Lima Roti dan Dua Ikan
Devotion from Matius 14:13-21
Injil Yohanes mengisahkan dengan lengkap peristiwa pemberian makan 5.000 orang laki-laki. Di dalam Injil Yohanes itulah kita tahu bahwa orang banyak segera ingin menjadikan Yesus raja yang baru karena telah mendapat roti. Belas kasihan dan pemberian makanlah yang menggerakkan orang banyak itu, bukan kebenaran. Itu sebabnya Yesus menghindarkan diri-Nya dari mereka. Sama dengan orang-orang Kristen sekarang. Jika kita meninggikan Yesus karena Dia memberikan kita makanan atau kesejahteraan sosial sehingga kita lebih makmur dan lebih kaya setelah menjadi Kristen, maka Dia akan pergi dari kita. Tuhan tidak mau firman-Nya dan kebenaran Injil dijadikan nomor dua. Dia tidak mau orang-orang yang salah memahami tujuan kedatangan-Nya. Tetapi ini tidak berarti Dia tidak memerhatikan kebutuhan dari orang-orang yang datang kepada-Nya. Ketika orang banyak terus mengikuti Dia dan tidak punya apa-apa untuk makan, maka Tuhan memberikan mereka makanan dengan mujizat yang Dia kerjakan. Tetapi, berbeda dengan Injil Yohanes, Injil Matius mengisahkan hanya bagian ketika Yesus memberi makan 5.000 orang. Dia tidak menulis tentang peristiwa lanjutannya karena Matius memang ingin menekankan hingga bagian ini saja. Apakah yang menjadi tekanan utama dari Matius? Ada dua hal yang bisa kita lihat:
- Yesus adalah sumber makanan umat Tuhan.
Inilah pesan pertama yang disampaikan oleh Matius. Ayat 16 dikatakan bahwa para murid harus memberikan mereka makan. Ini perintah yang aneh. Tidak ada satu pun murid yang sanggup memberi makan orang banyak itu. Aliran theologi liberasi atau theologi pembebasan sangat senang bagian ini. Mereka terus menekankan bahwa tugas gereja adalah memberi makan orang-orang yang tidak mampu. Tetapi ini bukan kesimpulan yang benar. Mengapa? Sebab bagian ini sedang menekankan bahwa Yesus memberikan perintah yang tidak sanggup dikerjakan para murid. Ini bukan hanya mengenai makanan. Tuhan Yesus memberikan perintah, lalu kita sebagai gereja sadar bahwa kita tidak sanggup! Tuhan Yesus memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu yang perlu iman untuk menjalankannya. Ini yang menjadi pelajaran bagian ini. Apakah gereja tidak berkewajiban memberi makan orang miskin? Tetap berkewajiban. Tetapi memberi makan orang-orang miskin adalah pekerjaan yang dilakukan dari ketersediaan yang melimpah di dalam gereja. Orang-orang yang tidak bisa cari makan sendiri karena kelemahan mereka, inilah yang harus ditolong. Gereja tidak boleh sembarangan distribusikan sumber daya yang Tuhan sudah berikan untuk orang-orang yang malas, untuk penipu-penipu yang berpura-pura miskin, dan untuk orang-orang yang sebenarnya masih mampu berusaha. Jika gereja sembarangan menolong, maka orang-orang yang memang tidak mampu dan harus diberi makan, orang-orang ini akan diabaikan. Tetapi yang ditekankan oleh Matius adalah Yesus memberi perintah yang mustahil. Mustahil dan hanya bisa terjadi kalau Yesus melakukan mujizat. Inilah yang disebut dengan perintah untuk beriman. Perintah yang menuntut bukan hanya seluruh harta, tetapi bahkan lebih lagi daripada apa yang kita miliki. Perintah yang menuntut janji iman! Inilah yang Yesus sedang kerjakan. Banyak orang Kristen begitu pelit kepada Tuhan. Persembahan begitu sedikit, perpuluhan dicuri dan dinikmati sendiri, memberi untuk Tuhan menjadi suatu kebiasaan yang sangat tidak ada di tengah-tengah umat-Nya. Jika kita terus seperti ini, bagaimana mungkin kita sanggup menjalankan perintah Tuhan yang melampaui apa yang kita miliki. Murid-murid diperintahkan untuk memberi makan 5.000 orang laki-laki (belum termasuk perempuan dan anak-anak). Meskipun semua perbekalan mereka dikeluarkan pun tetap tidak cukup. Apalagi ayat 17 mengatakan bahwa ternyata para murid pun sudah tidak punya makanan! Tuhan memerintahkan orang lapar untuk memberi makan orang lapar yang lain! Siapa yang datang kepada Tuhan dengan mengasihani diri akan Tuhan perintahkan untuk belajar mengasihani orang lain. Biar Tuhan yang mengasihani kita, sedangkan belas kasihan kita harus diberikan kepada orang lain, bukan diri sendiri. Perintah yang mustahil inilah yang melatih kita untuk senantiasa bergantung kepada Tuhan dan berharap Dia sajalah yang bekerja. Inilah yang Tuhan ingin kita peroleh. Iman yang melihat kepada Tuhan dan ucapan syukur serta perasaan kagum yang muncul setelah melihat Tuhan bekerja. Tuhanlah yang memberi makan umat-Nya. Yesus adalah Allah yang menjadi sumber makanan, sumber keselamatan, sumber pertumbuhan iman, dan sumber kebenaran dari umat Tuhan. Dialah yang mencukupkan kebutuhan gereja-Nya. Setelah iman kita dilatih dengan hal-hal seperti ini, barulah kita dapat memiliki kekuatan iman yang sesungguhnya. Kekuatan yang mengandalkan Tuhan untuk mengerjakan hal-hal besar di dalam hidup kita demi kemuliaan-Nya. - Yesus melakukan segala sesuatu didorong oleh belas kasihan-Nya.
