Apa yang Menajiskan Manusia

Devotion from Matius 15:15-20

Apa yang masuk ke dalam tidak menajiskan manusia. Demikian dikatakan oleh Tuhan Yesus. Kerajaan Allah tidak berkait dengan macam-macam peraturan tentang makanan. Tetapi, kalau peraturan tentang makanan tidak penting, mengapa di dalam Kitab Imamat dibedakan antara binatang yang haram dan halal, di mana kitab itu melarang orang Israel memakan yang haram (Im. 11:4)? Binatang-binatang itu diharamkan karena binatang-binatang itu menjadi simbol bagi identitas yang tidak jelas, menurut klasifikasi binatang oleh orang-orang Israel pada waktu itu. Ikan yang tidak bersisik, binatang berkuku belah tetapi tidak memamah biak, kelelawar yang bersayap seperti burung, itu semua adalah binatang-binatang yang sulit diklasifikasikan. Israel yang harus menjaga kemurnian identitas mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan hanya boleh memakan binatang-binatang yang jelas identitasnya dan mudah diklasifikasikan jenisnya. Tetapi ketika Tuhan tidak lagi bekerja dengan memanggil satu bangsa saja, maka peraturan itu pun tidak lagi menjadi ikatan yang harfiah. Setelah Kristus datang, Tuhan sekarang bekerja dengan memanggil semua bangsa kembali kepada Dia. Jika semua bangsa diberi kesempatan untuk datang kepada Kristus, maka tidak perlu lagi ada pembedaan secara fisik. Dan karena pembedaan secara fisik tidak diperlukan lagi, maka peraturan ini tidak lagi ditaati secara harfiah.

Tetapi orang-orang Farisi bukan saja mau menjalankan dengan kaku hukum Taurat, mereka juga bahkan menambahkan tradisi-tradisi mereka dengan begitu detail dan mengikat. Taurat diberikan untuk mendidik umat Tuhan, bukan untuk mengikat umat Tuhan ke dalam peraturan-peraturan tanpa makna yang tidak jelas. Semua peraturan dan pengajaran Taurat mempunyai fungsi mendidik umat Tuhan untuk mengenal Tuhan dan melatih hati mereka untuk hidup kudus di dalam Tuhan. Setiap kali Taurat ditaati dengan sepenuh hati, Taurat akan memberikan perubahan hati yang sejati. Roh Kudus bekerja memakai firman Tuhan, termasuk Taurat, untuk memberikan pertumbuhan rohani bagi setiap orang percaya.

Tuhan menginginkan umat-Nya terus mengalami perubahan hati, bukan tingkah laku. Tingkah laku otomatis berubah seiring dengan perubahan hati. Tingkah laku bisa dipalsukan, dan karena itu bukan menjadi ukuran utama perubahan yang terjadi. Maka, jika kita mau mengukur bagaimana keadaan rohani kita yang sesungguhnya, kita harus melihat hati kita. Apakah hati kita benar di hadapan Allah? Hati yang diperkenan Allah adalah hati yang merendahkan diri di hadapan Tuhan. Hati yang tidak menganggap diri sebagai yang utama. Inilah hal yang utama dan harus dimiliki oleh hati yang diperkenan Tuhan. Hati yang diperkenan Allah juga adalah hati yang lembut dan tulus. Hati yang mudah berbelaskasihan dan memerhatikan orang lain dengan tulus. Hati yang penuh kasih kepada Allah dan manusia. Inilah tuntutan Tuhan dari umat-Nya.

Tetapi siapa yang tidak menjaga hatinya, dan membiarkannya tanpa dipimpin oleh firman Tuhan, hatinya akan makin jauh dari Tuhan: Makin cemar dan makin jauh dari Tuhan. Hati kita tidak akan mungkin netral. Hati kita akan mengikuti salah satu, entah firman Tuhan, entah dosa. Dosa menjadi kekuatan yang akan terus menyeret hati menjadi semakin rusak dan kotor. Tanpa disadari hati yang tidak pernah benar-benar dikoreksi dan dibongkar oleh Tuhan akan terus merasa dirinya suci dan baik. Inilah yang dirasakan oleh pemimpin-pemimpin agama Yahudi. Mereka merasa tidak ada lagi yang perlu dikoreksi dari keadaan hati mereka. Tuhan, yang menyatakan firman kepada mereka, terus diabaikan dan firman-Nya tidak mendapat tempat di hati mereka. Hati yang demikian rusak inilah yang tercermin dari mulut mereka. Itulah sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa apa yang keluar dari dalam, itulah yang menajiskan manusia. Hati seseorang akan tercermin di dalam apa yang dia katakan.

Kiranya Tuhan memberikan kita kepekaan dalam hal ini. Yohanes Calvin di dalam buku ke-1 Institutes mengatakan bahwa orang yang terus melihat ke bawah tidak akan sadar betapa terangnya matahari. Dia sudah melihat pancaran sinar matahari, tetapi dia belum mengalami pancaran terang yang membutakan matanya. Tetapi ketika dia memandang ke atas, barulah dia sadar bahwa apa yang selama ini dia anggap sebagai terang ternyata begitu gelap jika dibandingkan dengan sumber terang itu sendiri. Andaikan orang-orang Farisi itu mau mendengar perkataan Yesus, barulah mereka sadar betapa kotor dan rusaknya keadaan hati mereka. Tetapi karena mereka sengaja mengeraskan hati dan menulikan telinga mereka, maka mereka menjadi semakin jauh dari kesempatan hati mereka dibersihkan.

Keadaan najis dari seorang manusia bukan dinilai dari apa yang dia lakukan. Keadaan najis ini justru keluar dari perkataan mulut yang mencerminkan keadaan hati. Jika selama ini kita menganggap bahwa penghakiman itu diberikan dengan melihat perbuatan seseorang, maka Yesus sedang mengajarkan bahwa penilaian itu harus diberikan hingga ke dalam hati seseorang. Setiap orang bisa melakukan perbuatan baik dari hati yang jahat. Hati yang baik akan tercermin lewat perbuatan yang baik dan perkataan yang baik. Tidak ada orang berhati baik yang mengeluarkan kata-kata yang memamerkan kecemaran hatinya. Mari kita nilai hati kita masing-masing. Tidak peduli betapa banyak kita sudah melayani, tidak peduli betapa baik kita di dalam pandangan orang lain, cepat atau lambat, hati kita akan tercermin dan topeng kepalsuan kita akhirnya terbongkar. Itu sebabnya, marilah kita selidiki hati kita. Di dalam segala situasi biarlah kita mengingat untuk mengasihi Tuhan, memberi belas kasihan kepada sesama, dan dengan tulus hidup bagi Tuhan. Hanya Tuhan yang tahu apa yang ada di dalam hati kita. Itulah sebabnya kita harus berdoa memohon Tuhan menerangi hati kita. Tanpa penerangan dari firman Tuhan, kita akan menganggap hati kita sudah baik. Tetapi dengan penerangan dari firman Tuhan, barulah kita tahu bagian mana yang masih perlu diperbaiki dan dibersihkan oleh Tuhan. Biarlah kita mendoakan apa yang pemazmur serukan di dalam doanya di Mazmur 139:23: “Selidikilah aku ya Allah, dan tiliklah hatiku. Lihatlah apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal.”

Doa:
Tuhan, selidikilah hati kami. Beri tahukanlah kepada kami apa yang menjadi kesalahan dan kecemaran kami. Tolong kami, ya Tuhan, untuk terus berada di dalam jalan-Mu sehingga hidup kami menyenangkan hati-Mu seumur hidup kami. (JP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

× Silahkan Hubungi Kami