Jangan Menyebut Nama Tuhan Allahmu dengan Sembarangan

Devotion from:

Matius 5:33-37

Bagian selanjutnya Tuhan Yesus memberi perintah yang menjelaskan hukum ke-3 dan ke-8, yaitu jangan menyebut nama Tuhan dengan tidak hormat, dan jangan bersaksi dusta. Nama Tuhan disebut untuk menguatkan suatu sumpah. Tetapi yang sering tidak disadari oleh orang-orang Yahudi adalah bahwa membawa nama Tuhan karena integritas kita dipertanyakan oleh orang lain merupakan suatu penghinaan. Memakai nama Tuhan untuk bersumpah berarti meminta Tuhan menjadi saksi untuk apa yang kita katakan. Ini diperlukan jika kita sedang berbicara memberikan kesaksian untuk suatu perkara yang dibahas di dalam pengadilan. Mengapa? Karena seriusnya dampak kesaksian kita di dalam pengadilan menuntut kita untuk berbicara dengan memanggil Tuhan sebagai saksi. Jika kita berbohong, Tuhan sendirilah yang akan menghukum kita. Tetapi di dalam lingkup yang tidak sepenting pengadilan, apakah sumpah itu diperlukan? Dalam hal lain integritas kitalah yang akan berbicara, dan itu cukup. Jika kita telah membuktikan diri sebagai orang yang dapat dipercaya, maka perkataan kita akan diterima oleh orang lain. Tetapi jika tidak, maka kita jatuh ke dalam dosa jika harus memanggil Allah sebagai saksi untuk hal-hal yang lebih kecil. Itulah sebabnya ada budaya Yahudi yang mengizinkan orang bersumpah dengan memakai langit, bumi, atau Yerusalem, bukan dengan nama Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan bahwa langit, bumi, maupun Yerusalem tetaplah identik dengan nama Tuhan. Sumpah demi langit, bumi, ataupun Yerusalem, adalah juga sumpah demi Allah.

Jika kita bersumpah demi langit, berarti kita sedang menyatakan bahwa Dia yang bertakhta di langit akan menjadi saksi apakah aku berkata benar atau bohong. Siapakah yang bertakhta di langit? Bukankah Tuhan? Jadi siapa yang bersumpah demi langit sebenarnya sedang bersumpah demi Tuhan. Lalu jika kita bersumpah demi bumi? Bukankah ini lebih rendah? Tidak. Mengapa tidak? Karena jika kita bersumpah demi kekuatan lain di bumi, berarti kita sedang menyembah dewa-dewa kafir. Tetapi jika kita mengakui bahwa pencipta bumi adalah satu, yaitu Tuhan, yang meletakkan kaki-Nya bertumpu di bumi, berarti bersumpah demi bumi adalah sama dengan bersumpah demi Tuhan. Jika kita bersumpah demi Yerusalem, berarti kita bersumpah demi kota suci yang akan menjadi kota Sang Raja Besar, yaitu Sang Mesias, Yesus Kristus. Bersumpah demi Dia sama dengan bersumpah demi Allah karena Dia adalah Pribadi kedua dari Allah Tritunggal.

Jika demikian, kita tidak boleh memanggil Tuhan, maupun bumi, ataupun langit, ataupun Yerusalem sebagai saksi kita untuk perkara-perkara kecil. Di dalam keseharian kitalah orang-orang akan menilai siapa kita. Siapa yang memerlukan pembuktian untuk setiap hal yang dia katakan, memberi bukti bahwa dia tidak dipercaya oleh orang lain. Membangun kepercayaan adalah hal yang sangat sulit jika kita terus menerus gagal mempertahankan kata-kata kita. Integritas dan kebenaran adalah hal yang seharusnya menjadi ciri khas setiap orang yang telah diselamatkan. Dengan integritas, kebertundukan kepada kebenaran, dan konsistensi melakukan kedua hal itu dalam waktu yang panjang akan membuat seseorang dipercaya. Tetapi sebaliknya, siapa yang berbohong, mengingkari janji, tidak menepati apa yang telah dikatakan, dia akan menjadi terkenal sebagai penipu dan terpaksa harus bersumpah dahulu untuk memenangkan kepercayaan orang lain. Tetapi memakai nama Tuhan karena integritas kita yang diragukan adalah penghinaan besar bagi kekudusan dan kebenaran Allah. Allah adalah Allah yang benar. Allah adalah Allah yang jujur. Allah adalah Allah yang dengan jujur dan dengan benar menyatakan diri-Nya. Allah tidak akan senang kepada kebohongan. Allah tidak mungkin mengizinkan nama-Nya dipakai untuk menguatkan perkataan orang yang tidak memiliki kejujuran dan integritas yang sejati.

