Kudusnya Hidup Tanpa Menikah

Devotion from Matius 19:7-12

Mengapa banyak pernikahan hancur? Karena banyak orang lebih senang memanfaatkan orang lain demi kesenangan sendiri. Mengapa menikah? Karena aku ingin bahagia. Bagaimana kalau tidak bahagia? Kalau aku gagal bahagia, ini pasti salah pasanganku. Maka aku ingin ceraikan dia. Inilah keberdosaan manusia. manusia begitu rusak dan cemar karena terus berpusat kepada diri sendiri. Manusia ingin menjadikan dirinya Allah dan dia ingin agar semua makhluk menyembah dia. Inilah kegilaan dosa manusia. Kita bukan Allah! Kita tidak akan pernah menjadi Allah. Kita harus menyembah Allah, dan harus menghapus sama sekali keinginan untuk disembah. Kita bukanlah fokus hidup orang lain. Orang lain tidak diciptakan untuk menyenangkan kita. Dengar kalimat ini baik-baik! Orang lain tidak diciptakan untuk menyenangkan kita! Bagaimana dengan tugas dan tanggung jawab kita kepada Allah kita? Sudahkah kita menjalankannya dengan setia? Jika fokus kita adalah untuk menyenangkan Allah dan menjalankan tanggung jawab kita bagi Allah, maka kita akan melihat segala sesuatu di dalam hidup kita harus menuju ke arah menyenangkan Allah dan menjalankan tanggung jawab kita kepada Allah, termasuk pernikahan. Mengapa menikah? Supaya aku memiliki seorang penolong yang juga memerlukan pertolonganku untuk menyenangkan Allah dan menjalankan tanggung jawab kepada Allah. Inilah alasan pernikahan. Tidak banyak orang yang menikah atas dasar ini. Apa pun alasan kita waktu menikah, sekarang harus diubah. Sekarang satu-satunya alasan kita menjalani hidup bersama dengan pasangan hidup kita adalah untuk menyenangkan Allah dan saling tolong menolong di dalam menjalankan tanggung jawab kita kepada Allah sampai kematian memisahkan.

Tetapi jika pernikahan tidak boleh diceraikan, mengapa ada Ulangan 24:1? Yesus menjawab bahwa peraturan itu diberikan karena ketegaran hati manusia. Manusia begitu keras melawan Tuhan sehingga di dalam anugerah-Nya Tuhan memberikan peraturan-peraturan untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih buruk lagi. Jika tidak diatur dengan baik, maka setiap orang tidak lagi menghargai pernikahan, hidup dengan siapa pun yang dia mau, dan berhubungan seks dengan siapa pun yang dia suka tanpa ada ikatan apa pun. Jika pernikahan dapat diakhiri dengan begitu mudahnya, maka pernikahan akan dianggap remeh dan disepelekan. Tetapi jika pernikahan yang kudus tidak boleh diceraikan, maka manusia tidak sanggup menjalankan hal itu. Tuhan memahami keberdosaan kita. Itulah sebabnya setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Tuhan memberikan firman dan peraturan yang sesuai dengan konteks kejatuhan manusia, dan perlahan-lahan secara progres membawa manusia ke dalam hidup yang lebih kudus dan benar dengan peraturan yang juga semakin progres. Itu sebabnya kita mengenal “progressive revelation” atau “wahyu yang progresif”. Tuhan mendidik manusia perlahan-lahan, dan karena itu Musa masih menoleransi dengan peraturan cerai. Tetapi Yesus memberikan perintah yang seharusnya, yaitu bahwa perceraian tidak dikehendaki Tuhan, setelah manusia dibimbing selama 1.500 tahun dengan Taurat Musa. Wahyu Tuhan secara progresif dinyatakan dengan makin lengkap.

