Doa Bapa Kami (1)
Devotion from:
“Bapa kami…”
Dalam bagian ini kita akan melihat doa yang diajarkan Tuhan Yesus, yaitu Doa Bapa Kami. Doa ini dimulai dengan kata-kata yang hanya boleh diucapkan oleh umat tebusan Tuhan. Panggilan “Bapa” adalah panggilan yang menjadi hak Kristus. Tetapi orang percaya boleh memanggil Dia “Bapa” karena Kristus. Kristus yang melayakkan kita karena Dia menebus kita. Di dalam Kristus kita boleh memanggil Allah dengan “Bapa”. Tetapi doa ini mengingatkan kita bahwa umat tebusan itu tidak terdiri dari satu orang saja, melainkan terdiri dari banyak saudara-saudara. Itulah sebabnya doa ini dibuka dengan memanggil Allah sebagai “Bapa kami”, bukan “Bapaku”. Ini berarti Tuhan Yesus sedang mengajarkan umat Tuhan untuk berdoa dengan kesadaran bahwa seorang percaya memiliki banyak saudara yang dikasihi Tuhan dan mengasihi Tuhan. Setiap orang Kristen tidak boleh lupa bahwa ada orang-orang lain yang juga percaya kepada Kristus dan mereka telah dipilih dan dijadikan anak oleh Bapa.
“…yang di surga,”
Dalam kata-kata doa yang berikut, Tuhan Yesus mengajarkan umat Tuhan untuk menyadari bahwa Tuhan ada di tempat yang Mahatinggi. Meskipun kita memanggil Dia “Bapa”, tetapi kita tidak boleh kehilangan hormat yang seharusnya diberi untuk Dia (Mal. 1:6). Salah satu cara untuk mengingat siapa Allah adalah dengan mengingat bahwa Dia berada di surga (Pkh. 5:1). Allah ada di surga yang mulia, sedangkan kita di bumi. Dia adalah Sang Pencipta yang bertakhta atas seluruh ciptaan, sedangkan kita adalah ciptaan yang begitu kecil dan lemah. Kedekatan yang Tuhan anugerahkan kepada kita tidak boleh membuat kita lupa bahwa kita di bumi, sedangkan Allah ada di surga.
“dikuduskanlah nama-Mu,”
Permohonan ini adalah permohonan yang sewajarnya dikatakan oleh manusia yang menyadari kemuliaan Allah. Dia yang agung dan layak dipuji, biarlah nama-Nya ditinggikan dan diagungkan sebagaimana seharusnya. Ini menjadi doa yang benar-benar dirindukan oleh umat Tuhan yang sejati. Tidak ada kerinduan yang lebih besar daripada kerinduan agar nama Tuhan dipermuliakan. Siapa pun orang yang mengenal Tuhan menyadari bahwa tidak ada hal yang lebih rusak daripada ciptaan yang menghina nama Penciptanya. Manusia berdosa meremehkan Tuhan. Mereka menolak menyembah Tuhan dan menolak menghormati nama-Nya yang kudus. Tetapi orang-orang yang telah mengenal Dia menjadi sadar betapa tidak pantasnya kalau orang-orang yang diciptakan dan ditopang oleh anugerah-Nya tidak sujud menyembah di dalam nama-Nya dengan segala perasaan hormat dan kagum. Inilah permohonan kita ketika menyadari keagungan nama-Nya, yaitu biarlah semua manusia sujud dan menyembah Allah ketika mereka mendengar nama-Nya yang kudus. Biarlah semua manusia menjadi gentar dan hormat ketika nama-Nya yang kudus disebut. Biarlah semua manusia mempersembahkan hidup yang kudus dan benar jikalau melalui mulut mereka nama Tuhan yang kudus disebut.
“datanglah Kerajaan-Mu…”
Bagian ini adalah permohonan agar kuasa, kesucian, keadilan, kebenaran, kedamaian, dan kemuliaan Allah bertakhta di seluruh bumi dengan segera. Semua kejahatan, ketidakadilan, penghinaan terhadap nama Tuhan, penindasan, dan semua hal lainnya akan dihakimi dan dibersihkan dari Kerajaan Allah. Kedatangan Kerajaan Allah adalah permohonan untuk sifat Allah yang benar dan adil dinyatakan untuk menghancurkan segala kecemaran, kejahatan, dan ketidakadilan di dunia ini.
“jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga…”
Doa dilanjutkan dengan memohon kepada Bapa agar apa yang Bapa rencanakan di bumi dapat terjadi sama seperti di surga kehendak-Nya jadi. Ini adalah permohonan yang menyatakan kebertundukan mutlak kepada Allah. Orang Kristen sejati harus berdoa dengan menyadari hal ini. Kebertundukan kepada kehendak Allah adalah hal yang paling penting untuk mematikan sifat mementingkan diri sendiri. Tidak ada cara lain! Utamakan Allah, bukan diri. Utamakan kemuliaan Allah, bukan kedamaian hidup diri. Utamakan menyenangkan Allah, bukan kesenangan sendiri. Inilah paradoks hidup manusia. Ketika kita mencari damai bagi diri sendiri, damai tidak akan pernah tiba. Ketika kita mencari ketenangan bagi diri sendiri, justru ketenangan menjauh dari kita. Tetapi ketika kita menjalani hidup dengan penuh ketaatan akan kehendak Allah, di situlah bahagia sejati bermula. Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu jadilah (Luk. 22:42).
