Tiga Kelompok Orang
Devotion from Matius 27:38-44
Di atas kayu salib Yesus tetap menerima hinaan demi hinaan dari orang-orang yang ada di sekitar Dia. Pertama-tama adalah dua orang penyamun yang ada di sebelah kanan dan di sebelah kiri-Nya (ay. 38). Kedua penyamun ini menghina Dia dan menyindir Dia (ay. 44), tetapi satu orang bertobat dan menegur temannya (Luk. 23:40-43). Dia menyadari bahwa dia dan temannya mendapatkan hukuman karena mereka memang pantas mendapatkannya. Mereka layak dihukum mati, tetapi Yesus tidak. Tetapi walaupun Yesus tidak layak dihukum mati, kerelaan-Nya menanggung semua itu membuat salah satu penjahat sadar bahwa Dia tetaplah Orang Benar yang diperkenan Allah. Mungkin si penjahat itu belum tahu makna penebusan, atau mengapa Yesus harus mati di kayu salib, tetapi dia beriman bahwa Yesuslah Sang Mesias yang akan mengambil alih Kerajaan Daud milik Allah. Dia tahu Yesus akan bangkit dan kembali sebagai Sang Raja yang telah lama dinanti-nanti. Dari manakah iman sang penjahat ini? Dari melihat cara Yesus menjalani hukuman salib. Dia dengan penuh kasih dan ketekunan menanggung semua derita yang hebat itu (Ibr. 12:2-3) sehingga sang penjahat yang bertobat itu menjadi percaya bahwa memang Dialah Sang Mesias itu. Iman yang Tuhan berikan kepada dia memampukan dia melihat penderitaan Kristus sebagai penderitaan Orang Benar dan semua hal yang pernah Dia dengar tentang Sang Mesias mulai muncul. Karena itu, dia pun tahu bahwa Yesus akan segera kembali. Bagaimana caranya? Dia mungkin tidak tahu. Tetapi dia tahu dengan keyakinan yang tinggi bahwa Yesus Kristus akan kembali sebagai Raja atas Kerajaan Surga dan karena itu dia memohon belas kasihan kepada Yesus. Yesus yang disalib tidak membuat sang penjahat yang bertobat itu gagal melihat Dia sebagai satu-satunya yang sanggup menyelamatkan dirinya.
Ini berbeda dengan teriakan penghinaan dari orang-orang yang lewat. Semua orang-orang itu menghujat Dia dan menghina Dia. Mungkin sebelumnya mereka pernah melihat tanda-tanda ajaib dari Yesus. Mungkin bahkan mereka pernah berseru “Hosana!” untuk menyambut Yesus. Tetapi karena melihat Yesus dipaku di kayu salib, seluruh pengharapan mereka runtuh. Dari pengharapan menjadi kecewa, dan dari kecewa menjadi menghujat dengan penuh marah. Mereka berteriak-teriak untuk menghina Dia karena mereka tidak lagi percaya kepada-Nya. Mereka telah kecewa dan menolak Dia. Melihat Yesus dipaku di kayu salib dianggap sebagai lambang kutuk Tuhan, dosa, kekalahan, dan memalukan. Itu sebabnya mereka menjadi kecewa dan menolak serta menghujat Dia. Ayat 39 mengatakan bahwa orang-orang itu menggeleng-gelengkan kepala mereka ketika melihat Dia. Mengapa mereka menggelengkan kepala mereka? Ini adalah tanda penghinaan. Mereka menghina keadaan Yesus saat ini dengan gelengan kepala karena sebelum peristiwa salib, Yesus begitu populer, berkuasa, dan pengaruh yang Dia miliki atas bangsa Yahudi tidak bisa dihentikan oleh siapa pun. Tetapi keadaan-Nya yang sekarang membuat mereka menggeleng-gelengkan kepala tanda heran. Mengapa ada orang bisa sepopuler Yesus, tetapi juga sangat menderita. Tetapi Yesus telah memperingatkan Yohanes Pembaptis untuk jangan kecewa dan menolak Dia, dan jika dia tidak menjadi kecewa dan menolak, berbahagialah dia (Mat. 11:6). Betapa berbedanya orang-orang yang lewat ini dengan penjahat yang bertobat itu. Tetapi kalimat mereka waktu menghina Tuhan Yesus justru mengingatkan kembali orang-orang tentang kalimat Yesus, “rombak Bait Allah ini dan Aku akan mendirikannya kembali dalam tiga hari…” (Yoh. 2:19). Yesus akan mendirikan kembali Bait, yaitu tubuh-Nya sendiri, dalam tiga hari.
Kelompok ketiga yang tercatat di sini adalah para ahli Taurat dan imam-imam kepala. Mereka mengolok-olok Yesus. Inilah musuh yang telah sangat lama mereka ingin bunuh. Sekarang mereka berpesta di dalam kemenangan karena musuh besar mereka telah takluk dengan digantung di kayu salib. Mereka menghina Dia dengan meminta tanda. Mereka terus menerus meminta tanda, bahkan ketika Yesus dipaku di atas kayu salib pun mereka meminta tanda bahwa Yesuslah Sang Mesias. Jika Yesus turun, inilah tandanya. Jika Dia mampu selamat dari hukuman ini, inilah tandanya bahwa Dialah Sang Mesias. Tetapi Allah telah menutup mereka dari iman yang sejati. Mereka diberikan hati yang terlalu sempit dan picik, serta buta, sehingga mereka tidak bisa melihat tanda-tanda yang Yesus terus nyatakan. Bahkan setelah Yesus bangkit sekalipun mereka tetap berkeras dengan pemahaman mereka bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa yang membawa penyesatan (Mat. 28:11-13). Di sinilah pameran kedegilan hati mereka dimulai. Tuhan membiarkan mereka makin keras melawan segala bukti yang ada, yang Allah pakai menjadi tanda bahwa Yesuslah Sang Mesias.
Mengapa mereka tidak bisa melihat bahwa salib adalah bagian dari rencana Allah? Karena mereka tidak mengerti bahwa penebusan dosa yang selama ini mereka lakukan dengan menyembelih binatang, dan dengan mencurahkan darah sapi, kambing, atau domba, adalah simbol dari datangnya korban yang lebih baik, yaitu Yesus. Mereka menganggap begitu tinggi kebangsaan mereka dan ke-Yahudi-an mereka sehingga mereka tidak mau memiliki cara berpikir yang menerima fakta bahwa Sang Mesias harus menderita. Sang Mesias tidak boleh menderita. Dia tidak boleh gagal. Dia tidak boleh dipermalukan. Dia tidak boleh digantung di atas kayu salib. Tetapi pertanyaannya adalah: apakah mereka menolak Yesus karena Yesus dipaku di kayu salib? Ataukah mereka telah menolak Dia terlebih dahulu dan merencanakan agar Yesus dipaku di kayu salib? Mereka telah lebih dulu menolak Dia bahkan jauh sebelum peristiwa salib (Mat. 12:14). Yesus mengatakan bahwa penolakan mereka kepada diri-Nya adalah bukti bahwa mereka telah menolak Bapa-Nya di surga (Yoh. 7:19). Karena mereka menolak Allah, maka mereka menolak Yesus. Mereka menolak Taurat Musa, menolak para nabi (Mat. 23:31-32), dan menolak Yesus karena dalam hati mereka telah ada penolakan akan Allah.
Salib Yesus membuktikan satu fakta, yaitu siapa yang menjadi milik-Nya akan datang kepada Dia karena peristiwa salib. Siapa yang bukan milik-Nya akan menjadikan peristiwa salib alasan untuk membenarkan penolakan mereka kepada Allah dan kepada Anak-Nya. Siapa yang sejak semula mau melakukan kehendak Allah, dia akan menerima Yesus. Siapa yang sejak semula mau memberontak kepada Allah, dia akan memberikan bukti penolakan dengan menunjuk kepada salib Yesus. Saudara dan saya seperti perampok yang bertobatkah? Atau jangan-jangan sama seperti orang-orang yang lalu lalang? Atau, lebih rusak lagi, seperti imam-imam kepala dan tua-tua Israel? Jika kita seperti perampok yang bertobat, berbahagialah kita. Sebab kita sadar bahwa kita selama ini telah menghina Yesus dengan cara hidup kita yang menolak tunduk kepada Dia. Kita sadar bahwa selama ini kita hanyalah penjahat yang layak dihukum mati. Kita sadar bahwa Yesus tidak layak dipaku di kayu salib. Dia adalah orang benar. Maka waktu kita mengerti bahwa Dia sedang menanggung kematian bagi kita, kita akan sangat mengasihi Dia. Adakah alasan kita tidak mengasihi Yesus? Tidak ada sama sekali. Tidak seharusnya ada siapa pun yang kita kasihi lebih dari Yesus Kristus. Apakah penderitaan-Nya di atas kayu salib, kerelaan-Nya untuk menanggung hina dan derita, dan kematian-Nya dengan cara yang sangat keji itu tidak sanggup menggugah hati kita untuk mengasihi Dia? Jika semua ini tidak sanggup menggugah hati kita untuk mengasihi Dia, mari segera bertobat, datang kepada Dia, memohon belas kasihan agar hati kita tidak lagi dingin dan tidak peduli. Sebab jika kita terus menerus hidup dengan hati yang dingin dan tidak memedulikan Yesus, apakah bedanya kita dengan para penghujat yang berjalan melewati Yesus, atau para imam kepala dan tua-tua yang menghina Dia? Tidak ada. Kita tidak secara aktif menghina Dia, tetapi secara aktif kita menutup hati kita dari kasih dan hormat yang seharusnya diberikan kepada Dia. (JP)