Berbahagialah Mereka yang Menderita
Devotion from :
Matius mengumpulkan catatan tentang khotbah di bukit setelah membahas di dalam Matius 4:23-25 penutup dari bagian awal Injilnya dengan kisah orang banyak yang mengikut Yesus. Orang banyak ini mengikuti Dia dan karena begitu banyak mujizat yang dikerjakan-Nya, maka mereka pun membawa orang-orang yang berada di dalam kelemahan dan penyakit supaya disembuhkan oleh Dia. Yesus masuk ke rumah-rumah ibadat orang-orang Yahudi, mengajar di sana, berkeliling, melakukan mujizat dengan melenyapkan penyakit dan kelemahan orang-orang di Galilea. Mujizat yang begitu banyak ini tentu membuat banyak orang mencari Dia dan berharap dapat menyaksikan mujizat yang Dia kerjakan. Tetapi di dalam Matius 11:20-24 ternyata daerah-daerah di Galilea, walaupun terjadi banyak mujizat, tetap tidak juga bertobat. Namun demikian, tetap banyak orang-orang yang berbondong-bondong mengikuti Dia. Orang banyak yang mencari mujizat, tetapi tidak mau bertobat. Meskipun banyak orang memiliki motivasi yang salah, tetapi Tuhan tetap memberikan penghiburan kepada mereka yang mencari Dia dengan sungguh. Matius melanjutkan kisah dalam pasal 4:23-25 dengan bagian yang baru, yaitu khotbah di bukit.
Khotbah ini kemungkinan merupakan ajaran Yesus yang dikhotbahkan-Nya bagi para murid, dan bukan merupakan suatu khotbah yang dimaksudkan untuk didengar oleh orang banyak. Tetapi banyaknya orang yang tertarik dan akhirnya mendengarkan membuat khotbah ini menjadi ajaran yang dikhotbahkan di depan orang banyak. Selain khotbah di bukit ini, Matius mencatat empat ajaran lagi di sepanjang Injilnya ini. Dan dari semua kumpulan itu, khotbah di bukit inilah bagian yang pertama. Kumpulan ajaran yang pertama ini merupakan kumpulan ajaran etis yang menerangkan bagaimana umat Tuhan yang sejati harus menaati Taurat. Umat Tuhan harus hidup sesuai dengan kehendak Tuhan, dan tidak ada cara mengetahui kehendak Tuhan di luar Kitab Taurat. Itulah sebabnya Tuhan Yesus membahas tentang Taurat dan cara menjalaninya yang lebih dalam dari sekadar perbuatan luar saja. Taurat harus dijalankan dari hati dan mengalir keluar menjadi tingkah laku yang benar. Bagian pertama dari kumpulan ajaran Yesus ini sangat berkaitan dengan keadaan orang-orang di dalam Matius 4:24-25. Mereka adalah orang-orang yang sakit, yang sengsara, lumpuh, ayan, dan tidak jarang penyakit-penyakit yang mereka derita membuat orang-orang di sekeliling mereka menuduh mereka sedang dikutuk oleh Tuhan. Orang-orang ini adalah orang-orang yang menganggap diri tidak layak karena telah dipinggirkan oleh masyarakat. Mereka hanyalah orang-orang rendah yang dianggap tidak berguna. Hidup mereka bergantung kepada orang-orang di sekeliling mereka dan sering kali mereka dianggap sebagai beban bagi orang-orang di sekeliling mereka. Pasal 5:1-4 menjelaskan karakter apakah yang harus dimiliki oleh orang Israel sejati, berkaitan dengan kesadaran akan ketidaklayakan mereka. Kesadaran yang tentunya dimiliki oleh orang-orang sakit, cacat, dan yang dibuang dari masyarakat. Siapakah Israel sejati? Mereka adalah orang-orang yang sadar akan ketidaklayakan mereka di hadapan Tuhan. Mereka hanyalah orang-orang sakit, cacat, dan layak dibuang, tetapi Tuhan menerima mereka.
Pasal 5 dimulai dengan mengatakan bahwa Tuhan Yesus duduk mengajar para murid karena melihat orang banyak itu. Orang banyak perlu diajar supaya mereka tidak menjadi pengikut buta. Tuhan Yesus mulai mengajar dengan tujuan memberitakan sisi etika dari kerajaan surga. Kerajaan surga berisi orang-orang yang sungguh-sungguh beriman dan setia kepada Tuhan. Tidak seperti Israel yang berkali-kali mengabaikan Tuhan dan menyembah berhala. Israel yang baru harus dimurnikan. Jika Israel melupakan Taurat Tuhan, tidak menyimpannya di dalam hati mereka, dan mengabaikan ajarannya, maka Israel yang sejati, yang akan dipanggil oleh Yesus, Rajanya, haruslah menjadi orang-orang yang menjalankan Taurat dengan cara yang benar. Orang Farisi dan para ahli Taurat menjalankan setiap perintah yang Tuhan perintahkan secara lahiriah, tetapi hati mereka jauh dari Tuhan. Israel yang sejati harus menjalankan Taurat ini dari dalam hati dan terwujud di dalam tindakan lahiriah. Hati dan tindakan. Keduanya harus ada bersama-sama. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mulai mengajarkan kepada mereka bagaimanakah karakter umat Tuhan yang sejati.