Untuk direnungkan:
Perhatikan bagaimana Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk mengutamakan Allah di dalam doa kita. Allah sebagai Bapa kita yang harus kita tinggikan. Allah yang nama-Nya harus dikuduskan. Allah yang Kerajaan-Nya harus ditegakkan di bumi ini. Allah yang kehendak-Nya harus terjadi di bumi ini seperti di surga. Semua berfokus kepada pribadi Allah dan kehendak-Nya. Tidak ada yang lain yang boleh mengambil tempat utama ini. Jika kehidupan kita adalah kehidupan yang terus menerus mengesampingkan Tuhan, maka kita bukan orang Kristen sejati. Doa yang sejati juga merupakan ekspresi kerohanian yang dewasa. Tidak ada cara yang lebih baik untuk menilai diri kita selain dengan melihat isi doa-doa yang kita panjatkan dengan segenap hati dan ketekunan. Adakah kita bertekun agar nama Tuhan dipermuliakan? Adakah kita bertekun dalam doa supaya Allah kita menyatakan kemuliaan-Nya dan ditinggikan oleh seluruh ciptaan-Nya? Jika doa-doa kita tidak memiliki permohonan suci seperti ini, maka kita akan menjalani kehidupan dengan keinginan-keinginan yang makin tidak selaras dengan kehendak dan rencana Allah. Biarlah kita boleh belajar untuk memiliki doa yang benar-benar memberikan segala kerinduannya kepada Allah, nama-Nya yang kudus, dan kehendak-Nya yang mulia.
Tetapi orang-orang Kristen makin terseret oleh penyesat-penyesat yang mengaku sebagai hamba Tuhan. Ajaran-ajaran yang makin rusak menekankan kuasa doa dengan cara yang tidak pernah diajarkan oleh Alkitab. Banyak orang Kristen sekarang menggunakan doa sebagai cara untuk meraih semua hawa nafsu duniawinya untuk menjadi kaya atau terkenal. Allah diperlakukan tidak beda dengan dewa-dewa palsu dan dijadikan media bagi mereka untuk memperoleh kemewahan dan kenikmatan hidup. Manusia sudah tersesat dan di dalam kesesatannya mereka meminta dengan cara yang sangat tidak pantas kepada Allah yang Mahatinggi. Doa bukan cara untuk kita melihat mujizat untuk dipamerkan. Doa juga bukan cara kita dapat memperoleh ilmu-ilmu sakti. Doa orang Kristen harus berbeda dengan doa orang-orang kafir, tetapi mengapa tetap ada gereja-gereja yang mengajarkan orang Kristen berdoa seperti orang-orang kafir berdoa. Isi doa hanya meminta hal-hal yang berkait dengan kesuksesan diri dan kebahagiaan diri. Meminta keuntungan yang berlipat ganda di dalam usaha, meminta dimuluskan bisnisnya, meminta agar naik pangkat atau naik gaji, dan lain-lain. Semua permintaan yang didorong oleh motivasi memuaskan diri sendiri adalah permintaan yang salah (Yak. 4:3). Kita salah berdoa karena semua mau dipakai untuk memuaskan hawa nafsu.
Tetapi jika di satu sisi orang-orang Kristen yang telah tersesat di dalam konsep doa yang salah itu sangat tekun berdoa, maka di sisi yang lain ada orang-orang Kristen yang tidak memiliki kehidupan doa yang hidup dan intim dengan Allah. Mereka ini hanya berdoa seperlunya. Doanya pun hanya mengulang-ulang kata-kata klise yang tidak lagi keluar dari hati yang sungguh-sungguh memanjatkan doanya. Doanya menjadi kering dan rutinitas saja. Tidak ada kehangatan di dalam doanya. Tidak ada kerinduan kepada Allah yang tercermin dari kata-kata doanya. Tidak ada relasi yang dekat dengan Allah. Semuanya kering dan kosong. Jika ini kehidupan doa kita, kita harus bertobat dan memohon hati yang sungguh-sungguh memiliki kerinduan berelasi dengan Allah.
Doa:
Tuhan, kami rindu mengutamakan Engkau di dalam hidup kami. Berikanlah kami hati yang senantiasa merindukan Tuhan dan merindukan Kerajaan Tuhan dinyatakan. Tolong kami, ya Tuhan, agar hanya Engkau yang senantiasa kami rindukan di dalam hati kami, dan agar hati kami itu dapat dipelihara oleh Roh-Mu melalui firman-Mu. Biarlah kerinduan itulah yang mendorong kami mengatakan: “dikuduskanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu…” (JP)