Satu Hukum bagi Umat Tuhan
Devotion from:
Pada bagian ini Yesus mengutip dari Keluaran 21:24-36 dan Imamat 24:19-23. Kedua bagian ini sedang menyatakan hukum yang adil yang berlaku bagi umat Tuhan. Keadilan di dalam memberikan hukuman adalah hikmat Tuhan karena sifat adil-Nya yang sempurna. Tidak ada hukuman yang boleh diberikan melampaui beratnya pelanggaran yang dilakukan. Tidak ada hukuman yang boleh diberikan terlalu ringan dibandingkan dengan pelanggaran yang telah dilakukan. Allah tidak mungkin membiarkan tindakan apa pun tidak dihukum sebagaimana mestinya. Jika kita dilanggar, maka setiap pelanggaran mesti dihukum dengan adil. Apakah yang dimaksudkan dengan hukuman yang adil? Yang dimaksudkan dengan hukuman adil, sebagaimana diajarkan Tuhan Yesus pada bagian ini, adalah hukuman yang diberikan atas dasar keadilan Tuhan, bukan balas dendam manusia. Balas dendam manusia tidak mungkin sama dengan keadilan Tuhan. Balas dendam manusia akan merusak keadilan yang Tuhan inginkan pada umat-Nya. Balas dendam tidak boleh menjadi motif menjalankan hukuman karena hanya Allah sajalah yang berhak menghukum. Setiap pelanggaran adalah pelanggaran kepada Allah. Kekudusan dan kemuliaan Allah yang dicemarkan lebih daripada kerugian yang kita dapatkan waktu pelanggaran terjadi. Dengan pengertian ini maka setiap pelanggaran yang dilakukan oleh satu orang kepada orang lainnya adalah pelanggaran kepada Allah. Allah yang dilanggar lebih daripada manusia. Simak apa yang dikatakan Yusuf ketika istri Potifar ingin berzinah dengan dia di dalam Kejadian 39:9. Yusuf tidak mau berdosa melawan Allah. Allah yang dilanggar, bukan Potifar. Demikian juga ketika kita dilanggar, Allahlah yang sebenarnya dilanggar. Dialah yang paling berhak menuntut balas dari pelanggaran yang dilakukan oleh semua manusia ciptaan-Nya yang ditopang oleh pemeliharaan dan anugerah-Nya. Maka, keadilan adalah demi kesucian dan kemuliaan Allah, bukan demi membuat seseorang merasa balas dendamnya terpuaskan. Untuk itu Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita untuk mematikan perasaan dendam kita dengan mengampuni.
Ayat 39 mengatakan supaya kita tidak melawan orang yang berbuat jahat kepada kita. Ini tidak berarti orang jahat tidak usah dihukum. Ini berarti kita belajar menyerahkan penghakiman kepada yang berhak menghakimi, dan penghukuman kepada yang berhak dihukum. Hak kita adalah untuk mengampuni orang yang bersalah kepada kita. Ini adalah hak istimewa yang Tuhan perintahkan untuk kita taati. Hak untuk tidak membalas dendam. Hak untuk mengampuni. Hak untuk berbuat baik kepada orang yang berbuat jahat kepada kita. Bahkan Tuhan Yesus mengatakan kalau ada yang menampar pipi kanan, berikan juga pipi kiri. Tamparan pada pipi kanan adalah tamparan menghina, karena dilakukan oleh punggung tangan orang yang menampar kita. Tetapi Tuhan Yesus tidak ingin penghinaan itu dibalas dengan penghinaan. Dia ingin agar kita mengampuni tamparan itu, bahkan dengan memalingkan pipi yang satu lagi. Ayat 40 mengatakan jika ada yang mencari masalah dengan kita karena menginginkan baju kita, berikan juga jubah. Ayat 41, jika ada orang asing minta ditunjukkan jalan, dan adalah kewajiban orang Israel untuk mengantar dia sejauh satu mil, Tuhan meminta kita untuk menemani dia sejauh dua mil. Ini merupakan tindakan anti balas dendam dan tindakan kasih yang melampaui apa yang seharusnya kita kerjakan. Tuhan menginginkan kita sungguh-sungguh berjiwa lemah lembut dan sabar menanggung segala kesulitan dengan hati yang mudah mengampuni orang lain.
