Kematian Yudas

Devotion from Matius 27:1-10

Sebelum Yesus Kristus mati di kayu salib, Yudas sang pengkhianat lebih dulu mati. Dialah murid pertama yang mengalami kematian, tetapi, berbeda dengan kematian murid-murid yang lain, kematian Yudas adalah kematian dari keserakahan dan keberdosaan yang sangat besar. Dia menjual Orang Benar agar dihukum dan dimatikan dengan tidak adil. Apakah setelah seseorang berdosa dia bisa melarikan diri dari dosanya dengan selamat? Tidak. Setiap kali seseorang akan berdosa, yang dia lihat hanyalah kenikmatan dan keuntungan yang akan dia dapat dari dosa itu. Dia tidak pernah mau peduli bahwa setelah dia berdosa, kebenaran akan mengejar dia terus dan membuat hidupnya sengsara. Dia tidak mau tahu bahwa Tuhan yang adil dan kudus tidak akan membiarkan orang berdosa hidup dengan tenang tanpa kegentaran akan penghakiman Allah. Dia juga tidak mau tahu bahwa Tuhan yang adil dan kudus pada akhirnya akan menghakimi tindakannya itu.

Betapa banyaknya orang seperti Yudas, yang demi uang mengompromikan kekudusan dan integritasnya. Orang-orang seperti ini tidak sadar bahwa kehidupan yang diperkenan Tuhan dan integritas diri jauh lebih mahal daripada harta seluruh dunia sekalipun. Apa gunanya memiliki seluruh kekayaan tetapi diri menjadi sangat rusak dan hancur? Gambar Allah yang seharusnya dinyatakan dengan indah melalui hidup suci dan integritas diri sekarang benar-benar dicoret, dirombak, dan dihancurkan sama sekali demi uang dan kekayaan. Betapa rusaknya konsep nilai orang-orang seperti ini. Mereka yang mengambil uang negara, uang perusahaan, ataupun uang orang lain dengan tidak benar, apakah keuntungan yang mereka dapat? Keuntungannya dengan segera tertutup oleh kerusakan bertubi-tubi yang datang. Kerusakan nama baik, kekudusan hidup, kejujuran, integritas, dan hati nurani yang tenang.

Siapa yang berdosa akan dikejar oleh perasaan hati nurani yang mengganggu dia. Yudas melakukan dosa yang sangat besar, dan sekarang hati nuraninya berkata kepada dia, “engkau membunuh orang benar! Engkau sangat jahat!” Mengapa baru sekarang suara ini didengar oleh Yudas? Karena sebelumnya suara yang dia dengar adalah, “mengapa tidak engkau jual Gurumu ini? Jikalau Dia benar-benar Mesias, tidak mungkin orang sanggup menangkap Dia. Jikalau Dia Mesias palsu, engkau sudah berjasa mengenyahkan penipu yang menyesatkan bangsa ini. Yang mana pun Dia, engkau tetap mendapatkan keuntungan. Tawaran dari para imam kepala akan sangat berguna bagimu. Mengapa tidak ambil? Tidak ada yang harus tahu. Engkau akan mendapatkan keuntungan dan setelah itu segala peristiwa ini akan dilupakan orang.” Inilah suara dosa. Begitu manis dan sepertinya begitu logis. Begitu menjanjikan dan begitu sesuai dengan kebutuhan. Semuanya terasa begitu tepat, tetapi ada satu masalah besar di balik seluruh tawaran ini. Semuanya adalah pemberontakan kepada Tuhan! Ingatlah hal ini sebelum kita menjadi makin diyakinkan oleh diri kita yang cemar untuk berdosa. Ingatlah bahwa segala bentuk pemberontakan kepada Tuhan akan mengorbankan hal yang akan merusak seluruh hidup kita. Apakah kerusakan hidup itu harga yang pantas untuk apa pun tawaran dosa yang menggiurkan itu?

Yudas menjual Yesus, tetapi kemudian dia menyesal. Bisakah penyesalannya diterima? Tidak. Sudah terlambat! Jangan pikir diri kita aman dan kita menentukan kapan mau menyesal dan kembali kepada Tuhan. Tidak! Jika masih ada kesempatan panggilan Tuhan untuk bertobat, ambillah kesempatan itu dan berubahlah di dalam pertobatan yang sejati. Tetapi jika kita mempermainkan kesempatan pertobatan itu, celaka yang akan kita alami akan menjadi jauh, sangat jauh lebih besar dari faedah apa pun yang ditawarkan dosa dengan sangat menggiurkan.

