Hosana!

Devotion from Matius 21:1-11

Ketika rombongan Yesus semakin dekat Yerusalem, segala persiapan untuk menyatakan Dialah Sang Mesias harus dilakukan. Orang yang sangat banyak jumlahnya harus melihat Dia masuk ke Yerusalem dengan cara yang menggambarkan Dialah yang mereka nanti-nantikan. Dari manakah orang yang banyak jumlahnya itu? Dari seluruh Palestina dan dari daerah-daerah lain, karena orang-orang Yahudi di seluruh Israel dan yang tersebar di daerah lain berkumpul untuk merayakan Paskah di Yerusalem. Bayangkan betapa padatnya Yerusalem pada saat itu. Mengapa Yesus harus masuk Yerusalem dengan pernyataan bahwa Dialah Sang Mesias? Karena Dia ingin menyatakan bahwa Mesias bagi Israel sudah diutus oleh Allah, tetapi Dia dipaku di kayu salib oleh para pemimpin agama. Dia ingin menyatakan identitas-Nya secara halus sebelum kematian-Nya agar orang-orang yang masih menolak Dia tidak mempunyai alasan apa pun. Dia menggenapi nubuat Perjanjian Lama tentang datangnya Sang Mesias ke Yerusalem, Dia menderita dan mati seperti nubuat dalam Yesaya 53, dan Dia bangkit dari antara orang mati. Tidak ada alasan bagi mereka yang menolak Yesus. Maka Yesus menggenapi Zakharia 9:9 untuk masuk ke Yerusalem.

Dalam Zakharia 9:9 dikatakan bahwa Raja Israel datang mengendarai keledai beban yang masih muda. Ini merupakan pernyataan dilantiknya Raja Israel yang masuk mengendarai keledai biasa, bukan bagal untuk berperang. Maka kedatangan Sang Raja Israel ini menandai periode damai sejati karena peperangan telah berakhir dan Sang Raja tersebut telah menang. Inilah simbol Raja Damai yang sejati. Dengan melihat Sang Raja masuk Yerusalem dengan keledai beban itu, maka Tuhan sedang menyatakan “damai bagimu telah tiba, hai Israel” (Za. 9:10). Ini digenapi oleh kedatangan Yesus yang mengendarai seekor keledai muda untuk masuk ke Yerusalem. Orang Israel yang menanti-nantikan nubuat Zakharia 9:9 bersorak: “Hosana! Hosana bagi Anak Daud” (ay. 9). Sambutan yang begitu meriah ini membuat orang-orang Farisi mengatakan bahwa seluruh dunia sudah menjadi pengikut Yesus (Yoh.12:19). Ketika orang bertanya siapakah Dia, ada yang berkata bahwa Dialah nabi Yesus dari Nazaret. Yesus telah mengubah nama Nazaret dari tempat yang dihina orang (Yoh. 1:46) menjadi dipuji-puji orang. Demikian juga setelah kebangkitan-Nya, Dia mengubah makna salib, dari makna hina dan kutuk, menjadi makna mulia dan penuh anugerah.

Tetapi sebenarnya masuknya Yesus ke Yerusalem bukan untuk bertakhta di sana. Takhta-Nya adalah takhta Allah (Mzm. 45:7), bukan takhta manusia di kota Yerusalem. Maka sebenarnya Kristus masuk ke kota Yerusalem untuk menggenapi apa yang dikatakan Zakharia 9:10, memberi damai bagi umat Tuhan. Damai yang diperoleh bukan dari peperangan, bukan dengan kekuatan senjata, tetapi dengan pengorbanan-Nya di atas kayu salib. Dia membayar perdamaian itu dengan darah-Nya yang kudus. Itulah sebabnya masuk-Nya Yesus ke Yerusalem adalah untuk menandai tahap berikut dari pelayanan-Nya di bumi, yaitu tahap terpenting, tahap kematian-Nya di kayu salib. Tidak ada jalan menuju takhta-Nya di sebelah kanan Allah kecuali dengan berjalan menuju salib.

Untuk Direnungkan
Kita akan melihat kemuliaan salib Kristus di dalam empat hal berikut:

