankah bahaya kalau dia terus menerus hidup?” Iblis tidak pernah mengatakan “curilah!” Iblis hanya mengatakan “bukankah engkau yang lebih berhak mendapatkannya daripada sang pemilik?” Iblis tidak mengatakan “jangan percaya pemeliharaan Allah Bapa,” dia hanya mengatakan, “bukankah Engkau bisa sendiri tanpa Bapa-Mu?” Ini sangat licik dan sangat jahat. Setiap godaan Iblis membuat kita meragukan Tuhan secara perlahan-lahan. Meragukan waktu Tuhan, hikmat Tuhan, keputusan Tuhan, dan lain-lain. Lalu bagaimana Tuhan Yesus melawan Iblis? Tuhan melawan dengan mengutip kitab Ulangan. Seluruh godaan Iblis dilawan Tuhan Yesus dengan mengutip Ulangan. Mengapa Ulangan? Karena kitab ini adalah kitab khotbah Musa yang mengulangi kembali perintah Taurat kepada generasi baru yang akan masuk ke tanah Kanaan. Tuhan Yesus memakai Ulangan karena Dia akan memimpin generasi Israel yang baru masuk ke dalam Kerajaan Allah yang kekal. Tuhan mengutip Ulangan 8:3, manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Meskipun pada saat Yesus lapar tidak ada roti, tetapi ada firman Allah yang mengingatkan Dia bahwa Allah tidak akan meninggalkan Dia sama sekali (Ul. 4:31). Apakah kita tidak melihat bukti nyata penyertaan Tuhan? Jangan lupa bahwa firman-Nya yang ada di dalam hati kita, firman-Nya yang telah diucapkan-Nya kepada umat-Nya tidak akan pernah batal. Sehingga apa pun yang terjadi, firman Tuhan menjadi tanda Tuhan tetap menyertai umat-Nya. Tuhan memberikan makanan kepada seluruh bangsa. Bahkan bangsa yang tidak mengenal Tuhan pun diberikan makanan oleh-Nya. Tetapi hanya umat-Nya yang diberikan firman oleh Dia. Tuhan hanya memberikan Taurat kepada umat-Nya. Dia tidak pernah melupakan umat-Nya dan karena itu Dia memberikan apa yang tidak mungkin Dia berikan kepada bangsa lain, yakni firman-Nya. Firman-Nya yang kekal, yang agung, dan yang berkuasa, itu semua adalah bagian kita yang menunjukkan bahwa Tuhan menyertai dan tidak pernah meninggalkan kita. Tanda penyertaan Tuhan bukanlah makanan, bukan roti, bukan uang, bukan kesehatan, bukan kekayaan, bukan kelimpahan, tetapi firman!
Dalam ayat 11 dikatakan akhirnya malaikat-malaikat membawa makanan untuk menguatkan kembali Yesus. Di padang gurun tidak ada tempat makan. Tidak ada ladang yang subur, tetapi Tuhan sanggup mengirimkan malaikat-Nya untuk memelihara umat-Nya.
Doa:
Tuhan, kuatkan kami dengan firman-Mu! Jauhkanlah Iblis dari kami! Kami terlalu lemah, tolong berikan hikmat-Mu ya Tuhan. Ajari kami untuk melihat status kami dihadapan-Mu, bukan untuk dibanggakan kepada manusia. Ajari kami juga untuk berserah kepada pemeliharaan-Mu. Biarlah kami merasa limpah dengan bagian yang telah Engkau tentukan bagi kami. (JP)