Doa Bapa Kami (3)
Devotion from:
“janganlah membawa kami ke dalam pencobaan”
Kita tiba pada permohonan terakhir, yaitu supaya Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan. Tuhan Yesus mengajarkan kita agar kita senantiasa bergantung kepada Tuhan untuk melawan dosa. Iblis terus mencari cara untuk memperdaya kita dan membuat kita jatuh ke dalam dosa. Kesadaran akan hal ini membuat kita sadar bahwa kita tidak sanggup lepas dari jeratnya sekali kita terjatuh di dalamnya. Tuhan Yesus ingin agar seluruh umat Tuhan sadar betapa berbahayanya dosa itu dan betapa lemahnya kita semua untuk melawan dosa. Tetapi kata-kata “janganlah membawa kami…” ini perlu dipahami lebih dalam lagi. Kalimat ini dipakai sebagai cara umat Tuhan menyatakan kelemahan iman mereka. “Memimpin ke dalam pencobaan” ini berarti Tuhan membawa iman seseorang kepada kemurnian setelah dihadapkan dengan ujian iman. Misalnya di dalam Kitab Ayub di mana Tuhan dengan sengaja mengizinkan setan membujuk, menggoda, bahkan menghancurkan Ayub agar dia jatuh ke dalam dosa (Ayb. 1:12; 2:6). Ayub dipimpin oleh Tuhan ke dalam segala bentuk ujian iman yang sangat berat. Tetapi jika itu adalah cara Tuhan memurnikan Ayub, mengapa Tuhan Yesus mengajar umat-Nya berdoa agar Bapa di surga tidak memakai cara itu untuk mereka? Sebenarnya Tuhan Yesus bukan mengajarkan bahwa cara Tuhan memurnikan iman dengan kesulitan dan penderitaan sebagai hal yang salah. Tuhan Yesus mengajarkan ini agar umat Tuhan dengan rendah hati menyatakan dirinya tidak sanggup melewati pencobaan. Ayub sanggup bertahan dengan kebenarannya, tetapi kita akan gagal terus. Jadi kata-kata yang diajarkan Yesus berarti, “Jangan uji kami karena kami akan gagal.” Tuhan Yesus tidak mau mengajarkan murid-murid-Nya menjadi super hero rohani, yaitu orang-orang yang merasa cukup kuat menghadapi apa pun karena kekuatan rohani yang telah dia miliki. Orang seperti ini akan berdoa, “berikanlah aku pencobaan karena aku sanggup menghadapinya.” Ini doa yang sombong sekali. Tuhan Yesus mengingatkan murid-murid-Nya untuk berkata, “jangan beri pencobaan, karena aku pasti gagal…”
“lepaskanlah kami dari pada yang jahat”
Tetapi lanjutan dari doa itu mengatakan: “lepaskanlah kami dari pada yang jahat”. Ini berarti kita tetap yakin bahwa Tuhan sanggup menopang dan membebaskan kita dari segala pencobaan terhadap iman kita. Saya sendiri tidak akan berhasil menang. Tetapi jikalau kuasa Tuhan membebaskan saya dari yang jahat, saya akan menang. Jadi bukan karena kekuatan saya yang hebat yang mendorong saya untuk meminta Tuhan memberi pencobaan atau ujian iman, tetapi karena kepercayaan bahwa Dia menopang saya sepenuhnya. Tanpa Dia saya tidak akan menang melewati apa pun. Jangan membawa kami ke dalam pencobaan karena pasti kami gagal. Tetapi jika memang kami harus masuk ke dalam pencobaan, maka kami memohon supaya kekuatan-Mu sajalah yang menopang kami, memelihara iman kami, dan memberikan kemenangan kepada kami. Inilah pengertian dari bagian doa ini.
“karena Engkaulah yang empunya Kerajaan, dan kuasa, dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin”
Bagian terakhir dari doa ini adalah pernyataan pujian bagi Tuhan. Doksologi. Ucapan yang menyatakan pengakuan kita akan kemuliaan Tuhan. Doa yang sejati harus mengandung puji-pujian yang tulus kepada Allah yang mulia. Memuji Tuhan karena sifat-sifat-Nya yang mulia dan memuji Tuhan karena kasih-Nya yang besar. Ketika kita mengatakan, “Tuhanlah yang memiliki Kerajaan”, ini berarti kita menyadari Kerajaan-Nya sebagai sesuatu yang akan dinyatakan di bumi ini. Kita mengakui bahwa Dia adalah Sang Raja seluruh alam semesta. Ketika kita mengatakan, “Tuhanlah yang memiliki kuasa”, ini berarti kita sama-sama mengakui dengan bersujud bahwa tidak ada kemuliaan dan kuasa yang boleh dinyatakan selain kuasa Tuhan. Semua kuasa lain yang muncul adalah kuasa yang akan menghancurkan iman Kristen, tetapi kuasa Tuhan jauh melampaui kuasa apa pun. Dia jugalah satu-satunya yang layak dipermuliakan. Seluruh kemuliaan hanya bagi Allah. Tidak ada keindahan, kemuliaan, dan terang sejati yang dapat disandingkan dengan kemuliaan Allah. Kemudian seluruh doa ditutup dengan kata “Amin”. Ini berarti pernyataan bahwa segala kalimat yang telah diucapkan di dalam doa adalah kalimat-kalimat yang sungguh benar adanya.