  1. Kristus rela mati di kayu salib karena kasih-Nya kepada umat Tuhan. Kasih-Nya itu membuat Dia tidak mau menjadi pujaan orang-orang yang mau menjadikan Dia raja tanpa pengertian yang benar. Kalau Yesus hanya menjadi Raja mereka, tetapi tidak menjadi Juru Selamat mereka, maka mereka tidak punya harapan untuk diselamatkan. Tidak ada jalan keselamatan bagi siapa pun jika Yesus tidak menebus mereka. Kasih-Nya kepada umat-Nya membuat Dia rela menanggung hina, cela, siksa, dan kematian demi keselamatan umat-Nya, daripada ditinggikan sebagai raja dan dihindarkan dari salib, tetapi umat-Nya mengalami kebinasaan. Kasih-Nya menghanguskan diri-Nya sendiri demi keselamatan umat-Nya.
  2. Kristus rela mati di kayu salib sebagai bentuk ketaatan kepada Bapa-Nya. Di dalam doa Yesus di Taman Getsemani, Dia berdoa sekiranya mungkin biarlah cawan ini lalu (Mat. 26:39). Tetapi bukan kehendak-Nya, melainkan kehendak Bapa yang jadi. Inilah bentuk ketaatan Yesus kepada kehendak Bapa. Dia menundukkan diri-Nya dan taat sampai mati di kayu salib (Flp. 2:8). Salib menjadi lambang ketaatan mutlak Yesus, ketaatan yang menyelamatkan umat Tuhan sehingga siapa percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh. 3:16). Inilah keagungan dan kuasa dari ketaatan kepada Allah. Siapakah yang mempunyai kuasa lebih besar dari Kristus? Bukankah Dia Anak Allah yang Mahakuasa? Tetapi Dia rela menundukkan diri-Nya secara mutlak kepada Bapa. Dia rela taat. Siapakah kita, yang jauh lebih rendah daripada Dia, tetapi memberontak kepada Bapa di surga? Kita yang hanyalah ciptaan yang lemah dan kecil ini berani melawan Allah. Tetapi Yesus Kristus taat, bahkan taat sampai mati di kayu salib. Hanya dengan ketaatan kepada Allah, barulah rencana Allah yang sempurna dan baik dapat terlaksana. Demi kebaikan hidup kita semua, mari belajar menaati Allah secara mutlak. Kiranya Tuhan menguatkan kita semua.
  3. Salib Kristus menjadi lambang curahan kasih sayang Allah Bapa kepada kita semua. Di saliblah murka Allah dinyatakan dan dipuaskan. Di saliblah hukuman atas manusia berdosa dijatuhkan dan diselesaikan. Karena murka yang telah dinyatakan, keadilan yang telah dijalankan, dan hukuman yang telah dieksekusi di kayu salib, maka tidak ada lagi yang tersisa bagi kita. Hanya kasih dan kesetiaan Allah yang dicurahkan kepada kita dengan limpah dan terus menerus, sama seperti kasih dan kesetiaan Bapa dicurahkan dengan limpah dan terus menerus bagi Sang Anak. Kita menjadi anak-anak Allah karena Kristus mati di kayu salib. Kita diselamatkan karena Kristus menanggung hukuman dan murka di kayu salib. Tidak ada cara yang lebih agung dan mulia untuk mempertahankan kesucian dan kekudusan Allah yang mulia, dan sekaligus menyatakan cinta kasih-Nya yang sempurna itu, selain Kristus harus mati di atas kayu salib. Kasih Allah menggerakkan Dia untuk mengorbankan apa yang paling mulia dan berharga yang Dia miliki, yaitu Anak-Nya sendiri. Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal karena cinta kasih-Nya yang besar kepada kita. Tidak ada yang dapat memisahkan kasih Bapa kepada Anak kecuali untuk sementara waktu ketika Sang Anak menggantikan manusia menanggung murka Bapa.
  4. Salib menjadi lambang ketaatan yang dipikul setiap orang Kristen. Salib dipikul oleh setiap orang Kristen, sebagaimana dinyatakan oleh Yesus di dalam Matius 16:24. Salib itulah yang menjadi kekuatan bagi orang Kristen untuk taat dan untuk bertekun di dalam penderitaan. Mengapa salib bisa menjadi kekuatan? Karena yang dipaku di kayu salib adalah Anak Allah yang turun dari surga. Jika Dia yang berasal dari surga rela mengalami penganiayaan dan penderitaan demikian hebat, siapakah kita yang berasal dari dunia ini sehingga kita mau lari dari segala salib yang Tuhan mau bebankan kepada kita. Kita memiliki teladan yang menguatkan kita di dalam penderitaan kita, yaitu Yesus Kristus. Dia menanggung semua itu dengan rela dan dengan tekun. Inilah kekuatan kita untuk menanggung segala penderitaan, apa pun itu, dengan rela dan tekun. Jangan menjadi putus asa di dalam kesulitan, karena Yesus pun sudah rela menderita demi Saudara dan saya.

Doa:
Tuhan, kami bersyukur untuk salib Kristus. Kami bersyukur karena kerelaan Anak-Mu masuk ke Yerusalem untuk mati bagi kami. Tuhan, kami yang telah ditebus oleh Kristus adalah anak-anak-Mu. Pakailah kami sesuai dengan kehendak-Mu, ya Tuhan, dan pimpinlah kami melalui apa pun di dalam hidup ini dengan terus taat kepada-Mu. (JP)

× Silahkan Hubungi Kami