Maka pasal 5:3 mengatakan ucapan bahagia yang pertama. Berbahagialah orang yang miskin di dalam roh. Apakah miskin di dalam roh itu? Miskin di dalam roh berarti kesadaran akan keadaan rohani yang telah kotor dan tidak layak untuk datang kepada Tuhan. Inilah miskin dalam roh. Tuhan mengatakan bahwa orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang patut bersukaria. Mengapa bersukaria? Karena Tuhan telah menerima mereka. Apa alasan Tuhan menerima mereka? Karena mereka sadar bahwa mereka tidak layak datang kepada Tuhan. Mereka yang merasa layak akhirnya dibuang oleh Tuhan, mereka yang merasa tidak layak, justru merekalah yang dipanggil Tuhan untuk mewarisi kerajaan surga. Betapa paradoksnya! Mereka yang merasa tidak layak masuk kerajaan surga justru memilikinya? Mengapa? Karena kesadaran akan ketidaklayakan akan menjadi dorongan utama untuk adanya pertobatan sejati. Dan perasaan tidak layak juga akan menjadi dorongan utama untuk adanya kerendahan hati. Perasaan ini juga yang membuat orang-orang saleh sungguh-sungguh berjuang untuk hidup suci dan melayani Tuhan, yaitu karena kesadaran bahwa Tuhan sudah sangat baik karena Dia rela menerima orang yang sangat tidak layak untuk menjadi bagian dari kerajaan surga.
Ucapan berikutnya mengatakan: “Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.” Siapakah yang berdukacita? Tentu orang-orang yang memiliki banyak sengsara. Tidak ada orang yang hidup dengan limpah akan berdukacita. Orang yang sakit, orang yang lemah, orang yang miskin, orang yang terjerat dosa, orang-orang inilah yang akan berdukacita. Tetapi selain orang-orang ini, Tuhan juga akan menghiburkan dukacita yang tulus dari umat Tuhan, yaitu dukacita karena Tuhan tidak lagi menyertai umat-Nya. Dukacita seperti Yeremia di dalam Kitab Ratapan. Dukacita seperti Yesus menangisi Yerusalem. Mereka yang merasakan kosongnya hidup tanpa Tuhan, dan sengsaranya hidup tanpa Tuhan, mereka inilah orang-orang yang berdukacita dan akan dihiburkan. Inilah ucapan bahagia yang kedua. Siapa yang berdukacita karena Tuhan seperti telah melupakan umat-Nya, dia akan mengalami sukacita sejati di dalam Tuhan.
Untuk direnungkan:
Dua ucapan bahagia yang pertama seharusnya membuat kita merenung kembali tentang panggilan kita. Siapakah kita? Apakah kita orang Kristen yang sejati? Apakah tanda seseorang itu adalah Kristen sejati? Tanda Kristen sejati adalah karakter yang kudus, memancarkan kekudusan Allah sendiri. Inilah Kristen yang sejati. Mari melatih diri kita agar kita dapat memiliki karakter yang diperkenan Tuhan. Bagian pertama mengatakan bahagia bagi yang miskin dalam roh. Apakah kita termasuk orang seperti ini? Merasa tidak layak dan terpinggirkan karena keberdosaan yang pernah dilakukan? Orang yang terus merasa tidak layak akan banyak bersyukur kepada Allah atas apa yang terjadi di dalam hidup. Biarlah permohonan kita pun disampaikan dengan cara yang penuh hormat kepada otoritas yang Allah telah tempatkan di atas kita.
Yang berikutnya adalah karakter yang agung, yang berharap terus kepada Tuhan meskipun di dalam kesedihan. Juga orang-orang yang berduka karena pekerjaan Tuhan tidak dijalankan, atau berduka karena keadaan umat Tuhan yang hidup tanpa Tuhan, ini semua karakter yang agung. Dukacita karena nama Tuhan dicemarkan, kekudusan Tuhan dihina, dan semua kesedihan yang kita alami, yang ingin kita serahkan kepada Tuhan, ini semua adalah dukacita yang akan dipuaskan dengan ucapan bahagia, yaitu ucapan bahwa Tuhan sendiri yang akan menghibur. Kita tidak tahu penghiburan macam apa yang akan Tuhan nyatakan, tetapi biarlah kita merasa aman dengan iman kita yang mengetahui bahwa Tuhan mengingat segala tangis dan kesulitan kita. Dialah yang akan menghapuskan dukacita itu dan menggantinya dengan sukacita perayaan surgawi.
Doa:
Bapa di surga, kami bersyukur karena kami sadar akan kecemaran kami dan betapa besar anugerah-Mu atas kami. Lebih lagi karena Engkau bukan saja membersihkan kecemaran kami, Engkau juga memanggil kami untuk mengalami penghiburan ilahi jika kami berada dalam dukacita. Banyak hal di dalam hidup ini yang membuat kami begitu hancur, kami bersyukur karena Tuhan menopang kami dengan penghiburan sejati. (JP)