Untuk direnungkan:
Biarlah semua hal yang diajarkan melalui doa ini boleh menjadi bagian dari hidup kita juga. Biarlah kita boleh menjadi orang-orang yang sungguh-sungguh rendah hati dan menyadari kelemahan diri sendiri. Kesadaran ini akan membawa kita menjauhkan diri dari dosa. Jika kita tidak merasa kuat menghadapi godaan dosa, maka kita akan menjauhi setiap sumber godaan itu. Jika kita tidak merasa sanggup bertahan, maka kita tidak akan main-main dengan membawa diri sendiri menuju godaan dosa. Bagaimana mungkin Tuhan berkenan jika seseorang yang memohon agar tidak dibawa oleh Tuhan ke dalam pencobaan ternyata malah membawa diri sendiri ke dalam pencobaan. Biarlah kita menyadari kelemahan diri kita. Jika kita pernah diikat oleh suatu dosa tertentu, biarlah kita menyadari bahwa diri kita sangat lemah di dalam dosa itu. Jauhkanlah diri dari apa pun yang membawa kita jatuh kembali ke dalam dosa yang sama. Kesadaran inilah yang mendorong kita memohon kepada Allah agar kita tidak dibiarkan melewati pencobaan karena dengan kekuatan sendiri kita akan gagal.
Tetapi di dalam doa ini juga diajarkan bahwa Tuhan Allah adalah pengharapan untuk menang dari dosa. Kekuatan kita sendiri hanya membuahkan kegagalan, tetapi kekuatan Tuhan adalah penopang yang sejati dan dapat diandalkan. Tuhan memberikan kekuatan kepada kita sehingga kita sanggup. Tidak ada satu orang pun mempunyai kemampuan untuk mengalahkan dosa, tetapi Tuhan memampukan kita. Ini tidak berarti kita pasif dan tidak melakukan apa pun. Setiap orang Kristen harus berjuang menjauhkan dirinya dari pencobaan, seperti permintaan di dalam doa ini. Menjauhkan diri dari apa pun yang dapat membuat kita jatuh ke dalam dosa. Mengandalkan Tuhan harus selalu dibarengi dengan menjauhkan diri dari dosa. Jika kita memohon kekuatan dari Tuhan untuk meninggalkan dosa, tetapi kita selalu merasa diri kuat dan terus membiarkan diri dekat pada situasi yang memungkinkan kita jatuh, maka Tuhan pasti tidak mengabulkan permohonan kita. Jika kita tidak menjauhkan diri dari dosa, tetapi meminta Tuhan menjauhkan dari dosa, ini berarti kita sedang mencobai Tuhan.
Hal berikut yang menjadi renungan kita adalah memuji Tuhan di dalam doa. Memanjatkan doksologi di dalam seruan doa kita adalah sesuatu yang sangat indah. Doa bukan hanya berisi daftar permintaan kita kepada Allah. Doa adalah cara kita memanjatkan kerinduan akan Tuhan, dan juga kekaguman akan Dia. Hati orang percaya seharusnya terbiasa berdoksologi bagi Tuhan. Puji-pujian dan sembah kita kepada Tuhan dinyatakan dengan sangat indah di dalam kalimat penutup Doa Bapa Kami ini. Tuhan adalah yang mempunyai Kerajaan, kuasa, dan kemuliaan selama-lamanya. Lalu kata terakhir untuk menutup doa ini adalah “amin”. Kata yang berarti “sungguh benar demikian” atau “jadilah sesungguhnya demikian” adalah penutup yang menunjukkan pengharapan dan iman kita akan apa yang kita doakan. Kata “amin” juga digunakan sebagai kata meresponi kalimat doksologi atau puji-pujian kepada Tuhan. Kata ini menunjukkan bahwa yang kita doakan bukan kalimat kosong yang diserukan tanpa didengar siapa pun. Kata ini menunjukkan bahwa apa yang kita doakan didengar oleh Allah yang berkuasa atas langit dan bumi. Tidak ada doa yang sia-sia diucapkan karena ternyata diabaikan oleh Bapa di surga. Kata “amin” menunjukkan iman kita bahwa Allah yang mendengar sanggup menyatakan kehendak-Nya atas jawaban doa bagi anak-anak-Nya. Kata ini juga menunjukkan pengharapan kita supaya apa yang didoakan benar-benar menjadi nyata.
Doa:
Tuhan, kami bersyukur karena kami boleh berdoa kepada-Mu. Kami bersyukur karena Engkaulah pemelihara kami yang senantiasa mendengar seruan kami. Kami bersyukur karena Engkaulah yang maha kuasa dan akan menyatakan rencana-Mu yang agung agar Kerajaan-Mu datang. Kami bersyukur karena kami memiliki Allah yang mengenal kami dan yang rela menjawab permohonan kami untuk mempertumbuhkan iman kami. (JP)