Perjamuan Terakhir
Devotion from Matius 26:14-29
Catatan Matius mengenai perjamuan terakhir diawali dengan rencana Yudas untuk menyerahkan Yesus. Yudas bertemu dengan imam-imam kepala yang memang telah berencana untuk membunuh Dia. Di dalam Matius 26:3-5 ditulis bahwa imam-imam kepala itu telah sepakat untuk membunuh Yesus tanpa menimbulkan huru-hara. Tidak mungkin menangkap Yesus ketika Dia sedang bersama-sama dengan orang banyak. Maka, ketika Yudas sepakat untuk memberitahukan kepada mereka tempat di mana Yesus berada ketika Dia sedang tidak bersama dengan orang banyak, mereka sangat senang. Yudas menyerahkan Yesus dengan bayaran 30 uang perak. Dia, yang telah berbagian di dalam pelayanan Yesus, sekarang mengkhianati Dia. Dia, yang pernah dipanggil oleh Yesus, bahkan yang kakinya pernah dicuci oleh Yesus (Yoh. 13:5), sekarang menyerahkan Gurunya demi mendapatkan sejumlah uang. Tidak ada yang bisa menggambarkan kejamnya Yudas. Dia yang telah mendapatkan begitu banyak dari Yesus sekarang menjual Gurunya sendiri. Apakah mungkin Yudas berpikir bahwa Yesus tidak akan mungkin ditangkap? Apakah dia berpikir bahwa Yesus sanggup membebaskan diri-Nya dari orang-orang itu? Apakah mungkin dia hanya “memanfaatkan” penangkapan Yesus untuk mendapatkan 30 keping uang perak? Setelah mendapatkan 30 keping uang itu, apakah mungkin dia berpikir bahwa dia tidak akan kehilangan Yesus? Apa mungkin Yudas berpikir bahwa Yesus akan membebaskan diri-Nya dari penangkapan orang-orang Yahudi itu, atau mungkin pengikut Yesus, yaitu seluruh Yerusalem akan membebaskan Yesus? Kita tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Yudas. Tetapi tindakannya itu adalah tindakan yang sudah diperingatkan oleh Yesus. Yesus berkali-kali menegur dan memberikan peringatan agar Yudas berbalik dari rencana jahatnya itu. Yesus memperingatkan dia melalui peringatan-Nya kepada kedua belas murid (Yoh. 6:70-71). Yesus juga memberikan peringatan kepada dia secara langsung sesaat sebelum melaksanakan perjamuan makan bersama dengan para murid-Nya (Yoh. 13:27). Tetapi Yudas tetap pada rencananya. Dia tetap menjadi pengkhianat yang sepanjang sejarah akan dikenang sebagai orang yang menjual Sang Mesias.
Setelah perjanjian Yudas dengan imam-imam kepala selesai, maka Matius mencatat peristiwa perjamuan terakhir Yesus dan murid-murid-Nya untuk memakan makanan Paskah. Ini merupakan perayaan untuk mengingat berkat Tuhan yang sangat besar di tanah Mesir dahulu, yaitu waktu mereka keluar dari sana setelah anak-anak sulung orang Mesir mati. Anak-anak sulung mereka mati tetapi Tuhan mengampuni anak-anak sulung Israel. Mereka ditebus dari kematian oleh darah anak domba Paskah yang telah disembelih (Kel. 12:12-13). Di dalam Keluaran 12:14-17 dikatakan bahwa memperingati peristiwa ini adalah sesuatu yang harus dilakukan terus oleh orang Israel turun temurun. Inilah yang sedang dilakukan oleh Yesus bersama dengan para murid. Yesus memimpin berkat dan mereka memakan roti tidak beragi bersama-sama. Tetapi, sebelum mereka memulai makan Paskah bersama, Yesus memberitakan bahwa di tengah-tengah mereka ada si pengkhianat yang akan menyerahkan Dia. Yesus juga memberikan peringatan bahwa jika si pengkhianat itu melanjutkan rencananya, maka dia akan berada di dalam celaka yang sangat besar. Lebih baik dia tidak pernah dilahirkan daripada harus mengalami celaka itu. Yesus memberikan peringatan terakhir kepada Yudas. Jika Yudas meneruskan rencananya, celakalah dia. Tetapi Yesus juga menyatakan bahwa sebenarnya si pengkhianat itu memang akan menyerahkan Yesus kepada para imam kepala. Ini karena hal tersebut sudah dinubuatkan di dalam Kitab Suci, yaitu bahwa orang yang memakan roti dari Sang Mesias telah mengangkat tumitnya untuk melawan Tuannya itu (Mzm. 41:8-11). Tuhan telah menetapkan ini terjadi. Penetapan Tuhan inilah yang merupakan pernyataan betapa rusaknya manusia. Meskipun dia diberikan begitu banyak kesempatan dan keistimewaan, dia tetap berbuat kejahatan demi kejahatan. Yudas telah dijadikan salah satu murid utama Yesus. Dia termasuk golongan rasul yang diutus dan diberi kekuatan oleh Yesus. Dia memiliki kerinduan untuk menyatakan kebenaran kepada orang lain dan Tuhan memberikan kesempatan itu dengan memberikan kuasa pelayanan kepada Dia . Dia bahkan pernah melayani dengan melakukan mujizat dan menolong orang lain. Tetapi apakah semua anugerah dan kesempatan mengenal kebenaran yang dia alami membuat dia menjadi orang yang sungguh-sungguh percaya? Tidak! Dia tetap tidak percaya. Dia tetap memiliki rencana busuk untuk memperkaya diri dengan mengorbankan Sang Mesias.
