Jalan yang Lebar dan yang Sempit

Devotion from:

Matius 7:12-14

Tuhan Yesus melanjutkan pengajaran-Nya dengan satu prinsip penting di dalam menjelaskan seluruh Alkitab. Tuhan Yesus mengambil suatu ajaran dari Rabi Hillel (sekitar 110 SM-10 M) yang mengajarkan, “Jangan lakukan kepada orang lain apa yang engkau tidak ingin mereka lakukan kepadamu. Inilah seluruh Taurat, keseluruhan; yang lain adalah penjelasan. Pergilah belajar!” Ajaran yang menyebar di seluruh Israel pada waktu itu menekankan supaya kita tidak berbuat jahat kepada orang lain. Ini merupakan pola yang juga dipakai Tuhan ketika memberikan sepuluh hukum. Jangan mencuri, jangan berzinah, jangan membunuh, semua memakai kalimat negatif, “jangan!” Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan bahwa menaati perintah negatif ini barulah sebagian dari ketaatan yang sejati. Mengapa? Karena perintah negatif ini harus dilakukan dengan suatu perintah utama, yaitu “kasihilah Tuhan Allahmu” (Ul. 6:5) dan “kasihilah sesamamu manusia” (Im. 19:18). Perintah negatif memberikan pengajaran yang sangat kuat tentang apa yang Allah sangat benci. Perintah kasih memberikan pengajaran yang sangat kuat tentang apa yang Allah senangi. Tidak melakukan apa yang Allah benci barulah sebagian dari keseluruhan kehendak Allah. Melakukan apa yang Allah senangi tetapi melanggar apa yang Allah benci adalah kepalsuan.

Tuhan Yesus memberikan penekanan di sini untuk melakukan apa yang Allah senangi. Para pemimpin agama dan orang-orang yang merasa dirinya saleh memakai ukuran perintah negatif untuk menilai kerohanian mereka. Mereka merasa begitu baik dan suci karena tidak melakukan apa yang Allah larang. Tetapi mereka lupa bahwa mereka belum melakukan apa yang Allah perintahkan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menekankan kembali keharusan untuk mengasihi orang lain. Tetapi untuk mengasihi orang lain dengan sempurna berarti berinisiatif melakukan apa yang kita inginkan dari orang lain. Kita mau dimaafkan kesalahannya? Ampunilah kesalahan orang lain kepada kita. Kita ingin diperlakukan dengan baik? Kita harus memperlakukan orang lain dengan baik. Kita mau hak kita dihargai? Kita harus menghargai hak orang lain. Tindakan yang aktif, dan bukan pasif. Tetapi ini sangat berat, sangat sulit untuk mempertahankan perasaan yang tulus dan mendalam untuk orang lain dengan konsisten. Tetapi apa yang sulit inilah yang harus dilalui. Itu sebabnya Tuhan Yesus melanjutkan dengan suatu gambaran memasuki kota benteng. Orang-orang yang agung dan besar akan masuk ke kota benteng melalui jalur yang utama: Jalur kehormatan. Tetapi pembawa barang-barang, para budak, dan orang-orang marginal lainnya akan masuk melalui pintu yang kecil. Apakah mudah untuk mengasihi orang lain, menjadi berkat bagi mereka, dan membuat mereka menjadi utama di dalam hidup kita? Sangat sulit. Apakah yang membuat sulit? Keegoisan kita. Keinginan kita untuk menjadi besar, menjadi utama, dan menjadi pusat perhatian orang lain, inilah hal-hal yang sangat menghalangi. Jika kita harus masuk kota berbenteng, maka melewati pintu yang utama dengan disambut oleh seluruh warga kota benteng itu adalah hal yang diidam-idamkan. Siapa yang mengidamkan jadi pembawa barang? Atau budak? Atau orang miskin lainnya? Semua mau hormat, mulia, besar, tempat utama. Tetapi sifat mau hormat, mulia, dan besar ini adalah sifat yang sangat menghalangi seseorang berbuat baik kepada orang lain sesuai dengan standar Tuhan. Siapa yang mau menaati ayat 12 harus rela melakukan ayat 13. Harus rela merendahkan diri dan rela mengosongkan diri.

Ayat 14 mengingatkan bahwa meskipun jalan yang sempit itu terlihat hina dan remeh, tetapi justru itulah jalan menuju kepada kehidupan. Siapa yang mau hidup di dalam Kerajaan Sang Mesias harus rela menempatkan dirinya sebagai yang hina. Ini adalah paradoks dari Kerajaan Allah yang harus kita pahami dengan sempurna. Siapa yang ingin menjadi terbesar, biarlah dia menjadi yang terkecil. Siapa yang ingin menjadi pemimpin, biarlah dia menjadi hamba (Mat. 20:26-28). Siapa yang mau mengasihi harus siap disakiti, dikecewakan, dianggap rendah, dan dikosongkan. Inilah keagungan orang-orang yang akan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Mereka mengosongkan dirinya demi orang lain, sama seperti Raja mereka juga telah mengosongkan diri-Nya demi menebus mereka. Mereka inilah yang akan menjadi pemenang. Mewarisi kerajaan, bahkan seluruh bumi, bersama-sama dengan Sang Penebus mereka yang meraih takhta dan mahkota bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan kuasa pengosongan diri dan ketaatan kepada Bapa di surga.