Dengan melihat pernikahan dari sudut pandang seperti ini, yaitu bahwa pernikahan adalah komitmen seumur hidup untuk saling menolong di dalam menggenapi kehendak Allah, tentu tidak sulit untuk setuju dengan apa yang Yesus katakan, yaitu larangan untuk adanya perceraian. Murid-murid mengatakan bahwa ini merupakan hal yang sulit. Bahkan mereka mengatakan lebih baik tidak menikah daripada salah menikah dan terjebak karena tidak boleh bercerai. Di dalam kebiasaan zaman Perjanjian Baru, adalah suatu kewajiban yang mulia bagi seorang laki-laki untuk menceraikan istrinya yang mendominasi dan mengambil alih peran pemimpin. Juga adalah kewajiban yang mulia bagi seorang perempuan untuk menceraikan suaminya yang tidak setia. Tidak menceraikan berarti penakut dan kurang bijaksana. Sebab apakah yang lebih bodoh daripada membiarkan hidup diikat dengan seorang yang kita tidak lagi sukai? Tetapi firman Tuhan melihat dari sisi yang lain. Kemampuan untuk memperbaiki relasi dengan orang yang tidak disukai, itulah yang jauh lebih mulia. Menyangkal diri dan setia menjalankan perintah Tuhan meskipun berarti kebahagiaan duniawi lenyap, itulah kemuliaan sejati. Maka pernikahan adalah cara Tuhan melatih kesetiaan kita dan melatih kemampuan kita untuk menerima orang lain dengan segala kekurangan yang dia miliki.

Dengan demikian alasan untuk tidak menikah haruslah alasan yang tepat. Bukan karena takut dikecewakan, atau takut mendapat orang yang kurang baik, atau takut tidak bahagia. Orang yang tidak mau menikah karena takut mendapat orang yang salah seumur hidup akan tidak berani melangkah karena ketakutan yang sempit seperti ini. Tetapi memang ada orang-orang yang tidak menikah, bukan karena takut hidupnya tidak bahagia, tetapi karena dia memilih untuk hidup dengan cara demikian. Tidak menikah tidak berarti lebih suci. Menikah juga tidak berarti lebih suci. Tetapi jika kita menikah karena ingin bahagia dan disenangkan pasangan terus menerus, maka kita akan terus memberi makan sifat egois yang mau disenangkan orang terus menerus. Jika kita tidak mau menikah karena takut tidak bahagia di dalam pernikahan, maka kita akan terus memberi makan sifat paranoid yang mendewakan bahagia bagi diri sendiri. Yesus tidak pernah mengatakan ikut Dia akan bahagia. Yesus mengatakan ikut Dia harus sangkal diri dan penuh pikul salib. Dari situ baru bisa ada bahagia yang sejati. Siapa yang cari bahagia tidak akan dapat bahagia. Siapa yang trauma kepada orang lain akan terus mendapatkan trauma-trauma baru. Siapa yang cari menyangkal diri dan pikul salib, justru dia yang akan Tuhan perhatikan untuk diberikan bahagia yang sejati. Sangkal diri di dalam pernikahan. Sangkal diri untuk menolong pasanganmu mencintai Tuhan dan menaati Dia. Sangkal diri jika Tuhan berkehendak engkau hidup sendiri. Sangkal diri dengan memfokuskan seluruh waktu dan tenaga untuk melakukan pekerjaan Tuhan. Siapa yang menikah karena mau bahagia yang egois, dia akan kecewa, tidak habis-habis bertengkar, dan saling menyakiti. Siapa yang tidak menikah karena takut dikecewakan orang lain, dia akan menemui bahwa siapa pun bisa mengecewakan dia, tidak habis-habis dikecewakan orang lain. Jangan pelihara diri yang terlampau sensitif. Setiap disakiti segera ampuni dan lupakan. Mengapa simpan beban yang tidak perlu? Tetapi siapa yang menikah karena Kerajaan Surga, dia akan sulit, menyangkal diri, memikul salib, mencucurkan air mata, tetapi akan menuai bahagia ketika Kerajaan Surga dinyatakan.

Doa:
Tuhan tolong kami. Kami ingin belajar seperti Tuhan Yesus. Jika Tuhan mengizinkan kami menikah, berikanlah pasangan yang takut akan Tuhan. Jika kami sudah menikah, ajarkan kami untuk menghargai Tuhan di dalam keluarga kami. Jika kami tidak menikah, ajarkan kami untuk mengejar kehendak Tuhan di dalam hidup kami. Kuatkan kami di dalam segala kesulitan yang kami hadapi di dalam panggilan kami masing-masing, baik untuk mencari pasangan hidup, maupun untuk setia di dalam pernikahan, ataupun di dalam hidup sendiri dan tidak menikah. Kiranya nama Tuhan dipermuliakan di dalam hidup kami. (JP)

× Silahkan Hubungi Kami