Air Hidup Kekal
Devotion from Yohanes 4:10-15
Apakah air yang dimaksud adalah air seperti yang dipikirkan oleh perempuan itu? Tidak. Tuhan Yesus sedang mengatakan bahwa air yang akan Dia berikan akan memancar hingga hidup yang kekal. Air biasa hanya meredakan rasa haus yang sementara, tetapi air yang akan diberikan Tuhan Yesus tidak. Air apakah ini? Air yang dimaksudkan adalah Roh Kudus yang akan memberikan karunia berlimpah di dalam kasih, relasi, ibadah, dan keintiman dengan Allah. Umat Tuhan, termasuk perempuan Samaria ini, akan terus merasakan kehausan dengan cara hidup yang lama di luar Allah. Orang-orang Samaria sangat giat beribadah, tetapi kegiatan ibadah mereka adalah ibadah yang salah. Orang-orang Yahudi di Yudea juga sangat giat beribadah, tetapi kegiatan ibadah mereka dilakukan tanpa memahami inti dari ibadah yang mereka lakukan, yaitu kasih dan damai dengan Allah. Bahkan orang-orang Yahudi itu gagal melihat Sang Mesias yang mereka nanti-nantikan di dalam ibadah mereka. Tidak ada seorang pun yang dapat mengalami kepuasan damai sejahtera dan kasih dengan Allah tanpa Roh Kudus. Itu sebabnya Yesus mengatakan di dalam ayat 5, “jika kamu tahu tentang kasih karunia dan jika kamu tahu siapa Aku, maka pasti engkaulah yang akan meminta kepada-Ku.”
Orang-orang Yahudi sering kali menghina orang-orang Samaria sebagai orang-orang cemar yang perlu dibersihkan dengan air. Tetapi Yesus tidak menghina mereka dengan menawarkan air ini, sebab Yesus mengatakan air yang akan Dia berikan adalah air hidup. Air hidup itu adalah Roh Kudus (Yoh. 7:37-39), bukan air untuk mencuci kecemaran fisik. Injil Yohanes mengaitkan hidup, hidup yang kekal, dan hidup yang tidak berkesudahan dengan pengenalan akan Allah, atau kasih akan Allah (Yoh. 3:16; 17:3), dan ini disebut sebagai hidup yang berkelimpahan (Yoh. 10:10). Ketika Yesus sedang berbicara tentang hal-hal yang terdapat di dalam Perjanjian Lama (Ribka memberi minum hamba Abraham, Yakub memberi minum Rahel, Allah memberi minum umat-Nya), Yesus berbicara tentang sesuatu yang lebih. Dia sedang berbicara tentang diri-Nya yang menggenapi hal-hal yang dinyatakan di dalam Perjanjian Lama tersebut (Yoh. 3:12-13). Yesus memberikan air, dan air yang Dia berikan adalah Roh Kudus yang akan datang setelah Yesus naik ke surga. Yesus bukan memberikan air untuk diminum sebagai penghilang haus. Ini air yang akan kembali memberikan rasa haus. Demikian juga ibadah dan kesalehan orang-orang Samaria. Kesalehan mereka tidak akan memberikan kelimpahan. Jangankan kelimpahan, kepuasan pun tidak. Pikirkan hal ini. Baik orang Yahudi maupun orang Samaria sangat tekun dengan ibadah mereka. Meskipun mereka memiliki pengertian dan praktik beribadah yang berbeda, tetapi keduanya memiliki ketekunan yang sama. Tetapi Yesus mengatakan bahwa keduanya hanya meminum “air” yang akan membuat haus lagi. Mereka tidak memiliki apa yang Yesus hendak tawarkan. Tetapi karena mereka memang tidak pernah memilikinya, mereka tidak mengetahui bahwa mereka kekurangan sesuatu.
Perempuan Samaria ini sangat baik di dalam memahami Kitab Suci, tetapi dia memiliki kekosongan. Dahaga yang tidak disadari. Dahaga terhadap penerimaan orang-orang sekotanya. Dia harus mencari air sendirian di siang hari, tentu dia menghindarkan diri dari perempuan-perempuan lain yang mengambil air. Dia mencari waktu yang khusus, waktu di mana tidak seorang pun pergi mengambil air. Dia tidak sadar keadaan dirinya yang kosong. Segala pengertian theologinya tidak menyelamatkan dia dari perasaan kosong seperti ini. Betapa sering kita memenuhi pikiran kita dengan kerangka berpikir, konsep, ide, dan pengertian-pengertian theologis yang limpah, tetapi hati kita tetap kosong. Pikiran yang penuh tetapi hati yang kosong hanya akan memberikan hidup yang kosong. Itu sebabnya kita perlu berdoa agar Tuhan meluaskan (melapangkan) hati kita (Mzm. 119:32). Firman Tuhan harus ditampung oleh pikiran yang taat dan hati yang luas.
