Pemimpin Muda yang Kaya
Devotion from Matius 19:16-22
Jika pada bagian sebelumnya Matius memuat kisah anak-anak kecil yang datang dan diberkati oleh Tuhan Yesus, maka pada bagian ini dia memuat kisah perjumpaan Yesus dengan orang muda yang kaya raya. Anak muda ini sudah menjadi pemimpin di usia muda. Dia juga sukses dan kaya. Dia juga memiliki standar kehidupan rohani yang begitu baik dan ketat. Bukankah ini adalah orang yang sangat berpotensi untuk Kerajaan Allah? Bukankah orang seperti ini tidak boleh dibiarkan pergi? Bukankah gereja seharusnya menjangkau dan menarik orang-orang seperti ini dan menjaga baik-baik supaya mereka tidak pindah ke gereja lain? Tetapi Yesus menuntut hal yang membuat orang berpotensi dan kaya raya ini pergi! Yesus menerima dan memberkati anak-anak, tetapi Dia membiarkan orang kaya pergi dengan harta dan bakat besar yang dia miliki. Yesus melihat dengan cara yang sangat berbeda dengan banyak gereja saat ini.
Seorang muda yang kaya ini datang untuk berdiskusi theologis dengan Yesus. Dia menanyakan pertanyaan yang sangat penting. Ini menunjukkan betapa berhikmatnya orang muda ini. Dia tahu bagaimana caranya tidak merepotkan guru agung seperti Yesus dengan pertanyaan-pertanyaan remeh. Dia bertanya tentang hal yang sangat mengganggu dia, yaitu mengenai bagaimana memperoleh hidup yang kekal. Pertanyaannya dilakukan dengan penghormatan yang sangat besar. Di dalam Lukas 18:18 dia memulai dengan mengatakan, “guru yang baik…”. Ini merupakan bentuk penghormatan yang sangat besar. Dia menganggap Yesus Kristus adalah gurunya yang layak dihormati seperti menghormati kebenaran Allah sendiri. Tetapi Tuhan Yesus tidak menjadi senang hanya karena dipuji dengan tinggi seperti ini. Maka Tuhan memberikan jawaban dengan mengarahkan orang muda itu untuk menaati perintah Allah. Bagaimanakah memperoleh hidup kekal? Hanya jika kita menjalankan perintah Allah, barulah hidup kekal itu boleh diberikan kepada kita. Tetapi adakah orang yang melakukan perintah Allah dengan sempurna? Tidak. Semua sudah lahir di dalam dosa dan berbagian di dalam hidup memberontak kepada Allah. Hanya Yesus Kristus saja yang tidak berdosa dan hanya Dia yang dengan sempurna menjalankan segala hal yang Allah Bapa di surga kehendaki. Dialah jalan satu-satunya menuju kepada hidup yang kekal. Maka ketika Yesus menekankan perintah menaati kehendak Allah, Dia sedang mengarahkan orang muda itu bahwa menaati kehendak Allah adalah dengan mengikut Yesus. Bapa di Surga ingin Yesus menjadi kepala dan yang sulung dari orang-orang yang diselamatkan. Itulah sebabnya menaati kehendak Bapa dan Taurat yang sudah dinyatakan-Nya menjadi tidak cukup bila kita tidak mengikut Yesus.
Orang muda itu merasa telah melakukan semuanya sejak muda. Dia adalah contoh orang yang hidup dengan murni dan baik di hadapan Tuhan. Tetapi meskipun dia telah melakukan semuanya sejak masa mudanya, tidak mungkin dia bisa dengan sempurna menjalankan apa yang Tuhan tuntut itu. Meskipun kita merasa telah mengerjakan semua yang Allah tuntut, tetapi sebenarnya kita yang cemar ini terlalu jauh untuk mencapai standar kesucian Tuhan. Tuhan yang kudus dan mulia tidak mungkin berkenan kepada kita yang telah memberontak melawan Dia. Tetapi perbuatan kita yang sedikit lebih baik dari orang lain membuat kita menjadi tertipu. Kita merasa telah aman, padahal tidak. Kita merasa telah melakukan apa yang Allah mau, tetapi sebenarnya kita terlalu jauh dari kehendak Allah. Kita sudah berdosa tetapi kita tidak merasa sudah berdosa. Kita telah cemar tetapi masih merasa suci. Kita sudah memberontak, tetapi masih merasa menjadi anak yang taat. Hanya ketika Roh Kudus meyakinkan kita akan dosa kita, barulah kita sadar bahwa kita hanya melakukan apa yang ada di permukaan saja. Kita tidak mengerti kekudusan Tuhan. Kita tidak mengerti standar kesucian-Nya. Kita tidak mengerti kehendak-Nya. Yesus Kristus menegur anak muda ini dengan menyadarkan dia bahwa sebenarnya dia masih jauh dari menaati Tuhan. Apakah kehendak Allah? Kehendak Allah adalah agar Anak-Nya ditinggikan dan dimuliakan. Kehendak Allah adalah Kristus ditinggikan dan menjadi pokok keselamatan bagi manusia. Ketaatan kepada Taurat adalah bentuk bayang-bayang ketaatan kepada Allah melalui ketaatan kepada Kristus. Kita dituntut untuk menaati Allah melalui menaati Kristus. Jika demikian, orang-orang yang melakukan Taurat tetapi tidak mengerti bahwa tuntutan Taurat hanya digenapi jika seseorang menerima Kristus, dia sebenarnya belum melakukan Taurat.