Yesus tidak melakukan mujizat-Nya untuk mendatangkan kekaguman orang atas diri-Nya. Dia tidak mencari itu. Dia tidak punya kerinduan untuk nama-Nya ditinggikan. Yang Dia lakukan adalah agar orang-orang mempermuliakan Bapa di surga. Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang bukan supaya Dia mempunyai pengaruh yang besar kepada mereka. Ayat 22 mengatakan bahwa Tuhan Yesus tidak mau menjadi pemimpin dari 5.000 orang itu. Dia meninggalkan mereka dan pergi bersama dengan murid-murid-Nya. Banyak orang menolong orang lain demi mengharapkan balas jasa. Ada juga yang menolong orang lain karena percaya karma. Kalau kita baik kepada orang lain, maka nanti kita pun akan menerima kebaikan. Tuhan Yesus berbuat baik di dalam hidup-Nya di dunia ini, tetapi orang-orang memakukan Dia di kayu salib! Apakah balas jasa yang Yesus terima? Hinaan, cercaan, aniaya, kematian, itulah yang Dia terima. Setiap orang dengan motivasi egois pasti tidak pernah bisa melepaskan keuntungan pribadi di dalam apa yang dia lakukan. Tetapi Yesus tidak demikian, fokusnya adalah orang lain. Dia mudah berbelaskasihan karena Dia tidak mementingkan diri-Nya sendiri. Dia menghiraukan segala hal yang berkaitan dengan kebaikan diri-Nya dan kenikmatan hidup bagi-Nya sendiri. Dia memberi hidup-Nya bagi orang lain. Tuhan Yesus melihat orang banyak, dan Dia tergerak oleh belas kasihan. Siapakah orang banyak itu? Mereka adalah orang-orang yang akhirnya kecewa dan meninggalkan Yesus (Yoh. 6:66). Tuhan Yesus tahu kalau mereka bukanlah pengikut sejati. Mereka hanyalah orang-orang egois yang mencari keuntungan diri dengan mengikut Yesus. Mereka adalah orang-orang yang hanya mau sembuh dari penyakit mereka. Mereka tidak mau mendedikasikan hidup kepada Yesus. Mereka siap meninggalkan Dia kapan saja mereka merasa Dia tidak lagi berguna bagi mereka. Tetapi Tuhan Yesus tetap berbelaskasihan kepada mereka. Belas kasihan yang paling indah dan paling sempurna diberikan oleh Yesus kepada manusia. Manusia pemberontak yang tidak tahu bagaimana caranya setia kepada Tuhan. Tetapi Tuhan Yesus tetap mengasihani manusia. Banyak motivasi palsu di dalam menolong orang lain. Ada yang menolong karena orang yang ditolong itu memang baik dan begitu menjadi berkat bagi kita. Kita dengan rela menolong orang baik itu. Tetapi Tuhan Yesus menolong mereka yang hanya tahu menuntut Dia untuk memberi bagi mereka. Ada juga yang menolong demi menarik hati orang banyak. Tuhan Yesus menolong dan setelah itu Dia tidak mau mereka tetap mengikuti Dia. Ayat 22 mengatakan bahwa Tuhan Yesus menyuruh mereka pulang. Ada yang menolong supaya dapat suara di pemilihan umum. Ada yang menolong supaya dikenal baik. Ada yang menolong supaya dapat pengaruh besar. Yesus tidaklah demikian! Kiranya kita belajar ketulusan dan hati yang mudah berbelaskasihan dari Yesus.
Doa:
Tuhan, ajar kami untuk berani beriman kepada-Mu. Ajari kami untuk menaati Engkau meskipun terdengar mustahil. Ajari kami untuk rela berkorban dan terus berserah kepada-Mu, ya Tuhan. Ajari kami juga untuk sanggup meneladani-Mu. Engkau sanggup berbelaskasihan dengan cara yang begitu sempurna. Kami rindu memiliki belas kasihan-Mu, ya Tuhan. Tolonglah kami yang sudah menikmati belas kasihan-Mu untuk meneruskan belas kasihan itu kepada orang lain. (JP)