Tiba di Roma
Devotion from Kisah Rasul 28:11-16
Setelah menanti hingga musim dingin selesai dan perjalanan laut kembali memungkinkan, Paulus dan rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke Roma dengan sebuah kapal berlambang Dioskuri, yaitu dewa Castor dan Pollux, dua dewa kembar dari mitologi Yunani yang memberikan keamanan berlayar. Penggambaran lambang Dioskuri ini adalah sebagai suatu pengingat bagi para pembaca. Orang-orang Yunani mengandalkan dewa-dewa mereka untuk memberikan ketenangan saat berlayar, sedangkan Allah yang disembah Paulus memberikan penyertaan di tengah badai sekalipun. Orang-orang kafir mengharapkan para dewa memberi kelancaran dan kemulusan, tetapi orang-orang Kristen mendapatkan janji penyertaan dalam segala keadaan. Penyertaan bahkan di dalam badai dan kehancuran sekalipun. Betapa jauh lebih kuatnya janji yang diterima oleh orang-orang Kristen! Janji kelancaran dan kemulusan para dewa adalah dusta. Tidak ada orang yang benar-benar mengandalkan dewa-dewa yang memberi ketenangan itu karena mereka tahu semua itu bohong. Jika benar Castor dan Pollux bisa memberi ketenangan pada laut, mengapa kapal dengan patung mereka itu harus berlabuh selama musim dingin untuk menghindari cuaca buruk di laut? Tetapi Allah berjanji bahwa di tengah badai pun rencana-Nya tidak akan gagal. Adakah bukti? Ada. Bukti itu bukanlah berupa patung dewa di ujung depan sebuah kapal, tetapi bukti itu berupa penyertaan Tuhan kepada Paulus di tengah-tengah kapal yang hancur sekalipun.
Setelah berlayar, Lukas mencatat dengan singkat saja tempat-tempat mereka singgah di dalam perjalanan tersebut. Sirakusa, Regium, hingga akhirnya mereka berlabuh di Putioli dan berakhirlah perjalanan maritim mereka. Mulai dari Putioli mereka akan melanjutkan perjalanan melalui jalan darat hingga tiba ke kota Roma. Putioli adalah kota pelabuhan yang penting. Di situ juga ada jemaat-jemaat Kristen yang menyambut Paulus beserta rombongan, dan mereka berdiam bersama-sama dengan jemaat itu selama tujuh hari. Tuhan berkenan memberikan penghiburan besar kepada Paulus dan kawan-kawan karena perjumpaan ini. Tetapi penghiburan yang lebih besar lagi adalah ketika Paulus hampir tiba di Kota Roma. Dia bertemu dengan jemaat di Roma yang mendatangi Paulus di Forum Apius (70 km dari Kota Roma) dan Tres Taberne (three taverns) yang berjarak hanya 50 km dari Kota Roma. Paulus kembali dikuatkan oleh perjumpaan ini. Dia begitu rindu ingin bertemu dengan jemaat Roma (Rm. 1:10-12). Tuhan mengabulkan doa Paulus dan akhirnya Paulus bertemu dengan mereka. Perjumpaan ini begitu mengharukan karena inilah perjumpaan dengan jemaat dari kota terbesar di dunia yang telah lama menjadi pokok doa Paulus. Paulus sangat mengerti kerinduan Allahnya untuk menjangkau kota-kota besar. Kebudayaan paling maju, kota paling besar, penduduk paling banyak, semua ini seharusnya menjadi milik Tuhan. Ini tidak berarti daerah kecil dan pedesaan tidak penting. Tetapi membiarkan kebudayaan besar dan kota-kota besar jatuh ke tangan setan adalah dosa yang sangat besar dari orang-orang Kristen. Kita tidak bisa memenangkan seluruh kota besar bagi Tuhan. Tetapi kita berdosa jika kita bahkan tidak mau berjuang untuk menyatakan Injil-Nya di tempat-tempat kebudayaan utama manusia.
Setelah perjumpaan yang sangat menghiburkan ini, Paulus dan rombongannya melanjutkan perjalanan dan akhirnya tiba di Roma. Inilah titik akhir dari perjalanan Paulus di dalam catatan Lukas di dalam Kitab Kisah Rasul. Tuhan membawa Paulus untuk mengabarkan Injil di tempat besar terakhir di dalam rencana-Nya. Meskipun Paulus bukanlah pendiri jemaat Roma yang telah ada sejak sebelum kedatangannya ini, tetapi Paulus tetaplah dipakai Tuhan untuk memberikan pengaruh sangat besar di antara orang-orang Yahudi di Roma. Bahkan selama dua tahun dia terus memberitakan Injil di Roma walaupun dengan status sebagai tahanan yang menunggu pengadilan Kaisar. Bermula dari Yerusalem, Injil Tuhan telah masuk ke Aleksandria, Antiokhia, Atena, Efesus, Korintus, dan Roma dengan Paulus menjadi alat yang Tuhan pakai ke kebanyakan kota-kota tersebut. Injil dimulai dari Yerusalem, dan sekarang telah dibawa masuk ke pusat Kerajaan Romawi. Sebagaimana dinubuatkan Daniel, batu yang tidak diungkit oleh tangan manusia itu menimpa keempat kerajaan besar itu, menghancurkannya, dan setelah itu bertumbuh menjadi gunung yang besar dan menutupi seluruh kolong langit. Betapa besar kuasa Tuhan dalam menyatakan kerajaan-Nya ini!
Di Kota Roma Paulus dikenakan tahanan rumah dengan dijaga oleh satu penjaga. Kemungkinan besar penjaga itu dibelenggu bersama-sama dengan Paulus untuk memastikan dia tetap tertahan. Tetapi sekalipun Paulus menjadi orang tahanan, namun orang-orang tetap boleh datang mengunjungi Paulus. Bahkan Paulus masih diizinkan untuk mengajar orang banyak yang datang untuk menemui dia. Selama dua tahun ini terus dilakukan Paulus. Bayangkan betapa besar pengaruh yang diberikan oleh Paulus untuk memperkuat gereja Tuhan di Roma. Dalam waktu yang sama jemaat di Efesus dirintis dan menjadi besar (Kis. 19:9). Bahkan dalam waktu yang lebih singkat jemaat Tuhan di Korintus dirintis dan bertumbuh besar (Kis. 18:11). Dalam waktu dua tahun di Roma, tentulah Paulus memberikan pengaruh Injil yang sangat besar untuk kota terbesar di dunia saat itu.
Untuk direnungkan:
Tuhan memakai Paulus untuk memberitakan Injil Tuhan dengan beban yang sepenuh hati. Salah satu beban hatinya yang paling besar, selain beban hati bagi orang Israel, saudara-saudaranya sebangsa, Paulus juga sangat terbeban untuk memenangkan pusat-pusat kebudayaan bagi Kristus. Dia tahu bahwa dengan memengaruhi kota besar, maka Injil Tuhan akan sangat cepat tersebar. Kota-kota besar menjadi target bukan karena Paulus ingin mendapatkan kenyamanan, sebab kesulitan-kesulitan Paulus yang sangat besar justru dia peroleh dari kota-kota besar. Kota-kota besar menjadi target karena kekristenan harus menyebar sebesar dan secepat mungkin. Tidak ada waktu yang boleh terbuang, dan tidak ada tempat besar yang boleh dilewatkan. Hal seperti inilah yang harus terus menjadi beban orang-orang Kristen saat ini. Bisakah hati kita tenang dan nyaman melihat tempat-tempat utama dari kebudayaan manusia justru semakin melawan Tuhan? Apakah Tuhan hanya boleh bertakhta di tempat-tempat kecil saja, sedangkan setan mengambil semua tempat besar? Hati orang-orang Kristen seharusnya sangat tergerak untuk mendoakan tempat-tempat besar seperti ini. Roma adalah kota yang sangat besar pada waktu itu. Secara militer, ekonomi, dan kebudayaan, Roma adalah yang terbesar. Ini adalah kota dengan tembok kota yang belum pernah ditembus oleh musuh sekalipun sejak pendirian Republik Romawi di abad ke-6 SM.
Beban hati Paulus ini selaras dengan kehendak Tuhan. Tuhan pun telah menyiapkan hamba-Nya ini untuk memberitakan kemenangan Kristus Sang Juruselamat dan Tuhan kepada orang-orang di Kota Roma. Tuhan menuntun jalan Paulus hingga tiba di Roma dengan jalan yang sangat tidak biasa, tetapi yang sangat limpah dengan berkat penyertaan Tuhan. Tuhan memakai penjara, pengadilan, naik banding, cuaca buruk, hingga tentara Romawi untuk membawa Paulus tiba di Kota Roma. Rancangan Tuhan akhirnya menjadi genap. Paulus telah tiba di Roma. Injil Tuhan akan mulai disebarkan, dan kota kerajaan terbesar ini bersiap untuk mendengar kabar tentang Tuhan yang sejati dan tentang Juruselamat yang sejati. Selama ini Kaisar Romawi dianggap sebagai tuhan dan juruselamat. Tetapi sekarang Yesus Kristus, Tuhan yang sejati, dan Juruselamat yang sejati, telah datang mengambil alih takhta yang menjadi hak-Nya. Paulus telah tiba untuk mengabarkan kepada kota itu siapakah Raja mereka yang sesungguhnya.
Doa:
Ya Tuhan, kami memohon supaya Tuhan mengizinkan banyak orang mengabarkan Injil-Mu di tempat-tempat besar. Mohon supaya gereja-Mu terus bersuara dan memberikan pengaruhnya di kota-kota besar. Biarlah kekacauan moral dan pemberontakan kepada Tuhan yang dilakukan oleh orang-orang di kota-kota besar dihancurkan oleh Injil Tuhan. Kiranya pertobatan sejati dan kebangunan di tengah-tengah gereja-Mu boleh terjadi, ya Tuhan, dan kiranya melalui gereja-Mu kota-kota besar di dunia ini kembali ditundukkan kepada Sang Raja mereka, yaitu Yesus Kristus. Terpujilah nama Kristus di atas seluruh kebudayaan manusia. Terpujilan nama Kristus melampaui nama lainnya di seluruh alam semesta ciptaan-Nya ini. Amin. (JP)