Melakukan untuk Orang Paling Remeh
Devotion from Matius 25:31-46
Setelah memberikan perumpamaan tentang hamba-hamba yang menantikan kedatangan tuan mereka, pada kali ini Yesus memberikan pengajaran tentang peristiwa kedatangan Sang Tuan. Yesus akan datang kedua kalinya. Meskipun tidak ada yang tahu kapan waktunya, dan meskipun sepertinya waktu penantian yang lama membuat orang meragukan akankah Dia datang kembali, tetapi inilah suatu kepastian yang harus kita ingat terus: Kristus pasti akan datang kembali! Dia tidak datang kembali untuk menjadi hamba, kedatangan-Nya yang kedua adalah untuk menghakimi para hamba-Nya. Penantian yang panjang akan kedatangan-Nya yang kedua membuat banyak yang akan meragukan apakah Dia akan benar-benar datang kembali. Keraguan mengenai kedatangan-Nya akhirnya menjadi makin parah dengan keraguan apakah Dia benar-benar pernah datang. Keraguan mengenai keberadaan-Nya makin lama makin menyebar di tengah-tengah orang-orang pada zaman kita sekarang. Benarkah Dia pernah datang? Benarkah Dia sungguh-sungguh seperti yang dipercaya oleh orang Kristen? Benarkah Dia Allah? Anak Allah? Allah yang menjadi manusia? Hakim seluruh dunia? Benarkah akan ada penghakiman? Sepertinya ini semua hanyalah dusta para murid di abad pertama, benarkah?
Tetapi meskipun banyak orang meragukan Dia, tetap tidak akan bisa mengubah kenyataan bahwa Dialah Anak Allah yang pernah datang menjadi manusia, naik ke surga, dan akan kembali untuk menghakimi seluruh dunia. Siapa yang menolak Dia dan meragukan Dia, bahkan mengejek orang-orang yang percaya kepada Dia, semua akan dihakimi oleh-Nya. Keraguan kita atau ketidakpercayaan kita tidak akan mengubah apa-apa. Faktanya adalah Dia pernah datang ke dalam dunia. Realitasnya adalah Dia akan datang kembali. Bahkan jika tidak ada satu orang pun yang percaya kepada-Nya, Dia tetaplah sebagaimana Dia ada. Dia tetaplah akan datang kembali untuk menghakimi seluruh dunia.
Apakah yang akan Dia lakukan ketika Dia datang kembali? Menghakimi setiap orang yang menolak Dia, tentunya. Dia akan menghakimi semua orang yang menolak untuk menyembah Dia. Dia akan menghakimi semua orang kejam, pembunuh, pezinah, pecandu pesta pora, penindas, dan orang-orang kejam lainnya yang memang layak untuk dibinasakan. Tetapi jangan lupa kalau Dia juga akan menghakimi orang-orang Kristen sendiri. Dia akan menghakimi umat-Nya sendiri terlebih dahulu untuk menyatakan manakah yang sungguh-sungguh Kristen, yang sungguh-sungguh di dalam Dia, dan mana yang tidak. Tidak semua orang yang mengaku umat-Nya, atau yang mengaku Kristen, adalah sungguh-sungguh Kristen. Kita telah membaca dari bagian sebelumnya bahwa ada orang-orang yang mengaku hamba-Nya, tetapi karena merasa Kristus tidak datang-datang, maka mereka mulai menindas hamba-hamba yang lain dan mulai bertingkah laku sama busuknya dengan penjahat-penjahat di dunia ini. Juga kita telah melihat orang-orang yang mengaku penyambut sang pengantin tetapi tidak mau membawa hal yang paling esensial untuk tugas mereka, yaitu minyak. Ada orang-orang Kristen yang memiliki semuanya kecuali iman yang sejati kepada Kristus. Ada juga orang-orang Kristen yang diberikan kepercayaan tinggi untuk mengelola harta tuannya, tetapi tidak semua setia. Ada yang jahat dan menghina kepercayaan tuannya itu dengan mencurigai motivasi baik tuannya.