Maka Tuhan Yesus memberikan perintah yang terakhir, yaitu supaya orang kaya itu menjual hartanya. Semua hartanya! Setelah itu uangnya diberikan sepenuhnya bagi orang miskin, dan dia harus menginggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus. Apakah yang paling menghalangi seseorang datang kepada Yesus? Salah satunya adalah kemuliaan dan kekayaan diri. Anak muda itu tidak jadi mengikut Yesus. Hartanya yang banyak telah menjadi penghalang bagi dia untuk datang kepada Yesus. Siapa mau mengikut Yesus? Halangan terbesar adalah uang. Siapa yang rela kehilangan hartanya untuk mengikut Tuhan? Itulah sebabnya Tuhan Yesus memberikan ujian ini. Bersediakah kehilangan harta untuk mendapatkan harta yang lebih baik? Bersediakah kehilangan apa yang tidak bisa kita pegang untuk mendapatkan hal mulia yang tidak mungkin kita dapatkan kalau tidak diberikan Tuhan? Siapa yang cinta harta lebih dari cinta Tuhan, Dia tidak layak bagi Tuhan. Tuhan tidak perlu uang kita, dan kita memerlukan Tuhan lebih daripada memerlukan uang. Orang ini sepertinya begitu sempurna di dalam segala hal, tetapi cinta uang ternyata adalah dosa besarnya yang belum dia ketahui selama ini. Kita cinta uang? Kerjakan segala sesuatu demi uang? Mencari uang menjadi pendorong paling menggiurkan? Berarti kita pun akan segera kecewa kepada Tuhan Yesus dan pergi meninggalkan Dia.
Tuhan tidak menginginkan kita terikat kepada uang. Ini tidak berarti orang kaya pasti berdosa. Orang kaya yang hatinya tidak terikat pada uangnya jauh lebih baik daripada orang miskin yang terikat hartanya. Tetapi jarang ada orang miskin yang gila harta seperti orang kaya. Jarang ada orang miskin yang serakah kejar keuntungan seperti orang kaya kejar keuntungan. Jarang, tetapi bukan berarti tidak ada. Adakah orang kaya yang tidak terikat hatinya kepada hartanya? Ada. Abraham tidak pernah terikat kepada apa pun yang dia miliki, termasuk anak! Dia rela kehilangan anaknya demi Tuhan! Orang kaya tidak berdosa asal hatinya tidak terikat pada harta. Mau kaya atau miskin itu tidak akan memengaruhi bahagia seseorang hidup di hadapan Tuhan. Jika kita kaya, dedikasikan harta kita untuk Tuhan. Itulah bahagia sejati! Bekerjalah dengan segenap hati, ketekunan, dan bijaksana, dan nikmati berkat yang Tuhan berikan dengan ucapan syukur. Inilah bahagia sejati. Tetapi serakah, ingin kaya, ingin lebih lagi kekayaan itu sendiri adalah hal yang bodoh. Hal-hal seperti itu hanya akan membawa kita kepada berbagai-bagai dukacita (1Tim. 6:9-10). Puji Tuhan jika kita kaya. Tetapi jangan anggap kita lebih istimewa daripada yang miskin. Gereja yang memperlakukan orang kaya dengan perlakuan spesial adalah gereja yang tidak beres. Tetapi jangan lupa untuk tetap puji Tuhan jikalau Tuhan mengizinkan harta kita hilang. Bahagia sejati tidak terletak pada harta. Tetapi bagi orang miskin untuk hidup miskin tidaklah sulit. Bagi orang kaya kalau harus mengalami hidup miskin, inilah derita yang besar. Itulah sebabnya orang kaya sangat sulit untuk tidak jatuh ke dalam dosa cinta uang. Kiranya Tuhan menolong kita semua untuk memiliki hati yang bebas dari jerat harta kekayaan. Hati yang terpikat oleh Kristus dan yang berpaut hanya kepada Dia saja.
Doa:
Tuhan, ajari kami untuk berpuas dengan berkat sehari-hari yang Engkau sudah berikan. Ajari kami untuk bergantung sepenuhnya kepada pemeliharaan-Mu. Bebaskan hati kami dari cinta uang. Berikan kami hati yang cinta Tuhan lebih daripada cinta apa pun yang lain. (JP)