Peringatan bagi Orang Yahudi di Roma

Devotion from Kisah Rasul 28:17-29

Hal pertama yang dilakukan Paulus setibanya di Roma adalah mengumpulkan para petinggi Yahudi di sana. Dia ingin segera mengabarkan Injil kepada mereka. Dia tidak ingin mencari dukungan, mencari pertolongan atas perkaranya ini, ataupun meminta dukungan keuangan. Paulus ingin segera dapat menyampaikan berita Injil kepada mereka. Maka dia memulainya dengan mengisahkan kembali kejadian yang menimpanya beberapa tahun yang lalu, yaitu ketika dia ditangkap di Yerusalem. Paulus menekankan bahwa dia tidak menyalahi tradisi bangsa Israel dan kebiasaan nenek moyang mereka. Ini adalah penekanan yang sangat penting. Jika orang-orang Yahudi tidak mengerti bahwa Yesus Kristus adalah yang menggenapi tradisi Israel dan kebiasaan nenek moyang mereka, maka mereka akan terus menolak Yesus Kristus sebagai lawan dari tradisi mereka. Pemikiran ini harus diruntuhkan. Itu sebabnya Paulus menekankan bahwa dia tidak pernah memberontak kepada tradisi Yahudi. Dia justru menjalaninya dengan sempurna setelah dia mengenal Sang Mesias yang telah lama dinanti-nantikan oleh orang Yahudi.

Paulus juga mengingatkan bahwa bagi orang-orang Romawi pun dia tidak melakukan kesalahan apa pun (ay. 18-19). Jika dia tidak melanggar apa pun, mengapa dia masih terbelenggu sebagai tahanan? Karena desakan dari orang-orang Yahudi yang ingin menghukum, bahkan membunuh dia. Desakan itu membuat dia terpaksa naik banding kepada kaisar. Paulus mengingatkan bahwa dia tidak bermaksud mengadukan bangsanya, tetapi yang menjadi kerinduannya yang lebih besar adalah agar semua orang Yahudi tahu bahwa karena dia mengharapkan apa yang Israel harapkan, maka dia dipenjara.

Israel memiliki pengharapan akan kedatangan Sang Mesias. Ini merupakan pengharapan yang sangat besar. Mereka mengharapkan dikembalikannya takhta Daud dan Israel akan menjadi kerajaan besar untuk kemuliaan Allah. Ini pengharapan yang sangat berbau politis. Bagaimana mungkin pengharapan ini tidak bersifat ofensif bagi Kekaisaran Romawi? Bagaimana mungkin pengharapan ini tidak membuat kaisar menghukum Paulus? Pengharapan Israel yang seperti apakah yang tidak menyalahi peraturan Romawi? Paulus memahami bahwa pengharapan Israel sebenarnya adalah berkat bagi semua bangsa. Pengharapan Israel bukanlah Mesias yang akan menghancurkan kerajaan-kerajaan. Pengharapan Israel adalah adanya Sang Juruselamat yang menebus dosa mereka. Mereka perlu penebusan dosa. Tetapi janji Tuhan bukan hanya bagi Israel. Tuhan juga berjanji akan memberkati bangsa-bangsa lain. Kristus bukan hanya pengharapan bagi Israel. Kristus juga adalah pengharapan bagi bangsa-bangsa lain. Jadi bagi orang Israel Kristus adalah Juruselamat, dan bagi bangsa-bangsa lain Kristus juga adalah Juruselamat. Dengan demikian, baik Kaisar Romawi maupun raja dari bangsa-bangsa mana pun, Kristus adalah Sang Juruselamat. Apakah salah jika mengatakan bahwa Kristus juga adalah milik bangsa-bangsa lain? Tidak. Ini tercatat di dalam Kitab Suci (Yes. 42:1, 49:6). Paulus tidak memberitakan Kristus yang menghancurkan kerajaan-kerajaan. Paulus memberitakan Kristus yang mau menyelamatkan kerajaan-kerajaan. Paulus tidak memberikan pesan pemberontakan untuk melawan Kekaisaran Romawi. Paulus memberitakan pesan perdamaian karena Sang Raja telah menyelesaikan pekerjaan-Nya sebagai Juruselamat yang memberkati bangsa-bangsa. Karena Dia adalah Juruselamat segala bangsa, maka Paulus harus pergi ke segala bangsa.

Ternyata janji Tuhan bagi segala bangsa ini tidak membuat orang Romawi menangkap dan mendakwa Paulus. Tetapi janji Tuhan bagi segala bangsa ini justru membuat orang Israel menangkap dan mendakwa, bahkan ingin membunuh dia. Apakah yang sebenarnya membuat orang Israel murka? Ada dua hal. Yang pertama adalah mengatakan Sang Mesias itu mati disalib, dan kedua adalah mengatakan bahwa bangsa-bangsa lain dipanggil Tuhan menjadi umat-Nya juga. Dua hal ini membuat berita yang dibawa oleh Paulus selalu menyebabkan kontroversi di antara orang Yahudi.

Ayat 23 mengatakan bahwa pada hari yang ditentukan, sangat banyak orang Yahudi berkumpul untuk mendengar Paulus. Paulus memberikan penjelasan kepada mereka semua tentang Yesus Kristus. Dia mengisahkan baik pengalaman pribadinya ketika berjumpa dengan Yesus Kristus, maupun dari Kitab Suci. Paulus meyakinkan mereka bahwa Kitab Suci telah menubuatkan Kristus, dan bahwa apa yang terjadi pada Kristus justru menggenapi tulisan di dalam Kitab Suci. Tidak mungkin orang yang memercayai dan memahami Kitab Suci akan menolak Yesus Kristus. Dengan teliti Paulus menjelaskan dari Kitab Taurat, juga dari kitab nabi-nabi bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat yang telah diberitakan di dalamnya. Tetapi, sebagaimana terjadi pada orang-orang Yahudi di tempat-tempat lain, orang-orang Yahudi di Roma pun berselisih pendapat. Ada yang percaya berita yang dikabarkan Paulus, tetapi ada juga yang tetap mengeraskan hati. Maka timbullah perpecahan di tengah-tengah mereka. Tetapi apa yang terjadi ini justru semakin membuktikan nubuat dari nabi Yesaya. Di dalam ayat 26 dan 27 Paulus mengutip Yesaya 6. Paulus ingin membuktikan kepada mereka bahwa penolakan mereka telah dinubuatkan oleh Kitab Suci. Penolakan mereka pun membuktikan bahwa Kitab Suci benar. Yesaya telah mengatakan bahwa masalah utama Bangsa Israel adalah mendengar tanpa mengerti dan melihat tanpa menanggap.

Ayat 28 mengatakan bahwa Paulus dengan tegas menyatakan kepada orang-orang Yahudi di Roma bahwa Tuhan telah berpaling kepada bangsa lain. Jika sebelumnya Paulus mengingatkan bahwa Tuhan tidak harus selamanya menjadikan mereka umat-Nya, maka kali ini Paulus mengatakan bahwa Tuhan sudah mengalihkan berita keselamatan-Nya kepada bangsa-bangsa lain. Sebelumnya Paulus mengingatkan bahwa Allah tidak harus selamanya memberikan keistimewaan kepada orang-orang Yahudi. Jika orang-orang Yahudi terus menolak, maka Tuhan telah mempersiapkan rencana, yaitu Tuhan akan memanggil bangsa-bangsa lain dan bangsa-bangsa lain akan mendengarkannya. Tetapi di Roma Paulus mengabarkan bahwa Tuhan sudah berpaling! Apakah Tuhan sudah membuang sama sekali Israel? Tentu tidak. Tetapi sekarang Israel telah menjadi minoritas di dalam kelompok orang-orang percaya. Bangsa-bangsa lain begitu banyak yang percaya kepada Kristus sedangkan orang-orang Yahudi begitu keras. Orang-orang Yahudi makin tersingkir karena kekerasan hati mereka sendiri.

Untuk direnungkan:
Bangsa dengan tradisi begitu besar sekarang telah terus menerus menolak Tuhan. Di dalam Roma 11:21-24 Paulus mengatakan bahwa siapa pun yang terus menerus menolak Tuhan tentu akan Tuhan singkirkan. Jangan lupa kekerasan hati Tuhan. Jangan pikir kita berada di posisi yang bisa melakukan tawar menawar dengan Dia. Jika kita berpikir kita bisa mengeraskan hati kita semau kita, jangan lupa bahwa akan jauh lebih mengerikan jika Dia yang mengeraskan hati-Nya (Rm. 11:22). Jangan keras hati waktu Injil disampaikan kepada kita! Jangan bodoh! Jangan menolak firman Tuhan!

Yesaya menulis kemarahan Tuhan yang sangat di dalam Yesaya 6:9-10. Kemarahan yang muncul karena umat Tuhan begitu tuli dan tidak mendengar panggilan Tuhan pada mereka. Apakah kita berpikir Tuhan tidak akan marah kepada kita jika kita juga menulikan telinga kita dan mengabaikan Dia? Apakah kita seistimewa itu sehingga kita melebihi Israel? Jika kita merasa melebihi Israel, maka kita sedang menipu diri kita sendiri. Paulus mengatakan bahwa mereka adalah cabang ranting yang asli, sedangkan kita adalah cangkokan. Jika Tuhan bisa berlaku keras kepada Israel karena mereka terus menerus mengabaikan firman-Nya, tentu Dia juga akan berlaku keras kepada kita jika kita juga terus mengabaikan firman-Nya. (JP)

× Silahkan Hubungi Kami