Yudas menyesal, tetapi terlambat. Yudas tidak bisa lagi bertobat. Dia sudah melewatkan teguran demi teguran, firman demi firman, kasih demi kasih, dan kesabaran demi kesabaran yang telah ditawarkan Yesus sebelumnya. Dia sekarang memegang tiga puluh keping uang yang penuh darah Yesus karena pengkhianatannya itu. Perasaan bersalahnya membuat dia tidak bisa menikmati uang itu sama sekali. Bisakah kita menikmati hasil perbuatan dosa? Celakalah kita jika kita masih bisa menikmatinya. Jika perasaan kita telah benar-benar mati dan kita tidak lagi memiliki hati yang bisa merasa bersalah, maka hanya penghakiman akhir yang akan membawa hukuman kepada kita tanpa ada kesempatan memperbaiki diri. Celaka juga jika kita merasa bersalah, tetapi kita tidak tahu bagaimana kita harus bertobat. Yudas menyesal, tetapi dia tidak pernah menyebut Yesus sebagai Tuhan. Satu kali pun tidak pernah dicatat bahwa dia mengakui Yesus sebagai Tuhan. Bahkan di dalam Matius 26:22-25 dicatat bahwa Yudas adalah satu-satunya murid yang menolak untuk menyebut Yesus sebagai Tuhan. Semua murid memanggil Dia “Tuhan”, tetapi Yudas memanggil Dia “Rabi”. Dia tidak pernah percaya bahwa Yesus adalah Mesias! Itulah sebabnya dia memiliki hati yang tumpul dan hanya mau mendengar perkataan diri yang telah tergiur dengan dosa.

Pertobatan sejati hanya dapat mengubah dan menyelamatkan jika kita kembali kepada Yesus Kristus dan beriman kepada Dia sebagai Tuhan dan Juru Selamat yang telah ditetapkan Bapa di surga. Tidak ada jalan lain! Pertobatan dan iman kepada Kristus tidak bisa dipisahkan. Tidak ada iman yang sejati kepada Kristus jika tidak disertai dengan pertobatan. Tidak ada pertobatan yang sejati jika tidak dilakukan berdasarkan dorongan iman kepada Kristus. Yudas tidak memiliki pertobatan yang sejati karena dia tidak pernah beriman bahwa Yesus adalah Sang Mesias. Karena imannya yang palsu, maka seluruh tingkah lakunya pun penuh dengan kepalsuan.

Tetapi apakah Yudas satu-satunya yang bersalah? Tidak. Ayat 4 menyatakan bahwa para imam kepala dan tua-tua Israel juga adalah penjahat yang sangat menjijikkan. Mereka hanya mau tujuan mereka tercapai. Mereka tidak peduli berapa banyak orang yang harus berkorban demi ambisi mereka. Mereka ingin otoritas agama mereka aman. Bagaimana mengamankan? Dengan memberikan fitnahan kepada saingan mereka, yaitu Yesus. Fitnah dan hukum mati! Bagaimana cara menghukum mati? Jatuhkan hukuman mati di dalam pengadilan yang telah dimanipulasi. Bagaimana membawa ke pengadilan? Tangkap ketika Dia sedang sendiri dengan murid-murid-Nya. Bagaimana bisa tahu Dia ada di mana? Gunakan sang pengkhianat, yaitu Yudas. Bagaimana bila terjadi huru-hara? Sebarkan fitnah di tengah-tengah masyarakat bahwa Yesus memang pantas mati. Mereka telah berdosa sangat besar, tidak mungkin mereka luput dari murka Allah yang paling besar! Mereka membunuh Orang Benar demi ambisi ini. Mereka menghina pengadilan dengan memanfaatkannya demi tujuan mereka. Mereka merusakkan kebenaran dengan fitnahan mereka. Mereka mengorbankan nyawa Yudas demi tujuan mereka. Mereka mendistorsi kebenaran dari rakyat yang seharusnya mereka bimbing untuk mengenal kebenaran dengan dusta dan fitnahan mereka di tengah-tengah orang banyak. Lebih parah lagi dari itu, mereka sendiri yang menganggap bahwa 30 keping uang yang mereka berikan sebagai sogokan kepada Yudas adalah uang haram. Bayangkan betapa menjijikkannya kepalsuan ini. Mereka tahu itu uang haram, tetapi mereka sendiri yang membayarkannya kepada Yudas! Mereka menolak untuk menerima kembali uang yang dikembalikan Yudas dan akhirnya membelikan tanah dari uang itu untuk menjadi kuburan orang-orang asing. Inilah kebejatan dunia kita. Palsu! Pura-pura suci, tetapi merancang hal yang jahat. Tidak mau menerima uang yang dianggap haram, padahal uang itu keluar dari kantong mereka sendiri untuk menyogok Yudas mengkhianati Yesus. Baik masyarakat, pemimpin politik, orang-orang yang memiliki kesetiaan palsu dan penuh kemunafikan, dan terutama pemimpin agama yang korup, semua membuktikan bahwa Allah sangat adil jika Dia menghukum seluruh dunia ini. Tetapi Allah belum menghukum seluruh dunia saat itu. Dia malah menetapkan untuk memberikan kesempatan pertobatan bagi dunia dengan menimpakan murka-Nya kepada Anak-Nya sendiri, Yesus Kristus! (JP)

× Silahkan Hubungi Kami