Perempuan Kanaan yang Percaya
Devotion from Matius 15:21-28
Siapakah yang boleh berbagian di dalam kerajaan Allah? Orang Israelkah? Orang Israel adalah keturunan Yakub. Yakub adalah anak Ishak sekaligus pewaris perjanjian dari Ishak. Ishak adalah anak Abraham sekaligus pewaris perjanjian dari Abraham. Abraham adalah orang yang dengannya Tuhan sudah mengikat perjanjian yang kekal (Kej. 12:1-3). Keturunan Abraham adalah pewaris dari perjanjian itu. Bukankah Ishak dan Yakub pewaris Abraham? Bukankah orang Israel adalah keturunan Yakub? Jika demikian pastilah orang Israel yang boleh berbagian di dalam kerajaan Allah. Tetapi Paulus mengatakan bahwa orang-orang yang percaya kepada Kristus, merekalah pewaris dari kerajaan Allah (Gal. 3:7). Orang-orang yang beriman kepada Allah, itulah orang-orang yang akan diselamatkan. Merekalah keturunan Abraham yang sejati. Inilah yang Matius sedang ajarkan. Umat Allah yang sejati bukanlah Israel yang gagal dan terus berontak di padang gurun. Umat Allah yang sejati juga bukanlah Israel di bawah pemerintahan hakim-hakim yang terus menyembah berhala sebelum dihukum Tuhan. Umat Allah yang sejati juga bukanlah Israel Utara yang dihancurkan Asyur ataupun Yehuda di Selatan yang Tuhan buang ke Babel karena kejahatan dan pemberontakan mereka. Umat Allah yang sejati adalah mereka yang beriman kepada Allah, berpaut kepada Dia di dalam segala keadaan, dan dengan setia menyembah hanya Dia. Inilah Israel sejati! Bisakah orang bukan Israel memiliki kesetiaan iman dan ketaatan kepada Allah? Bisa. Naaman bukan orang Israel (2Raj. 5:17), demikian juga janda di Sarfat bukan orang Israel (Luk. 4:26), tetapi Tuhan memanggil mereka dan menjadikan mereka orang yang beriman kepada Tuhan. Umat Tuhan yang sejati adalah Israel yang rohani, yaitu Israel yang setia kepada Allah dan berpaut kepada Dia. Iman yang sejati adalah syarat menjadi umat Tuhan yang sejati. Tuhan tidak pernah menutup jalan bagi orang-orang yang tulus dan mencari Tuhan, tidak peduli dia berasal dari bangsa mana pun.
Maka, ketika perempuan Kanaan datang memohon kepada Tuhan agar Tuhan menyembuhkan anaknya, Tuhan tidak membuang dia. Tetapi, meskipun Tuhan tidak membuang dia, Tuhan menolak untuk langsung menerima dia. Ayat 23 mengatakan bahwa Yesus sama sekali tidak menanggapi dia. Mengapa Yesus tidak menanggapi dia? Tuhan Yesus sedang menyatakan bahwa semua penolakan Tuhan atas bangsa-bangsa yang tidak mau percaya adalah hal yang serius. Dia tidak akan menanggapi bangsa-bangsa yang telah ditutup jalannya oleh Bapa di surga. Siapa yang Tuhan tolak harus tetap ditolak, kecuali orang-orang dari bangsa itu datang dengan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Siapa pun yang datang dengan kerendahan hati tidak akan Tuhan tolak (Mi. 6:8). Bangsa kafir yang datang dengan kerendahan hati, Tuhan tidak akan buang. Tuhan menerima mereka. Tetapi orang Israel, bangsa pilihan Tuhan sendiri, jika mereka menjadi sombong dan angkuh, Tuhan akan tolak. Siapa angkuh, Tuhan buang. Siapa rendah hati, Tuhan akan ampuni dan dengarkan. Itulah sebabnya Tuhan Yesus tidak langsung menerima perempuan ini. Apa hak perempuan ini boleh menerima berkat dari Tuhan Yesus? Maka Tuhan Yesus mengidentikkan Israel sebagai anak-anak Tuhan, dan bangsa lain Tuhan identikkan dengan anjing. Bukankah ini sangat kasar? Tuhan berhak kasar kepada siapa Dia mau bertindak kasar. Tuhan yang bijak dan adil, Dialah hakim seluruh ciptaan. Dialah yang berhak mengutuk orang yang akan Dia kutuk, memberkati orang yang mau Dia berkati, mengusir bangsa yang mau Dia usir, dan menerima orang-orang yang mau Dia terima. Siapa yang mau Dia nyatakan sebagai anjing, itu ada di dalam hak Dia. Kita, sesama manusia, tidak berhak memberi label kepada orang lain, tetapi Tuhan bukan kita. Tuhan Mahabijak, Mahatahu, Mahakasih, Mahabenar, dan Mahaadil. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa roti untuk anak-anak tidak boleh diberikan kepada anjing.