Tetapi bukan saja pengertian yang dapat membuat kita kosong. Bahkan kegiatan rohani pun pada akhirnya hanya akan melelahkan dan membuat kering. Tanpa ada aliran air di dalam jiwa kita, kita akan terus kering dan kosong. Kita melelahkan diri dengan bertindak saleh, tetapi jiwa kita tidak pernah sungguh-sungguh mendapatkan dorongan untuk bertindak saleh. Kita tidak sungguh-sungguh mengalami kesalehan di dalam hati, tetapi hanya tindakan. Jika hanya tindakan kita yang saleh, maka mungkinkah tindakan itu menolong jiwa kita yang kosong? Kesalehan sejati tidak hanya terdapat pada tindakan. Kesalehan sejati dimulai dari jiwa yang dipenuhi dengan kasih dan kekaguman kepada Allah. Karena kasih dan perasaan kagum akan kemuliaan-Nya inilah maka kita beribadah kepada Dia. Karena sukacita dari dalam, maka seseorang bernyanyi dan menari. Tetapi bernyanyi dan menari tidak akan mengakibatkan sukacita ke dalam. Demikian juga kesalehan yang sejati mendorong seseorang beribadah kepada Allah, tetapi tindakan beribadah itu sendiri tidak akan memberikan kesalehan ke dalam diri seseorang. Barang siapa berhati kosong, dia pasti akan haus lagi.
Allah mau memanggil umat-Nya datang beribadah kepada Dia, dan Allah memanggil umat-Nya melalui dua hal. Allah memanggil umat-Nya melalui penebusan Anak-Nya agar kita dapat menjadi umat-Nya yang diperkenan oleh Dia. Penebusan yang menjadikan kita milik Allah dan membuat kita tidak lagi berada di dalam murka-Nya. Betapa mengerikannya kedatangan Kerajaan Allah jika kita masih berada di dalam murka-Nya! Yang kedua adalah melalui Roh Kudus-Nya. Allah memanggil umat-Nya menjadi milik-Nya untuk beribadah kepada-Nya melalui kehadiran Roh Kudus di dalam diri mereka. Roh Kudus yang menggerakkan mereka untuk mengasihi Dia, menikmati Dia, menginginkan Dia, mencari wajah-Nya, dan merindukan perkataan-Nya. Roh Kudus yang memberikan kepada kita hati yang baru, yang menyadari betapa besar kita memerlukan dan menginginkan Allah. Tuhan tidak ingin umat-Nya menjadi sekelompok orang yang kering dan kosong, mati, serta tidak bergairah. Tetapi demikianlah keadaan umat-Nya. Mereka kering, kosong, mati, tidak bergairah padahal mereka menjalankan ibadah mereka dengan sangat tekun. Bukankah ini juga keadaan kita? Kita beribadah kepada-Nya, memuji Dia, menyanyikan lagu memuji kemuliaan-Nya, tetapi semua dilakukan tanpa digerakkan oleh hati yang menyala-nyala dan limpah. Beginikah cara umat-Nya menikmati Tuhan dan hidup beribadah kepada-Nya? Cukupkah keadaan kita yang suam-suam kuku? Cukupkah hati yang hanya sedikit digerakkan oleh kemuliaan-Nya? Tidak! Sama sekali tidak! Roh Kudus akan memberikan kepada kita hati yang limpah, jiwa yang bergairah, dan kelimpahan yang membuat kita menjadi milik-Nya selamanya. Kelimpahan yang terdiri dari kasih kepada-Nya. Kelimpahan yang muncul dari kesadaran akan kasih-Nya. Kelimpahan yang diberikan Roh Kudus melalui pengenalan akan Dia karena mendengar firman-Nya. Kelimpahan yang sudah lama tidak lagi kita miliki! Mintalah air itu kepada Kristus! Mengapa tenang dengan keadaan yang hanya sedikit di atas keadaan seorang yang mati rohani? Mengapa puas dengan kekosongan hati? Mengapa beribadah dengan ketekunan yang besar, tetapi kekosongan hati yang besar juga? Keadaan ini harus berhenti. Berhenti menjadi umat yang palsu, yang penuh dengan kekosongan dan hati yang datar, yang tidak pernah digerakkan oleh kasih dan kebenaran Tuhan, dan yang tidak pernah menggerakkan kita untuk sujud kepada Dia. Mintalah, dan Kristus akan memberikan kepada kita air hidup. Air yang memancar menjadi mata air dan mengalir terus sampai Kerajaan Allah dipulihkan dan kita semua menikmati hidup yang kekal bersama dengan Dia. (JP)