Terakhir menjadi Terdahulu
Devotion from Matius 20:1-16
Bagian ini melanjutkan tema “terdahulu menjadi terakhir dan terakhir menjadi terdahulu”. Tuhan Yesus mendidik para murid dengan memberikan perumpamaan mengenai pekerja-pekerja di kebun anggur. Kebun anggur dan pemiliknya adalah simbol Israel dan Allah yang memiliki Israel (Yes. 5:1-7). Dan pada bagian ini dikisahkan bahwa pemilik kebun anggur pergi mencari pekerja bagi kebun anggurnya. Dia mencari dan menemukan pekerja di dalam 5 waktu yang berbeda. Ada yang dari pagi-pagi sekali, ada yang jam 9, ada yang jam 12, ada yang jam 3 sore, dan ada yang jam 5 sore.
Angkatan yang pertama, yang bekerja seharian, adalah yang seharusnya menjadi paling penting. Mengapa? Karena merekalah yang merupakan pekerja berkualitas dan merekalah yang didapatkan pertama kali oleh sang pemilik kebun anggur. Mereka kaum profesional yang bekerja dengan giat di ladang milik tuan tersebut. Kelompok yang lebih belakangan adalah kelompok yang lebih sedikit pekerjaannya dan yang kurang ahli karena belum ada yang menyewa mereka untuk bekerja. Yang paling terbelakang adalah yang baru disewa sang pemilik kebun jam 5 sore. Mereka sendiri mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang mau menyewa mereka (ay. 7). Mereka adalah kelompok yang tidak laku. Mereka kaum buangan yang tidak punya keahlian apa-apa. Tuan pemilik kebun juga baru menyewa mereka jam 5 sore. Dari jam 5 ke jam 6, apakah yang bisa dikerjakan oleh mereka? Sangat sedikit. Jadi sepertinya sang tuan pemilik kebun itu mengupah mereka hanya karena belas kasihan saja, bukan karena perlu. Sebenarnya sangat aneh kalau pemilik kebun anggur itu masih mau menyewa orang-orang yang disewanya jam 5 sore itu.
Tetapi yang lebih aneh lagi adalah bahwa pada waktu pembagian upah, tuan pemilik kebun anggur itu tidak mulai dari yang lebih dulu masuk, tetapi dari yang masuk jam 5 sore. Bahkan dia memberikan upah satu dinar bagi mereka. Upah untuk kerja satu hari penuh! Mereka hanya bekerja satu jam tetapi diperhitungkan upah sehari penuh. Pastilah ini membuat pekerja-pekerja lain bersemangat. Kalau mereka yang tidak layak saja dapat satu dinar, apalagi kami yang sudah seharian bekerja. Kalau mereka yang disewa hanya karena belas kasihan saja diberi satu dinar, apalagi kami yang profesional, mungkin itu yang ada dalam pikiran mereka.
Di dalam ayat ke-9 dikatakan bahwa mereka yang telah mulai bekerja lebih dahulu merasa akan mendapat lebih banyak lagi. Tetapi kemudian mereka kecewa karena mereka juga mendapat satu dinar sehari. Kalimat mereka di dalam ayat 12 menunjukkan bahwa mereka adalah golongan yang masuk pertama kali, yaitu yang sudah seharian penuh bekerja keras. Mereka bersungut-sungut bukan karena diperlakukan tidak adil. Mereka bersungut-sungut karena mereka tidak diberikan perlakuan lebih spesial daripada yang masuk jam 5 sore. Upah satu dinar adalah upah untuk bekerja sehari penuh, sehingga mereka sebenarnya telah mendapatkan apa yang pantas bagi mereka. Mereka marah karena belas kasihan yang diterima oleh yang masuk jam 5 sore.
Inilah penyakit dari orang-orang yang masuk terlebih dahulu. Mereka merasa berhak, layak, dan sudah sepantasnya diperlakukan paling istimewa. Mereka merasa bahwa keberadaan mereka di kebun itu adalah karena kemampuan mereka. Tetapi yang masuk belakangan, apalagi yang masuk jam 5 sore, mereka sadar akan anugerah. Mereka tahu bahwa keberadaan mereka di kebun anggur hanyalah karena belas kasihan si pemilik kebun anggur. Itulah sebabnya mereka tidak pernah merasa diri layak, apalagi merasa diri berjasa. Sebaliknya dengan yang masuk pertama kali. Mereka sangat mudah merasa berjasa dan sangat gampang meremehkan orang lain karena mereka merasa yang paling pantas untuk menerima sesuatu dari tuan tersebut.