Perhatikan reaksi perempuan Kanaan itu setelah mendengar kalimat keras dari Yesus yang seolah-olah mencap bangsanya sebagai anjing. Dia mengatakan bahwa dia memang anjing. Tetapi dia adalah anjing yang memohon belas kasihan dan meminta remah roti yang jatuh ke lantai, hanya remah-remah roti saja. Ini kalimat yang sangat penuh dengan permohonan dan kerendahan hati. Inilah yang Tuhan perkenan. Anjing yang memohon belas kasihan Tuhan akan diangkat menjadi anak. Anak yang sombong lalu mengabaikan firman Bapa di surga akan diturunkan menjadi anjing. Ini kalimat keras, tetapi fakta. Perempuan itu terus mengemis berkat Tuhan. Memohon Tuhan mengabulkan permintaannya sebagai seekor anjing yang memohon roti dari meja tuannya. Inilah kerendahan hati. Inilah permohonan belas kasihan. Tuhan Yesus penuh dengan belas kasihan. Dia tidak akan membuang orang-orang yang datang memohon belas kasihan kepada Dia. Datanglah kepada Yesus hai yang letih lesu dan berbeban berat. Tetapi datanglah seperti perempuan Kanaan ini. Datang dengan segala kerendahan hati. Datang seperti seekor anjing kecil yang memohon makanan dari meja tuannya. Kita semua seharusnya dibuang oleh Tuhan. Kita tidak berhak datang meminta. Tetapi kita juga tahu bahwa Allah kita adalah Allah yang murah hati. Dia mudah berbelaskasihan. Itulah sebabnya kita memberanikan diri datang kepada Dia. Kita datang dan memohon belas kasihan sehingga Tuhan tergerak di dalam belas kasihan. Tetapi kita juga tahu bahwa Tuhan kita adalah Tuhan yang bijak dan adil. Siapa yang datang meminta dengan kerendahan hati, pasti tidak akan datang dengan motivasi serakah. Perempuan ini tidak meminta karena dia serakah. Perempuan ini meminta karena dia sudah terjepit, dia menderita, dan dia tidak tahu harus datang ke mana lagi. Anaknya yang dia kasihi kerasukan setan, dan dia tahu hanya Yesus yang sanggup sembuhkan. Tetapi meskipun Yesus sanggup, dia juga tahu bahwa dia tidak layak mendapatkan apa pun. Maka dia datang kepada Yesus dengan memohon dan merendahkan diri.
Daud memohon dengan cara yang sama. Anaknya sakit dan dia merendahkan diri. Dia berpuasa, tidur di lantai, dan menangis berdoa meminta belas kasihan kepada Tuhan. Dia sadar dia tidak layak meminta, tetapi dia tahu hanya Tuhan yang bisa menolong. Tetapi Tuhan menolak permohonan dia dan anaknya mati. Tetapi Daud tidak marah kepada Tuhan. Ini membuktikan ketulusan hati dan kerendahan hati yang sejati. Jika kita meminta sesuatu, dan Tuhan menolak permintaan kita, akankah kita marah dan kecewa kepada Dia? Dia berhak menolak permintaan kita. Daud adalah orang yang sungguh rendah hati karena setelah Tuhan menolak permintaan dia, dia membersihkan diri, lalu datang berdoa kepada Tuhan dan mempersembahkan korban kepada Dia. Perempuan Kanaan ini juga memiliki hati yang sama. Tetapi Yesus menyembuhkan anaknya dan dia memperoleh apa yang dia janjikan. Baik perempuan ini maupun Daud sama-sama rendah hati memohon kepada Tuhan. Dua-duanya mendapatkan jawaban yang berbeda. Tetapi dua-duanya sama-sama diperkenan oleh Tuhan karena mereka datang dengan kerendahan hati mereka. Tuhan Yesus menyembuhkan anak perempuan Kanaan ini. Tanpa bicara, tanpa ritual apa pun, Yesus hanya berkata, “jadilah…” (Mat. 15:28) dan setan itu pun keluar. Demikian besar kuasa Yesus! Demikian besar belas kasihan Yesus! Terpujilah Dia karena kebesaran kuasa-Nya dan karena belas kasihan-Nya.
Doa:
Tuhan, kami bersyukur karena Engkau tidak membuang kami. Kami bersyukur karena kami mendapat apa yang kami tidak layak dapatkan. Kiranya kami boleh terus bertumbuh di dalam Tuhan, menyadari betapa baiknya Tuhan, dan menyadari betapa besar anugerah yang Tuhan telah limpahkan kepada kami. Berikan kami hati yang sungguh-sungguh merendah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan tolong kami bertumbuh dengan hati yang terus diperkenan Tuhan. (JP)