Nasihat Gamaliel
Devotion from Kisah Rasul 5:34-42
Setelah para rasul ditangkap, para pemimpin agama berunding untuk memutuskan apa yang harus dilakukan terhadap mereka. Para pemimpin itu ingin membungkam para rasul dengan membunuh mereka (ay. 33). Mereka ingin mengulangi kembali kesuksesan membunuh Yesus tanpa mendatangkan huru-hara pengikut-Nya. Mereka ingin membunuh para rasul tetapi mereka harus pertimbangkan baik-baik kapan dan bagaimana hukuman mati itu dijatuhkan. Salah waktu dan cara akan membuat orang banyak mengamuk dan mereka bisa berada di dalam bahaya (ay. 26). Tetapi di tengah-tengah para pemimpin yang takut kepada orang banyak, ternyata masih ada Gamaliel yang takut kalau mereka melawan Tuhan. Kita tidak tahu banyak tentang Gamaliel ini kecuali bahwa dia adalah guru dari Paulus (Kis. 22:3). Ayat 34 mengatakan bahwa dia adalah seorang yang sangat dihormati. Nasihatnya sangat bijak, karena di tengah-tengah para pemimpin lain yang melihat reaksi masyarakat, dia meminta agar mereka mempertimbangkan semua pemimpin-pemimpin yang mengaku Mesias. Di antara semua orang yang mengaku bahwa mereka adalah Mesias, tidak satu pun yang kelompoknya sanggup bertahan setelah mereka mati. Baik Teudas (ay. 36), Yudas dari Galilea (ay. 37), keduanya mengaku sebagai Mesias dan memperoleh banyak pengikut. Tetapi ternyata setelah mereka mati seluruh pengikutnya tercerai-berai dan kelompoknya tidak dapat bertahan.
Gamaliel meminta semua pemimpin agama untuk membiarkan para rasul. Mereka tidak perlu dibunuh kalau mereka adalah sekelompok pengikut mesias palsu. Tidak ada kelompok pengikut mesias palsu yang bertahan setelah pemimpin mereka mati. Bukankah Yesus sudah mati? Jika demikian tinggal tunggu saja apakah kelompok ini bertahan atau tidak. Ini merupakan suatu usulan yang sangat masuk akal. Benarkah Yesus Sang Mesias sejati? Ataukah Dia palsu sama seperti yang lain? Jika Dia palsu, tenang saja. Tunggu waktunya maka pengikut-Nya akan habis sendiri. Mereka akan merasa rugi jika harus buang-buang hidup memperjuangkan kepentingan orang mati. Tetapi bagaimana halnya jika ternyata Yesus bangkit? Bagaimana jika ternyata Dia Mesias sejati? Jika Dia Mesias sejati, maka tidak ada satu pun dari pemimpin agama yang sanggup melawan, karena melawan Mesias sejati berarti melawan Allah! Mesias sejati pastilah berasal dari Allah, dan karena itu melawan Mesias sejati berarti melawan Allah. Ini nasihat yang perlu dipikirkan oleh seluruh manusia hingga saat ini. Benarkah Yesus Sang Mesias sejati? Benarkah Yesus seperti apa yang murid-murid-Nya beritakan? Bahwa Dia adalah Anak Allah dan Mesias yang bangkit dari kematian untuk duduk di sebelah kanan Allah? Jika Dia adalah Mesias palsu apakah mungkin pengikut-Nya mau mengorbankan nyawa mereka untuk menyatakan bahwa Dialah Mesias sejati? Jika Dia tidak benar-benar bangkit dari antara orang mati, apakah para murid siap mempertaruhkan nyawa mereka untuk memberitakan kebohongan, yaitu bahwa Dia bangkit dari antara orang mati? Mengapa Petrus, Yohanes, dan para rasul rela mengorbankan nyawa mengatakan bahwa Yesus bangkit? Jawaban satu-satunya adalah karena Yesus memang benar-benar bangkit, sehingga mereka tidak mungkin memberitakan yang sebaliknya.
Apa yang dikatakan Gamaliel memang benar. Jika Yesus adalah mesias palsu, maka pengikut-Nya akan tercerai berai setelah Dia mati. Tetapi jika Dia adalah Mesias sejati, maka Tuhanlah yang mempertahankan pengikut-pengikut-Nya tetap setia, bahkan bertumbuh berkali-kali lipat. Saat ini kekristenan telah tersebar ke seluruh dunia. Tidakkah ini berarti Tuhan sendiri yang mempertahankan pekerjaan-Nya? Bukankah ini berarti bahwa memang benar Yesuslah Sang Mesias sehingga seluruh pemberitaan para murid diberkati dan dipimpin oleh Tuhan untuk dapat tiba hingga ke ujung dunia. Tetapi bukankah banyak agama yang juga bisa menyebar ke seluruh dunia? Bukankah Buddhisme, Hinduisme, dan Islam juga telah menyebar ke seluruh dunia? Bukankah ajaran mereka juga dipelihara oleh Tuhan yang mereka sembah untuk mempertahankan ajaran mereka hingga ke seluruh dunia? Jika demikian apakah bedanya dengan perkembangan kekristenan? Bedanya adalah tidak satu pun dari penyebar agama Islam, Buddhisme, ataupun Hinduisme yang menyebarkan inti ajaran agama mereka dengan mengajarkan bahwa pendiri agama mereka telah bangkit dari kematian. Para khalifah tidak memberitakan tentang kebangkitan Muhammad. Para pengikut Sidharta juga tidak memberitakan tentang kebangkitan pemimpin mereka itu. Pengikut agama Hindu juga tidak membangun kepercayaan mereka atas dasar seorang yang telah bangkit dari kematian. Kekristenan bukan sekadar menyebarkan berita tentang Yesus yang bangkit, tetapi kekristenan menjadikan Kebangkitan Yesus sebagai inti dari seluruh iman kepercayaannya (1Kor. 15:14-17). Apakah mungkin sebuah agama yang menjadikan berita kebangkitan dari kematian sebagai fondasi ajarannya berkembang dan menyebar ke seluruh dunia jika ternyata berita itu tidak benar? Islam menyebar ke seluruh dunia dengan berita bahwa manusia harus bertobat dari kekafirannya, dan karena para pengikutnya memercayai hal ini, maka mereka dengan tekun menyebarkan berita ini. Buddhisme menyebar ke seluruh dunia dengan berita bahwa manusia harus mematikan hawa nafsu supaya tidak menyebarkan kejahatan dan penderitaan di dunia ini, dan karena para pengikutnya memercayai hal ini, maka mereka dengan tekun menyebarkan berita ini. Sama halnya dengan Kristen. Kristen menyebar ke seluruh dunia dengan berita bahwa Yesus Kristus bangkit dari antara orang mati! Dan karena para pengikut-Nya memercayai hal ini (sebab mereka sendiri menyaksikan Dia bangkit, 1Kor. 15:5-11) maka mereka dengan tekun menyebarkan berita ini. Demikianlah pertanyaan Gamaliel perlu mendapat perhatian hingga saat ini. Jika Yesus tidak benar-benar bangkit, tidak mungkin kekristenan dapat bertahan.
Ayat 39 mengatakan bahwa nasihat Gamaliel ini diterima oleh para pemimpin yang lain. Mereka tidak jadi membunuh para rasul. Mereka hanya menangkap mereka untuk dipukul di depan umum. Mereka dipermalukan dengan menerima pukulan di depan umum, tetapi tidak dibunuh. Biar waktu yang menjawab apakah para rasul ini utusan dari Mesias sejati atau mesias palsu. Tetapi reaksi dari para rasul begitu mengagumkan. Mereka penuh sukacita bukan saja karena Tuhan meluputkan mereka, tetapi karena mereka dinilai layak menerima penghinaan oleh karena nama Yesus. Di saat dipermalukan pun mereka mengingat Yesus Kristus. Bukankah Yesus juga pernah dipermalukan? Mereka sadar bahwa Tuhan sedang mengizinkan mereka mengalami apa yang Kristus pernah alami. Kristus pernah dipermalukan, pernah disiksa, bahkan pernah dimatikan, tetapi kemudian Dia bangkit dan mendapat tempat yang mulia bersama dengan Bapa di Surga. Jika Kristus tidak bangkit, mungkinkah ada sukacita di tengah-tengah keadaan sulit seperti ini? Kebangkitan Kristus adalah alasan mengapa para murid tanpa letih terus memberitakan Injil. Karena Dia bangkit maka berita Injil itu tidak bisa dimatikan dan terus menyebar ke seluruh dunia. Karena Dia bangkit juga maka para murid beroleh kekuatan untuk terus mempunyai sukacita dalam melayani Dia di dalam segala keadaan. Biarlah kita juga mengingat hal ini. Iman kita dan seluruh sukacita hidup kita bergantung kepada fakta bahwa Yesus Kristus bangkit.
Doa:
Ya Tuhan, kami bersyukur kepada-Mu karena Engkaulah yang menopang pelayanan para murid sehingga di dalam segala keadaan mereka dapat memiliki sukacita yang sejati. Tuhan, kami mohon berikan kesadaran bahwa Engkaulah yang menopang kami, sehingga kami tidak melangkah sembarangan dan juga tidak melangkah tanpa kekuatan dari-Mu. Jangan biarkan keadaan hidup membuat kami melangkah sembarangan, tetapi biarlah kami senantiasa melangkah di dalam ketaatan kepada-Mu dalam keadaan apa pun, dan ajarkan kami untuk menikmati penyertaan-Mu yang telah dinikmati oleh para rasul dan gereja-Mu selama ini. Dalam Nama Tuhan Yesus. Amin. (JP)