Inilah perumpamaan yang sangat tepat untuk para rasul. Para rasul itu merasa diri lebih baik daripada orang muda yang kaya yang telah meninggalkan Yesus. Mereka merasa sudah berjasa untuk Tuhan. Mereka merasa sudah meninggalkan segala sesuatu untuk Tuhan. Mereka merasa telah berjasa begitu besar sehingga Tuhan harus memberikan sesuatu untuk upah mereka. Tetapi Tuhan Yesus mengingatkan mereka bahwa Dia bisa saja memberikan keutamaan lebih besar kepada orang-orang yang baru dipanggil kemudian. Dia bisa saja memberikan keutamaan kepada seorang lain yang baru menjadi rasul sangat jauh di bawah mereka, seperti Paulus, misalnya. Dan jika Tuhan memutuskan untuk melakukan itu, mereka tidak boleh merasa diri seharusnya diberi sesuatu yang lebih.
Untuk Direnungkan:
Demikian juga yang terjadi di dalam gereja saat ini. Ada orang-orang yang merasa diri layak. Ada orang-orang yang memandang rendah orang-orang lain yang secara “rohani” sepertinya jauh di bawah mereka. Orang-orang ini tanpa sadar sedang berada di dalam dosa kesombongan yang amat dibenci Tuhan. Orang-orang ini tanpa sadar merasa diri lebih baik daripada orang lain. Inilah kesesatan yang berbahaya. Tersesat, tetapi terus merasa orang lain yang sedang tersesat. Biarlah perasaan superior secara rohani dapat dimatikan di dalam hati kita. Sebab mungkin Tuhan akan bangkitkan orang lain setelah kita dengan cara yang jauh lebih besar daripada kita. Mungkin Tuhan akan memberikan keutamaan kepada orang lain yang saat ini masih berada di dalam pemberontakan dan dosa. Mungkin Tuhan akan memberikan posisi yang lebih kepada mereka yang baru menjadi Kristen belakangan daripada kita. Biarlah kita mengawasi hati kita masing-masing. Adakah perasaan menganggap diri layak? Adakah perasaan menganggap diri lebih baik secara spiritual daripada orang lain? Adakah perasaan meremehkan yang lain? Jika ada, segera matikan sebelum dosa itu perlahan-lahan menggerogoti kita dan akhirnya mematikan kita.
Yang kedua untuk direnungkan adalah mengenai perasaan sukacita ketika orang lain mendapat anugerah. Kalau mereka yang bekerja satu jam diberi upah satu dinar, bagaimana dengan kita yang telah bekerja 12 jam? Bukankah seharusnya kita mendapatkan 12 dinar? Tetapi apa yang terjadi pada diri kita jikalau ternyata Tuhan memberikan apa yang sama kepada orang-orang yang sepertinya begitu tidak berarti dalam melayani Tuhan, yaitu orang-orang baru, atau orang-orang yang pelayanannya begitu kecil dan tidak berarti? Apakah kita bersukacita karena Allah kita baik kepada mereka? Ataukah kita iri hati karena Allah kita baik kepada mereka? Orang yang kerohaniannya baik akan bersuka cita karena Allah baik kepada mereka yang tidak layak. Orang yang hatinya sempit dan picik akan merasa diperlakukan tidak adil oleh Allah. Yang manakah kita?
Doa:
Tuhan, tolong kami untuk menjadi orang-orang yang terus merasa diri tidak layak. Biarlah kami sadar bahwa yang kami terima hanyalah anugerah saja dari Tuhan. Tolong kami karena kami bisa jatuh ke dalam dosa kesombongan dan meremehkan orang lain. Ubah kami, ya Tuhan, sehingga kami menjadi orang yang luas hati dan bersukacita untuk berkat dan anugerah yang Tuhan berikan kepada orang lain. (JP)