Umat yang Bodoh

Devotion from Matius 25:1-13

Dalam bagian ini Tuhan Yesus memberikan perumpamaan dari kebiasaan di Israel menjelang pesta pernikahan. Di dalam adat Israel, pengantin pria akan datang ke pesta bersama dengan sang pengantin wanita untuk masuk ke dalam tempat perayaan pernikahan mereka. Ini merupakan bagian akhir dari prosesi yang harus dijalankan oleh mereka. Dalam bagian ini para perempuan, entah hamba-hamba dari sang pengantin laki-laki, atau tetangga, atau saudara, bersiap-siap untuk menyongsong mereka dengan membawa obor untuk menerangi jalan, karena pesta ini, yang merupakan bagian terakhir dari prosesi pernikahan pengantin itu, dimulai ketika malam telah tiba. R. T. France mengatakan bahwa sering kali prosesi ini berlangsung sudah sangat malam karena terkadang ada pembahasan mengenai urusan keuangan antara dua pihak keluarga, sehingga sulit diketahui kapan mereka akan tiba. Tugas para perempuan itu adalah bersiap dengan obor sehingga ketika pengantin tiba, mereka menyalakan obor untuk menerangi jalan menuju tempat pesta itu.

Mari kita renungkan ayat yang ke-3. Gadis-gadis bodoh itu bersiap-siap untuk menyambut pengantin datang. Mereka bersiap-siap, sebab dikatakan bahwa mereka pun membawa obor-obor mereka. Tetapi mereka juga sangat bodoh karena mereka tidak mencelup kain pada obor mereka ke dalam minyak terlebih dahulu. Apa gunanya obor tanpa minyak? Dia hanya akan terbakar sebentar kemudian mati dan tidak lagi berguna. Apakah sulit membawa obor yang telah dicelup ke dalam minyak? Tidak. Apakah minyak itu akan memberatkan sehingga obor itu menjadi sulit dipegang? Tidak. Mengapa mereka tidak membawa minyak? Karena mereka bodoh. Sama bodohnya dengan orang-orang Yahudi yang mementingkan segala tata cara agama yang kering dan mati karena tidak ada iman yang sejati kepada Kristus. Mereka benar-benar seperti obor tanpa minyak. Obor tanpa minyak terlihat sama persis dengan obor biasa. Tetapi ketika diberi api, obor itu tidak bisa menyala dengan baik. Dia hanya terbakar sebentar, kemudian habis. Tetapi obor yang memiliki minyak, begitu dinyalakan akan segera menerangi jalan dari orang yang memegang obor tersebut. Setiap orang yang secara lahiriah melakukan semua yang dituntut oleh gereja, dan melakukan semua seremoni-seremoni keagamaan, tetapi tidak mempunyai iman yang sejati kepada Allah, sebenarnya tidak benar-benar menjadi bagian dari umat Tuhan. Perhatikan para pemimpin agama Yahudi. Siapakah yang seperti orang-orang Farisi? Orang-orang Farisi menghafal seluruh Taurat. Mereka menjalankan dengan seketat mungkin tradisi Yahudi. Mereka menolak untuk menjadi sama dengan dunia ini. Mereka dengan keras dan ketat menjalankan semua upacara-upacara keagamaan mereka. Mereka bahkan berpuasa dua kali dalam satu minggu demi pulihnya Israel. Tetapi mereka seperti obor yang tidak mempunyai minyak. Mereka tidak mengenal Tuhan dan tidak mengenal Sang Mesias yang telah menyatakan begitu banyak tanda-tanda. Ujilah diri kita sendiri! Sudahkah kita sungguh-sungguh beriman kepada Kristus? Sudahkah hati yang diperbarui dengan iman yang sejati bertumbuh sebagaimana mestinya?