Ayat 37 mengajarkan kepada kita bagaimana memiliki integritas yang sejati. Yesus mengatakan yang ya katakan ya, yang tidak katakan tidak. Ini merupakan perkataan yang sesuai dengan kebenaran. Apakah yang menjadi fakta? Itulah yang saya beritahukan. Apa yang saya ketahui sebagai seorang saksi atau sebagai pembawa berita, itulah yang saya sampaikan. Tetapi dorongan untuk mendistorsi kebenaran itu adalah dorongan dari setan. Iblis adalah pendusta dan bapa segala dusta (Yoh. 8:44). Pendusta sejati itu bahkan berbohong dengan menyebut Allah pendusta (Kej. 2:17; 3:4-5). Dia adalah sumber kelicikan, fitnah, tipu daya, dan kepalsuan. Semua perkataan yang diucapkan dengan tujuan lain yang tidak sesuai kebenaran, itu pasti berasal dari si jahat.

Untuk direnungkan:
Bagian ini mengajarkan kepada kita untuk menjadi orang yang berintegritas. Orang yang tidak melarikan diri dari fakta dan kebenaran. Orang yang mengucapkan apa yang sesuai dengan apa yang dirasakan, dan orang yang tidak takut untuk memberitakan kebenaran meskipun dengan risiko yang besar. Tuhan menginginkan kita untuk memiliki kuasa di dalam perkataan kita karena adanya integritas dan kejujuran yang teruji dengan waktu. Itu sebabnya jauhilah dusta! Sekali kita berbohong, maka seterusnya integritas kita akan dipertanyakan. Jangan mengatakan hal-hal dengan intensi menggiring orang lain untuk masuk ke dalam perangkap kita. Jangan mengatakan hal-hal yang akan menggiring orang lain menerima berita yang tidak benar. Jika kita berbohong, kita akan merusak kepercayaan orang lain kepada kita dan mungkin seumur hidup kepercayaan itu tidak akan pernah kembali. Itu sebabnya kita harus memelihara kejujuran.

Meskipun kita tinggal di tengah-tengah dunia yang penuh kemunafikan dan kepalsuan, tetapi kita harus tetap menjadi orang benar yang tulus dan apa adanya. Kejujuran dan kebenaran selalu ada bersama-sama. Siapa yang senang mendistorsi kebenaran akan hidup sebagai orang yang diragukan integritasnya. Jika kita berbicara tentang orang lain, pelihara ketulusan hati untuk menjaga nama orang lain sehingga tidak menjadi cemar melalui mulut kita. Jaga hal ini karena seperti kita membusukkan nama orang lain, Tuhan akan membangkitkan mulut orang lain lagi untuk membusukkan nama kita. Pelihara kata-kata yang keluar dari mulut kita. Tuhan akan menghakimi setiap kata-kata yang keluar dari mulut manusia. Terkadang kita begitu mudah mendistorsi suatu berita. Membesar-besarkan sesuatu tidak pada tempatnya. Semua hal ini akan merusak integritas kita sendiri. Semakin banyak dusta keluar dari mulut kita, semakin orang akan memandang rendah kita. Orang-orang yang sangat senang menyebarkan gosip adalah orang-orang level rendah yang sangat tidak bisa dipercaya. Masyarakat akan mencap kita sebagai orang dengan integritas rendah yang tidak perlu didengar kata-katanya.

Jika kita menjalankan usaha, jalankan dengan jujur dan integritas yang tinggi. Jangan menipu orang lain. Pedagang yang bodoh adalah pedagang yang tidak memelihara pembelinya dengan menipu mereka. Sekali kita menipu orang lain, seumur hidup mereka akan mengingat kita sebagai penipu. Pertobatan kita pun mungkin tidak akan dianggap karena tipu daya yang kita pernah lakukan.

Jalankan usaha dengan jujur, bekerja dengan jujur, berkata jujur, hidup tulus, dan sesuai kebenaran. Semua ini akan menuai hasil yang sangat indah. Kita akan dikenal sebagai orang dengan integritas yang teruji. Kepercayaan inilah yang tidak mungkin dibeli dengan uang berapa pun. Kepercayaan harus dibangun seumur hidup, tetapi merusak kepercayaan hanya perlu satu kali ucapan dusta.

Doa:
Tuhan, tolong kami untuk menjaga perkataan kami. Kami mohon supaya kami boleh diuji oleh waktu dan menang atas ujian itu. Kami ingin perkataan kami sesuai dengan kebenaran. Apa yang kami ketahui sebagai kebenaran, itulah yang kami rindu miliki bersama-sama. (JP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami