Pertentangan Dengan Para Imam

Devotion from Kisah Rasul 4:1-12

Ketika mendengar Petrus memberitakan tentang Yesus Kristus yang bangkit, para pemimpin agama, orang-orang Saduki, dan tentara Bait Suci menjadi begitu marah. Mereka tetap keras hati. Ketika orang banyak sudah mau mendengar Injil, para pemimpin tetap mengeraskan hati. Apa gunanya mencapai posisi sedemikian penting secara agama tetapi tidak memahami kehendak Tuhan dan cara Dia bekerja? Kebodohan para pemimpin agama ini adalah mereka mendalami agama tetapi melepaskan agama itu dari relasi dengan Tuhan. Mereka tidak kenal Tuhan. Mereka hanya kenal teori-teori tentang Tuhan. Maka penganiayaan sepertinya akan segera dimulai bagi para murid. Tuhan Yesus pernah mengatakan bahwa murid tidak akan melebihi guru, tetapi mungkin akan menyamai guru (Mat. 10:24-25). Yang Tuhan Yesus maksudkan adalah kalau guru dihina, maka penghinaan yang dialami murid tidak akan lebih besar daripada yang dialami guru. Kalau para rasul menyebut Yesus Kristus guru mereka, maka seperti guru mereka diperlakukan demikian mereka juga akan diperlakukan. Yesus dianiaya, maka para murid harus mempersiapkan diri untuk mengalami aniaya. Tetapi Tuhan Yesus telah mengatakan bahwa penganiayaan yang dialami para murid tidak akan melampaui penganiayaan yang telah Yesus Kristus alami. Yesus Kristus mengalami penderitaan dari manusia dan ditolak oleh Allah Bapa (Mat. 27:46). Murid-murid tidak akan pernah mengalami penolakan oleh Allah Bapa oleh karena Kristus. Maka sekarang para pemimpin agama mulai merencanakan kecelakaan bagi para murid ini. Mereka menangkap Petrus dan Yohanes karena khotbah mereka yang menyesatkan menurut pengertian mereka yang sesat. Tetapi sekeras apa pun otoritas agama mau membungkam Injil Yesus Kristus, Roh Kudus Tuhan tidak akan mungkin dibungkam. Ayat 4 mengatakan 2.000 orang bertobat ketika mendengar Petrus berkhotbah sehingga jumlah orang percaya menjadi 5.000 orang. Tuhan mempertobatkan siapa yang Dia mau dan tidak seorang pun dapat menahan Dia. Para rasul dipenjarakan, tetapi berita Injil tidak bisa dibelenggu. Roh Kudus menyatakan kuasa-Nya dan jumlah orang percaya terus menerus ditambahkan oleh-Nya.

Ayat 5 menjadi ayat yang menggentarkan. Hanya beberapa bulan lalu terjadi peristiwa yang sangat menggemparkan, yaitu imam-imam besar berkumpul dengan para tua-tua lalu mengadili Yesus Kristus. Pada waktu itu seluruh Yerusalem gempar dan akhirnya Yesus Kristus dihukum mati dengan kayu salib. Sekarang seolah-olah para penjahat itu akan melakukan hal yang sama lagi. Para pemimpin agama dan ahli-ahli Taurat berkumpul di Yerusalem untuk mengadili Petrus dan Yohanes. Takutkah Petrus dan Yohanes? Takut. Tetapi iman mereka tidak akan ditelan oleh ketakutan mereka. Yesus Kristus diperlakukan dengan sangat kejam oleh mereka, tetapi mereka gagal mencegah Dia bangkit dari antara orang mati. Petrus dan Yohanes tahu bahwa mereka sedang berhadapan dengan kuasa dunia yang tidak berdaya di hadapan Yesus Kristus, Pelindung mereka. Apakah yang dapat dilakukan manusia kepada mereka yang ada di dalam Kristus? Maka ketika Hanas dan Kayafas, bahkan semua pembesar-pembesar agama berkumpul, Petrus tahu bahwa inilah saatnya Tuhan memberikan kesempatan kepada Israel. Jika rakyat banyak sudah menerima, bahkan telah ada 5.000 orang yang percaya, maka sekarang Injil itu akan ditawarkan kepada para pemimpin agama. Jika para pemimpin agama ini menolak, mungkin Tuhan tidak akan mau berikan kesempatan lagi kepada Israel. Mereka bertanya kepada Petrus mengenai kuasa. Siapa yang memberikan otoritas pada nelayan-nelayan bodoh ini untuk mengajar? Atas kuasa siapa? Petrus tahu bahwa inilah kesempatannya untuk memberitakan Injil. Dia pun mulai berkhotbah dengan dipenuhi oleh Roh Kudus. Dia tidak takut melihat para pemimpin, karena para pemimpin pun harus menyembah Yesus Kristus. Dia tidak takut melihat para ahli Taurat, karena keahlian mereka harus membawa mereka untuk mengenal Kristus dan menyembah Dia. Maka Petrus berkhotbah dengan terus terang, menyatakan bahwa Yesus Kristuslah yang memberi kuasa. Siapa mau menyangkal bahwa kuasa itu bekerja? Ada orang lumpuh yang telah sembuh menjadi saksi yang berdiri di dekat para rasul. Tetapi yang menjadi pertanyaan adalah, kuasa siapakah yang membuat orang itu benar-benar bisa sembuh dari lumpuh yang telah dideritanya seumur hidup?

Petrus dengan berani menyampaikan berita Injil dan menantang semua pemimpin-pemimpin Yahudi untuk bertobat dan kembali mengikut Kristus dengan setia. Kristus yang pernah ditolak sekarang menyatakan kuasa-Nya dan memanggil orang-orang yang telah menolak-Nya untuk kembali kepada Dia. Dua hal disampaikan oleh Petrus tentang Kristus. Yang pertama adalah bahwa Kristus adalah batu penjuru. Dialah yang membuat semua bangunan bisa utuh dan tidak roboh. Dia telah dibuang tetapi justru Allah angkat menjadi batu penjuru. Hal kedua Petrus menyatakan bahwa nama Yesus bukan hanya menyembuhkan orang sakit seperti orang lumpuh ini. Nama Yesus juga bukan untuk diperkenalkan sebagai penyembuh ke semua orang. Nama Yesus adalah satu-satunya nama yang dapat memberikan keselamatan. Di bawah kolong langit ini tidak ada nama yang diberikan kepada manusia yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan. Juruselamat adalah Allah (Yes. 43:11) dan Petrus mengatakan bahwa Kristuslah satu-satunya nama yang dapat menyelamatkan. Yesus adalah Allah! Dialah Pribadi kedua Tritunggal yang memberikan keselamatan. Tidak ada nama lain.

Untuk direnungkan:
Kerendahan hati dalam mendengar Injil
Petrus dengan berani menyampaikan berita Injil. Berita ini akan menjadi ujian bagi para pemimpin agama, masihkah mau keras hati? Atau mau mengalami perubahan dan menerima Yesus Kristus yang memang datang untuk menebus mereka? Berita Injil selalu menuntut pendengarnya untuk mengambil keputusan penting. Mau dengar? Atau mau tolak? Injil dapat saja diterima atau ditolak, tetapi Injil tidak mungkin diabaikan. Tidak ada orang sombong yang menerima berita Injil. Semua orang yang rendah hatilah yang menerima berita Injil. Kesombongan para pemimpin agama itu akhirnya membuat mereka binasa.

Tidak tergerak untuk mendiskusikan firman Tuhan
Sekarang kita hidup di dalam zaman yang senang menyatakan isi hati, tetapi tidak pernah terlatih untuk mendengar Tuhan. Jika pemimpin agama saja sudah tidak punya kepekaan untuk mendengar firman Tuhan, maka keadaan kita ke depan akan makin suram. Tetapi selain para pemimpin agama, bagaimana dengan kita sendiri? Jangan-jangan kita tidak sepenting para pemimpin itu, tetapi tetap keras hati sama seperti mereka. Para pemimpin agama menghina Petrus karena dia adalah seorang dengan pendidikan rendah. Karena kesombongan itulah mereka menjadi semakin rusak dan kacau. Apakah kita pun meninggikan diri dan menghina firman yang disampaikan kepada kita? Mari melatih diri untuk menyukai firman Tuhan dengan pengertian yang benar. Siapa yang mengasihi firman Tuhan harus melibatkan pengertian yang benar sebagai yang akan mempertumbuhkan kasih itu.

Kiranya semua hal tentang Tuhan dan karya keselamatan-Nya boleh mendapatkan tempat yang paling penting di dalam hati kita, dan biarlah kita juga mempunyai gairah yang berapi-api untuk menyampaikan berita Injil itu dengan penuh kasih kepada siapa pun tanpa takut, sambil menyadari bahwa berita Injil itu adalah berita yang sangat berkuasa, yang akan menempatkan para pendengarnya ke dalam suatu penghakiman Allah di mana responsnya atas berita itu akan menentukan penghakiman itu bagi dirinya. Jangan diam, beritakan Injil. Jangan takut, bukankah Tuhan telah menang. Jangan malas, karena setiap pekerjaan yang dipimpin oleh Tuhan akan memperoleh kekuatan untuk diselesaikan dengan kuasa dan kebenaran dari Tuhan. (JP)

× Silahkan Hubungi Kami