Terkadang Tuhan membiarkan umat-Nya hidup berabad-abad tanpa sungguh-sungguh mengenal Dia. Tuhan membiarkan mereka tidak mengenal Tuhan. Tuhan membiarkan mereka merasa nyaman dengan keadaan yang mereka nikmati dan tidak tertarik untuk mencari Tuhan maupun hal-hal yang diperkenan Tuhan. Banyak orang di Eropa dan di negara-negara maju telah melupakan Tuhan dan menolak untuk menganggap serius Tuhan Yesus Kristus. Keadaan mereka yang maju dan kuat secara ekonomi membuat mereka merasa tidak perlu Tuhan. Mereka menganggap kebergantungan kepada Tuhan adalah bentuk dari budaya yang masih belum maju. Mereka lupa bahwa sentuhan kemajuan yang mereka peroleh adalah karena budaya yang dipengaruhi kekristenan. Siapa bisa menyangkal bahwa pengaruh kekristenan memberikan dampak yang sangat besar bagi orang-orang yang akhirnya membuat maju Eropa dan Amerika. Tetapi di manakah salahnya? Mengapa tempat-tempat yang tadinya begitu Kristen bisa menjadi anti Kristen seperti ini? Karena dari satu generasi ke generasi berikutnya orang-orang Kristen lebih suka menurunkan hal-hal yang terlihat secara lahiriah Kristen. Tingkah laku Kristen dan kebiasaan Kristen memang lebih gampang diwariskan dan dipaksakan daripada iman yang sejati. Bisakah iman yang sejati diwariskan? Ya. Tetapi sangat sulit. Iman yang sejati diwariskan hanya dengan pengajaran firman yang mengarahkan orang kepada relasi dengan Tuhan. Bukan mengetahui firman, tetapi mengenal Tuhan melalui firman-Nya. Tidak ada cara lain. Mengapa orang-orang Israel terhilang? Karena mereka dididik untuk menghafal, meniru tingkah laku, menjalankan upacara-upacara dan kebiasaan-kebiasaan agama, tetapi tidak diperkenalkan kepada Allah yang sejati. Pendidikan seperti ini tidak cukup! Tidak seorang pun dapat datang kepada Allah hanya dengan modal tingkah laku dan hafalan ayat. Tetapi jika tingkah laku agama dan menghafal ayat saja tidak sanggup membawa orang Yahudi untuk sampai kepada keselamatan, apalagi kebobrokan moral! Orang-orang bertingkah laku busuk dan yang tidak pernah mengingat ayat apa pun dari Kitab Suci pasti bernasib lebih buruk lagi.

Orang-orang dengan tingkah laku agama dan kebiasaan-kebiasaan agama tanpa iman dan relasi dengan Allah adalah seperti lima perempuan bodoh itu. Membawa obor, tetapi tidak dapat menyala dan menyinari jalan. Terlihat seperti umat Tuhan yang sejati, tetapi ditolak oleh Tuhan. Apakah dapat dilihat perbedaan dari umat Tuhan yang sejati dengan umat Tuhan yang hanya sekadar terlihat sejati? Sulit. Sama seperti obor yang berminyak dan obor yang tidak berminyak sulit dibedakan hanya dengan melihat saja, demikian juga umat Tuhan yang sejati dan yang bertingkah laku sejati sulit dibedakan. Tetapi ada waktu di mana keduanya terlihat begitu berbeda, yaitu waktu ketika mereka harus bersinar dan menerangi orang lain. Ketika itu terlihat bahwa obor yang berminyak menyala dengan terang dan lama, tetapi obor yang tanpa minyak tidak bisa menyala. Demikian juga umat Tuhan yang sejati akan terus dipakai Tuhan dengan tidak habis-habisnya. Mereka akan menyatakan terang Tuhan. Perbedaan ini menjadi makin jelas dan sempurna terlihat ketika Yesus Kristus, Sang Pengantin Pria, datang kembali. Pada waktu itulah akhirnya menjadi nyata siapa yang mempunyai minyak dan siapa yang tidak. Pada waktu itulah perbedaan antara orang yang sungguh-sungguh di dalam Tuhan akan dinyatakan dan segala kepalsuan akan dibongkar.

Biarlah kita tidak puas hanya dengan pencapaian agama saja. Biarlah kita gentar dan takut dengan keadaan kita jika kita hanya melakukan semua tindakan itu dengan hati yang kosong. Tetapi berbahagialah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Berbahagialah orang yang terus mengoreksi hidupnya karena ingin menyenangkan hati Tuhan. Berbahagialah orang yang imannya kepada Tuhan makin bertambah kuat dan kasihnya kepada Tuhan makin besar. Inilah orang-orang yang memiliki minyak di dalam kehidupan rohaninya. Tuhan akan memakai orang-orang ini di dalam keluarganya, tempat dia bekerja, dan di lingkungan tempat dia tinggal. Kasihilah Tuhan. Kasihi Dia dan jalani hidup yang kudus karena ingin menyenangkan Tuhan yang kita kasihi. Kurang dari itu, maka semua tindakan kita hanyalah sekadar tampilan, sama seperti obor yang tidak berminyak terlihat seperti obor yang berfungsi. Kiranya kita terus berjaga-jaga dengan memelihara iman dan kasih kita kepada Tuhan sehingga kita tidak menjadi lemah hingga saat Dia datang kembali. (JP)

× Silahkan Hubungi Kami