Maka, pada penghakiman akhir ini Tuhan Yesus akan menunjukkan siapakah yang sungguh-sungguh umat-Nya. Dia akan membongkar seluruh kepalsuan. Dia akan menghancurkan seluruh kejahatan yang terselubung. Dia akan memisahkan siapa yang domba sejati, hamba yang sungguh-sungguh setia, dengan kambing, yaitu orang-orang yang hanya bergabung dengan umat Tuhan, tetapi tidak beriman sebagaimana seharusnya umat Tuhan beriman.
Apakah yang menjadi tanda utama di dalam membedakan manakah umat Tuhan yang sejati dan mana yang tidak? Apakah pengakuan percaya kepada Yesus? Apakah pengertian theologis yang dalam? Apakah semua itu cukup? Tidak cukup. Tidak cukup bukan berarti tidak perlu. Sangat perlu, tetapi tidak cukup. Percaya Yesus harus! Pengertian theologis yang benar harus! Tetapi jika iman kita dan pengertian theologis kita tidak menggerakkan kita untuk mengasihi orang lain, maka iman dan pengertian itu menjadi tidak berguna dan mati. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak. 2:26). Yesus di dalam pengajaran-Nya mengatakan bahwa orang-orang yang beriman sejati, yaitu umat-Nya yang sejati, para domba-Nya, adalah orang-orang yang memiliki kasih yang sejati kepada orang-orang yang mengalami kesusahan. Yesus bahkan mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang rendah yang mengalami kesusahan itu. Dia mengidentikkan diri-Nya dengan orang yang kelaparan, kehausan, tersendiri, telanjang, dan di dalam penjara. Kristus tahu apa itu penderitaan karena Dia sendiri pernah mengalami. Dia pernah mengalami kelaparan di padang gurun setelah berpuasa. Dia sering kali tidak memiliki tempat untuk istirahat. Dia bahkan akan mengalami ketelanjangan dan penyiksaan, bahkan kematian dengan cara yang paling mempermalukan pada saat itu, yaitu disalibkan. Dia mengalami keterasingan yang paling besar dibandingkan siapa pun di atas kayu salib. Terasing dari bumi, ditolak oleh surga, dan diabaikan oleh Bapa-Nya sendiri! Dia mengalami semua itu karena panggilan-Nya untuk menebus dosa manusia. Itu sebabnya Yesus lebih memilih untuk mengidentikkan diri-Nya dengan orang-orang hina, menderita, miskin, diabaikan, sengsara, dan lapar ketimbang menyamakan diri-Nya dengan para pembesar, atau orang-orang agung di dalam sejarah, meskipun sebenarnya Dia jauh lebih agung daripada semua orang yang pernah atau yang akan hidup di bumi ini.
Apakah kita sungguh-sungguh umat-Nya? Tahukah kita bahwa Tuhan kita menjalani hidup yang menderita? Adakah perasaan belas kasihan kepada mereka yang menderita? Jika Tuhan Yesus saja rela menderita bagi orang lain, adakah gerakan di dalam hati kita untuk menjadi berkat bagi orang lain di dalam kesusahan mereka? Jika tidak, maka mungkin saja kita adalah para kambing yang harus dienyahkan dari Kerajaan Allah. Kita tidak punya belas kasihan. Kita hanya mengejar kenyamanan diri sendiri. Kita tidak pernah merasa tergerak oleh penderitaan orang lain, bagaimana mungkin kita dapat berbagian di dalam memerintah bersama dengan Yesus di zaman yang baru? Siapa yang mau bersama dengan Yesus harus belajar merasakan apa yang Yesus rasakan kepada orang yang menderita. Yesus berbelaskasihan dan rela berkorban untuk mereka. Apakah kita juga memiliki belas kasihan dan kerelaan berkorban yang sama? Orang-orang yang sangat penting di dalam keagamaan pun akan diusir Yesus tanpa belas kasihan jika selama hidupnya di dunia ini dia tidak memiliki perasaan belas kasihan. Orang-orang yang dianggap penting di dalam masyarakat pun akan Yesus buang jika mereka tidak pernah tergerak untuk memerhatikan mereka yang terbuang. Orang-orang yang mengaku umat Tuhan akan dienyahkan oleh Tuhan jikalau perasaan kasih seperti kasih Tuhan tidak ada pada mereka. Mereka yang melakukan perbuatan baik yang tulus bagi orang-orang lapar, haus, miskin, telanjang, tersendiri, mereka telah melakukannya untuk Tuhan. (JP)