Namun di ayat 26-29, pembahasan mengenai yang akan menyerahkan Yesus berganti. Sekarang Yesus melanjutkan makan bersama mereka dan mengatakan kalimat-kalimat yang akan memberikan tradisi baru di dalam perjamuan makan ini. Yesus mengatakan bahwa roti adalah lambang tubuh-Nya yang akan dipecahkan, dan anggur adalah lambang darah-Nya yang akan dicurahkan untuk menebus dosa manusia. Inilah makna baru di dalam perjamuan Paskah. Setelah ini umat Tuhan tidak lagi memperingati keselamatan mereka dari Mesir, tetapi mereka akan memperingati penebusan dosa mereka yang dilakukan oleh Yesus di kayu salib. Setelah ini umat Tuhan tidak lagi memperingati lambang penebusan Kristus, yaitu kambing atau domba berumur satu tahun, tetapi akan mengingat Kristus sendiri yang telah menggenapi Paskah ini dengan menjadi korban, menjadi domba untuk disembelih. Setelah ini umat Tuhan tidak lagi mengingat persekutuan mereka di dalam perjalanan di padang gurun. Umat Tuhan akan mengingat dan mengalami persekutuan bersama dengan Kristus dan seluruh orang percaya melalui perjamuan seperti yang dilakukan oleh Yesus Kristus dan para murid.
Saat di mana penggenapan lambang penebusan di dalam perayaan Paskah Israel sekarang telah tiba. Sekarang Sang Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia, telah siap untuk dikorbankan. Dia telah siap untuk menanggung maut demi orang banyak. Saat inilah yang terus dinantikan oleh Israel. Ibrani 10:4 mengatakan, tidak mungkin darah lembu atau darah domba menghapuskan dosa manusia. Lembu maupun domba, termasuk domba Paskah, adalah lambang yang akan digenapi oleh Sang Mesias. Darah-Nya yang tercurah membuat pengharapan Israel yang telah dinanti-nantikan sekian lama sekarang menjadi genap. Inilah perayaan perjamuan Paskah paling penting di sepanjang sejarah Israel. Inilah saat ketika seluruh makna dari perjamuan itu menjadi genap. Tetapi adakah yang menyadarinya? Tidak. Salah satu murid-Nya bahkan pergi untuk mengkhianati Dia pada saat itu. Inilah saat ketika murka Allah dilewatkan atas umat pilihan-Nya seperti malaikat maut melewatkan anak-anak sulung Israel. Maka sekarang peringatan Paskah dan perjamuan selama tujuh hari untuk mengingat Paskah telah mendapatkan kegenapannya. Jika semua itu sudah digenapi oleh Kristus, apakah lagi gunanya orang-orang Kristen saat ini masih melakukan perjamuan kudus? Perjamuan itu melanjutkan peringatan akan Paskah, tetapi dengan makna yang telah digenapi. Perjamuan itu membuat kita sebagai umat Tuhan terus bersekutu di dalam Dia sambil mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Di dalam ayat 29 dikatakan bahwa Yesus tidak akan melakukan perayaan seperti ini lagi hingga saat kemuliaan-Nya di bumi pada kedatangan-Nya yang kedua kali. Inilah yang kita nanti-nantikan bersama-sama seluruh umat Tuhan di dalam melakukan perjamuan kudus. (JP)