Sekali lagi, perintah ini sama sekali tidak berarti tidak boleh ada penghukuman. Penghukuman harus ada. Jika ada orang yang menganiaya, dia harus dihukum. Tetapi alasan dia dihukum bukan untuk memuaskan korbannya, melainkan untuk kemuliaan nama Allah. Sedangkan bagi para korban, Tuhan memerintahkan agar mereka mengampuni yang bersalah. Selain mencegah balas dendam, perintah ini juga sebenarnya adalah etika yang jauh lebih dalam daripada praktek yang selama ini dikerjakan oleh orang Israel. Taurat memerintahkan kita untuk memiliki hati yang mengampuni dan mengasihi dengan mengorbankan diri. Mengorbankan harta, diri, waktu, bahkan hidup demi orang lain yang seharusnya kita benci. Siapa yang sanggup mengerjakan hal ini? Umat Tuhan yang sejati sanggup. Bahkan ketika mereka belum siap mengerjakannya pun mereka akan tetap mengerjakannya demi menaati Tuhan Yesus. Tetapi ketika kita benar-benar menjalankan perintah ini, bukan saja kita dibebaskan dari perasaan dendam yang membakar emosi kita, tetapi juga kita boleh menjadi pencetus untuk sebuah lingkungan masyarakat yang lebih baik. Tindakan kasih sebagai balasan atas kejahatan akan memutus mata rantai kejahatan yang terus beredar. Tidak ada obat yang lebih ampuh bagi masyarakat kita selain kuasa pengampunan Yesus Kristus. Seperti telah kita bahas, Yesus menggenapi Taurat dengan mampu mengerjakannya dengan sempurna sehingga Dia menjadi teladan bagi kita untuk menaati Taurat. Dia mengampuni orang-orang yang berbuat jahat kepada Dia, bahkan rela mati menebus dosa para pelanggar yang telah membenci Allah. Dialah contoh yang sejati untuk pengampunan. Maka, perintah-Nya untuk membalas kejahatan dengan perbuatan kasih adalah perintah untuk mengikuti teladan-Nya.
Untuk direnungkan:
Keadilan dengan menimpakan hukuman kepada orang jahat adalah keadilan yang pasti akan Tuhan berikan. Tetapi orang-orang pilihan-Nya mendapatkan pengampunan, bukan hukuman, dari Sang Hakim seluruh bumi. Setelah pengampunan itu kita terima, maka hidup kita akan penuh dengan ucapan syukur dan dedikasi untuk menyerahkan seluruh hidup untuk melayani Dia. Ini yang terjadi ketika pengampunan dan tindakan kasih kita terima sebagai balasan atas kejahatan kita. Bukankah hal yang sama juga bisa terjadi kepada orang lain? Jika kita membalas kejahatan mereka dengan kebaikan, jika kita tidak menuntut balas atas kesalahan orang lain, bukankah ini memberikan mereka kesempatan untuk mengenal kasih yang sejati dari Yesus Kristus? Ya. Meskipun tetap ada yang begitu bebal dan keras hati, tetapi banyak juga orang-orang yang sungguh-sungguh bertobat karena tersentuh oleh sifat orang-orang Kristen yang tidak menuntut balas untuk segala kejahatan yang telah mereka derita. Meskipun sulit, mari kita belajar melakukan hal ini. Pengampunan yang sejati. Adakah orang di dekat kita yang merugikan kita? Menyakiti? Menipu? Jika kita menjadi korban kejahatan mereka, maka biarlah kita ingat bahwa musuh sesungguhnya bukanlah orang yang merugikan kita. Musuh yang sejati adalah Iblis yang memengaruhi orang-orang untuk menolak dan membenci Tuhan. Dialah yang seharusnya dibenci. Sesama kita adalah orang-orang yang sudah terjebak jerat Iblis, biarlah kita membebaskan mereka demi kemuliaan nama Tuhan.
Kemudian bagaimana kita mengaitkan bagian ini dengan keadilan Allah? Bagian ini justru menekankan keadilan Allah. Keadilan Allah berarti keadilan milik Allah, berdasarkan standar Allah, berdasarkan otoritas Allah, dan berdasarkan waktu Allah. Tidak ada manusia yang boleh menjadikan keadilan ini miliknya sendiri. Kita bukan Allah, biarlah Allah yang menghukum. Tetapi jika kita dipanggil oleh Allah untuk berbagian di dalam menyatakan keadilan dan kebenaran Allah di dalam dunia ini, maka kita harus melakukannya dengan hati yang bebas dari dendam, dan dipenuhi kasih dan pengampunan yang sejati. Adakah sumber pengampunan itu di dalam diri kita sendiri? Tidak! Tuhan Yesuslah yang menjadi kekuatan dan sumber pengampunan itu. Karena Dia telah lebih dahulu mengampuni kita dan berbuat baik kepada kita, barulah kita sanggup mengampuni orang lain dan berbuat baik kepada mereka yang bersalah kepada kita. Tuhan berkorban demi saya, maka saya harus rela berkorban bagi orang lain. Yesus berkorban bagi saya ketika saya masih melawan Dia, maka saya harus rela berkorban bagi orang lain yang masih memusuhi saya, yaitu orang-orang yang tadinya begitu saya benci. Tetapi karena kuasa pengampunan Yesus Kristus, sekarang saya mengasihi mereka dan rela berkorban bagi mereka. Hanya inilah caranya kita sanggup berbuat baik kepada yang berbuat jahat kepada kita. Hanya dengan memandang kepada Yesus dan melihat apa yang telah Dia lakukan bagi kita. Hanya itu caranya!
Doa:
Ya Tuhan yang mengasihi kami, ajari kami untuk dikuatkan oleh kasih-Mu sehingga kami sanggup mengasihi mereka yang membenci kami. Mereka yang seharusnya kami benci. Tolong kami untuk senantiasa memandang kepada Juru Selamat kami sehingga kami sanggup berbuat baik kepada mereka yang tadinya begitu kami benci. (JP)