Untuk direnungkan:
Biarlah hari ini kita kembali merenungkan relasi kita dengan orang-orang di sekitar kita. Apakah kita masih berada di dalam keadaan diri yang begitu egois? Tidak punya tempat untuk orang lain? Tidak mampu membuka hidup untuk orang-orang di sekitar kita? Tidak mempunyai ruang sedikit pun di dalam hati kita untuk orang-orang di sekitar kita? Atau mungkin kita berada di dalam tahap “separuh taat” karena kita tidak pernah menyakiti orang lain? Tidak pernah merugikan siapa-siapa tetapi juga tidak pernah menjadi saluran berkat bagi siapa pun. Tidak pernah menyakiti hati siapa pun tetapi juga tidak pernah membalut luka hati siapa pun. Tidak pernah membenci siapa pun tetapi juga tidak mengasihi seorang pun. Tidak pernah berbuat jahat kepada siapa pun tetapi juga tidak pernah berbuat baik kepada siapa pun. Ini semua adalah ketaatan yang salah. Setiap larangan Tuhan diberikan untuk membuat kita gentar dan menghindari segala hal yang Tuhan benci. Tetapi kalau hidup kita hanya diisi untuk menghindari apa yang Tuhan benci, maka sebenarnya kita sedang hidup menjauhi Tuhan. Kita menjauhi hukuman Tuhan tetapi juga menjauhi berelasi dengan Dia. Kita menjauhi melanggar hukum Tuhan tetapi juga menjauhi menaati perintah-Nya. Kita menjadi orang yang begitu pasif dan berbangga dengan kepasifan kita. Sampai kapankah kita akan terus seperti ini? Sampai kita sadar bahwa kita memerlukan orang lain lalu kita mulai memanfaatkan orang lain demi diri kita. Kita menolak untuk berinteraksi dengan siapa pun baik secara positif maupun secara negatif, sampai kita sadar kita perlu orang lain. Ini adalah cara berelasi yang sangat egois. Hidup di menara yang tinggi tetapi akhirnya turun karena sadar kita perlu orang lain. Kita perlu makan, kita perlu teman, kita perlu ada orang di sebelah kita yang menguatkan kita dan menopang kita ketika kita sedang goyah. Betapa jahatnya kita! Bukan saja kita menolak untuk menjadi berkat bagi orang lain, tetapi kita mengklaim diri sebagai yang berhak mendapat berkat dari orang lain. Kita marah ketika orang lain tidak melakukan apa yang kita mau. Kita benci orang yang tidak mau mengambil peran yang kita ingin mereka lakukan. Kita merasa terganggu dengan kehadiran orang-orang yang tidak bisa memberi apa-apa yang menguntungkan kita atau menyenangkan kita.

Tetapi pada bagian ini Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk melakukan kepada orang lain apa yang kita ingin orang lain lakukan untuk kita. Baik Rabi Hillel di Timur Dekat, maupun Konfusius di Tiongkok memiliki konsep yang mencegah orang berbuat jahat kepada orang lain. Tetapi hanya Tuhan Yesus yang menafsirkan sisi lain dari larangan berbuat jahat itu dengan mengajarkan perintah berbuat baik. Kita perlu orang lain karena apa? Kita ingin ada yang mendengar keluh-kesah kita? Menemani kita? Mengasihi kita? Tetapi yang Tuhan Yesus perintahkan adalah kita mengambil posisi yang kita inginkan orang lain tempati. Memberi, bukan menerima (Kis. 20:35). Menolong, bukan ditolong (Luk. 10:30-36). Melayani, bukan dilayani (Mat. 20:28). Apakah yang kita tuntut dari orang lain? Biarlah daftar tuntutan kita dari orang lain menjadi daftar kegiatan yang kita janji akan kerjakan bagi orang lain mulai hari ini. Menuntut diri untuk mengerjakan apa yang kita tuntut dari orang lain.

Doa:
Tuhan, kuatkan kami untuk rela merendahkan diri. Kuatkan kami untuk rela menyangkal diri. Kuatkan kami untuk rela mengosongkan diri. Mampukan kami menjadi saluran berkat-Mu yang terus meneladani Kristus yang rela mengosongkan diri-Nya demi kami. Pakai kami untuk menolong orang lain menggenapi apa yang Tuhan tuntut dari mereka. (JP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami