Mengenakan Kristus

Devotion from Roma 13:12-14

Setiap orang Kristen harus menaati firman Tuhan. Setiap orang Kristen juga harus hidup suci. Setiap orang Kristen juga dituntut untuk mengasihi. Tetapi apakah kenyataannya setiap orang Kristen dapat melakukan hal-hal ini dengan sempurna? Tidak. Lalu apakah yang harus dikerjakan oleh orang-orang tidak sempurna ini dalam usahanya untuk mencapai yang sempurna? Mungkinkah kita akan mencapai kesempurnaan kesucian di dunia ini? Tidak. Jika demikian, apakah yang dituntut Tuhan dari kita? Dalam bagian sebelumnya kita sudah belajar bagaimana Tuhan menginginkan kita untuk saling mengasihi. Apakah mengasihi itu? Mengasihi adalah sesuatu yang dituntut oleh Tuhan setelah Tuhan lebih dahulu mengasihi kita. Kita dituntut untuk berespons kepada Tuhan. Kita tidak berinisiatif untuk mengasihi, tetapi kita dituntut untuk mengasihi sebagaimana Tuhan sudah lebih dahulu mengasihi. Karena itu mengasihi adalah suatu tindakan yang meneladani Tuhan yang sudah lebih dahulu mengasihi kita.

Tindakan mengasihi yang kita lakukan haruslah kembali kepada firman Tuhan. Mengapa? Karena kita tidak tahu bagaimana mengasihi. Kita tidak tahu apa yang Tuhan tuntut untuk kita lakukan. Karena itu kita diperintahkan untuk mengasihi dengan menaati firman Tuhan. Apakah kasih itu? Tidak melanggar hukum Tuhan. Mengapa? Karena dunia yang makin lama makin terbiasa berbuat jahat ini adalah dunia yang sangat mungkin membuat kita terpengaruh di dalam kejahatannya. Karena itu ketika Tuhan mengingatkan antara kasih dengan tidak melanggar hukum, Dia mengingatkan juga keadaan dunia yang makin melupakan kasih dan makin terbiasa melanggar hukum. Dua golongan, yaitu gereja dan dunia, menuju ke dua arah yang berbeda. Gereja makin mengasihi dan menaati hukum Tuhan, sedangkan dunia makin kehilangan kasih dan terbiasa melawan hukum Tuhan.

Pada zaman Paulus, orang-orang Romawi memiliki hidup yang sangat rusak. Kebiasaan foya-foya, mabuk-mabukan, dan kehidupan seks yang rusak menjadi sesuatu yang biasa. Orang-orang Kristen tinggal di tengah-tengah lingkungan yang seperti ini. Tiap-tiap hari mereka melihat tingkah laku penuh dosa dari orang-orang ini. Ditambah lagi banyak di antara orang-orang yang sekarang sudah menjadi Kristen dulu adalah orang-orang yang ikut dalam perbuatan dosa yang sedemikian. Sangat mudah untuk orang Kristen terlibat di dalam dosa-dosa tersebut. Bila tiap-tiap hari orang-orang sekeliling mereka melakukan hal-hal tersebut, maka kemungkinan hal-hal tersebut tidak lagi dianggap dosa itu sangat mungkin. Inilah cara iblis menggoda kita untuk berbuat dosa. Yang pertama dia akan menyatakan bahwa apa yang dikerjakan itu bukan dosa. “Bukankah semua orang melakukannya? Masak sih semua orang berdosa? Tidak, kok… lakukan saja! Semua orang kan juga melakukannya…” lalu kemudian iblis akan mengatakan bahwa kalaupun itu dosa, hanyalah dosa yang ringan. Kecil saja. Tidak parah! Dan cara ketiga yang dilakukan iblis adalah “memberikan kekuatan” kepada kita untuk berdosa dengan mengatakan bahwa kita sanggup berhenti kalau mau. “Sudah, lakukan saja. Memang dosa, sih, tetapi bukan dosa besar, kok… semua orang lakukan! Lagipula kamu orang yang kuat, kok. Pasti sanggup berhenti kapan pun kamu mau. Apalagi kan kamu sudah tahu theologi yang benar… pasti jauh lebih kuat daripada orang-orang lain yang kacau theologinya.” Dan ketika seseorang masuk dalam tipuan iblis ini barulah dia mengerti bahwa dosa itu sangat merusak dan jauh lebih besar daripada kekuatan kita untuk meninggalkannya. Tetapi sering kali ketika seseorang sadar akan hal ini semua sudah terlambat.

Menghadapi lingkungan yang penuh dosa ini, orang-orang Kristen di Roma perlu kekuatan dari Tuhan. Inilah mengapa Paulus menuliskan bagian ini, yaitu supaya orang-orang Kristen, bukan hanya di Roma, tetapi di mana pun, tahu bagaimana melawan dosa. Apa sajakah yang diajarkan Paulus?

  1. Kesadaran akan Situasi Perang
    Dalam ayat 12 Paulus mengatakan marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan. Paulus mengingatkan kepada setiap orang Kristen bahwa dulu kita semua mengenakan perbuatan-perbuatan kegelapan sebagai pakaian kita. Itulah yang menjadi identitas kita. Pakaian kita adalah pakaian kecemaran dan kejahatan. Dengan menjadi milik Kristus kita harus meninggalkan semua jenis kecemaran ini seperti seorang yang melepaskan pakaian. Tetapi Paulus mengatakan setelah melepaskan pakaian kecemaran, kita harus memakai pakaian perang terang. Kenakanlah senjata terang, demikian ditulisnya. Sering kali kita merasa bahwa meninggalkan dosa atau pengudusan adalah sesuatu yang terjadi secara otomatis tanpa perjuangan apa pun dari kita. Ini merupakan cara pandang yang salah. Memang benar bahwa kita diselamatkan oleh Kristus dan Roh Kudus menyucikan kita dari dosa. Memang benar bahwa ini merupakan sesuatu yang terjadi di luar kekuatan kita karena kita adalah pendosa-pendosa cemar yang terlalu kotor dan lemah untuk bisa hidup suci. Tetapi hal ini tidak berarti kita menjadi orang-orang yang menyenangi keadaan kotor kita dan tidur di dalamnya. Kita bukanlah orang-orang yang menikmati dosa. Orang yang mengatakan membenci dosa tetapi tidak melakukan apa-apa untuk meninggalkan dosa adalah orang yang penuh dengan kontradiksi diri. Seorang yang mengatakan membenci lintah tidak akan duduk tenang-tenang dalam kubangan yang penuh dengan lintah, kan? Dia akan berjuang untuk keluar dari kubangan tersebut. Walaupun terperosok berkali-kali dia akan terus berjuang. Mengapa? Karena dia benci ditempel oleh lintah-lintah yang menggemukkan diri mereka dengan darahnya.

    Kristus menyelamatkan kita dan Roh Kudus menyucikan kita. Ini benar. Tetapi ini juga berarti kita beriman kepada Kristus dan kita berjuang untuk hidup suci. Yang satu tidak meniadakan yang lain. Untuk itulah Paulus mengingatkan untuk mengenakan senjata perang. Mengenakan baju perang untuk hidup di dalam terang. Jangan merasa diri sudah kuat. Jangan merasa diri tidak mungkin tergoda. Dan jangan pernah berpikir dosa akan berhenti menggoda kita. Iblis tidak akan tinggal diam. Alkitab mengatakan bahwa Iblis mengaum-aum seperti singa dan mencari orang-orang yang dapat ditelannya. Siapakah yang dapat ditelannya? Burung unta. Mengapa? Karena burung unta sembunyikan kepala dalam pasir dan merasa dunianya adalah dunia gelap yang aman karena bebas dari singa. Tidak lihat singa bukan berarti singanya tidak ada! Tidak awas terhadap dosa akan membuat kita mudah ditelan oleh iblis. Sadarkah bahwa kita sedang berperang? Tidak ada kata santai! Saat kita lengah kita akan jatuh. Seorang yang sedang berperang akan awas dan peka terhadap segala hal supaya musuh tidak memanfaatkan celah untuk mengalahkan dia. Seorang yang sedang berlibur akan tidur-tiduran, santai, berjemur di pantai sambil minum air jeruk. Kita sedang berperangkah? Atau sedang berlibur?

  2. Stabil dan Progresif
    Ayat 13 mengatakan untuk hidup dengan sopan. Hidup sopan dapat juga diterjemahkan berjalan dengan semestinya. Paulus mengatakan untuk memiliki suatu langkah yang stabil tetapi konsisten. Berjalan di dalam terang, bukan berlari lalu setelah itu kehabisan tenaga dan berhenti. Hari demi hari menjadi makin baik, meskipun perlahan-lahan, tetap lebih baik daripada hari ini menjadi seperti Elia dengan segala kuasanya, tetapi hanya bertahan selama seminggu, sesudah itu kembali hidup seperti Raja Ahab. Perubahan sejati adalah perubahan yang konsisten. Terus menerus terjadi. Entah dramatis ataupun bertumbuh selangkah demi selangkah, pertumbuhan sejati merupakan hal yang terus menerus harus terjadi. Dengan mengenal hal ini maka hari demi hari kita akan menghidupi hidup yang berkenan kepada Tuhan sebagai cara yang seharusnya.

    Hidup dalam terang bukanlah suatu opsi, tetapi merupakan sesuatu yang seharusnya kita kerjakan. Hidup dalam terang juga bukanlah suatu prestasi hebat yang dicapai oleh seseorang, melainkan cara hidup yang sewajarnya dimiliki oleh orang percaya. Mengasihi Tuhan, mengasihi sesama, dan mengasihi kekudusan Tuhan bukanlah merupakan suatu prestasi yang harus diberikan penghargaan, tetapi hal-hal tersebut adalah yang seharusnya dilakukan, dan tidak melakukan hal-hal tersebut merupakan suatu penghinaan terhadap Tuhan. Maka berjalan di dalam kepantasan, kesopanan, dan keadaan yang sewajarnya, merupakan hal-hal yang secara konsisten harus dimiliki di dalam hidup sehari-hari.

    Dalam ayat ini juga Paulus memperingatkan kembali mengenai kerusakan yang terjadi. Kemabukan, pesta pora, perdebatan karena kepentingan diri, semua ini merupakan hal-hal yang dilakukan untuk menyenangkan diri dengan cara yang membangkitkan murka Allah. Ini adalah kesenangan dunia yang dilakukan untuk mencapai kepuasan diri dengan cara yang menjijikkan. Orang-orang yang ingin memuaskan nafsu seksnya dengan cara yang amat rendah melakukan percabulan. Orang-orang yang ingin memuaskan nafsu makan berpesta pora menikmati makanan dengan jauh melebihi yang seharusnya. Orang-orang serakah terus mencari keuntungan tidak peduli berapa banyak hal yang sudah dia langgar. Orang-orang yang mencari nama terus melakukan hal-hal yang meninggikan diri dan membuat diri dikenal. Semua hal-hal ini berfokus kepada diri. Ini sangat bertentangan dengan prinsip kasih. Maka Paulus mengatakan, hiduplah dengan cara yang seharusnya. Berjalanlah dengan sepatutnya hari demi hari. Bukan hidup suci hanya kalau natal, atau hari minggu, atau kalau ada pelayanan, tetapi setiap saat, setiap melangkah dalam hidup, harus dilakukan dengan seharusnya sebagai orang-orang kudus.

  3. Berada di Dalam Kristus
    Paulus menulis dalam ayat 14 suatu penutup yang sangat baik bagi pasal 13 ini. Kekuatan kita untuk mengalahkan dosa berada pada Yesus Kristus. Hanya bila kita berada dalam Yesus Kristus barulah kita dapat memiliki kekuatan untuk berperang. Perlengkapan senjata terang yang dimaksudkan Paulus adalah Kristus. Kristuslah yang menjadi kekuatan untuk menghancurkan kuasa Iblis. Kita tidak mempunyai kemampuan apa-apa, tetapi Kristus sudah menang, dan karena itu kita memiliki kekuatan di dalam Dia.

    Hal pertama yang menjadi kekuatan kita dengan berada di dalam Kristus adalah kuasa dari pembenaran kita. Iblis adalah lawan yang berpura-pura menjadi kawan untuk membuat kita jatuh ke dalam dosa, tetapi kemudian menjadi lawan yang mendakwa kita di hadapan Allah. Tetapi Alkitab mengatakan bahwa Yesus justru menjadi pembela bagi kita. Mengapa? Karena kita telah menjadi milik Allah di dalam Kristus. Kristus telah menebus kita dan memberikan status baru kepada kita. Kita yang dulunya adalah pendosa sekarang disucikan. Kita yang dulunya dimurkai Allah sekarang dikasihi. Kita yang dulunya menjadi musuh sekarang menjadi anak. Apakah jika kita jatuh ke dalam dosa kita akan kehilangan status ini? Tidak. Karena kita mendapatkan status ini di dalam Kristus. Kristus yang telah memberikannya kepada kita dengan kelayakan-Nya. Karena itu berada di dalam Kristus merupakan kekuatan bagi kita untuk berperang melawan dosa. Ketika berperang melawan dosa kita akan merasa lelah, merasa lemah, merasa tidak sanggup, tetapi kita tidak mungkin kalah. Status kita sebagai anak telah dijamin oleh Anak Allah sendiri, dan karena itu tidak mungkin hilang lagi dari kita.

    Hal yang kedua, mengenakan Kristus juga merupakan tindakan yang kita kerjakan secara aktif. Berada di dalam Kristus berarti juga meneladani cara Kristus hidup. Kita meneladani Kristus yang membenci dosa. Kita meneladan Dia yang taat kepada Allah. Kita meneladani Yesus yang rela mati untuk menggenapkan rencana Allah. Kita meneladani Tuhan kita yang mendapatkan kemenangan-Nya dengan kebertundukan mutlak. Mengenakan Kristus berarti kerelaan dan kesiapan untuk memikul salib kita masing-masing. Surat kepada orang Ibrani mengatakan bahwa perjuangan kita melawan dosa belum sampai mencucurkan darah. Siapakah yang bergumul melawan dosa hingga mencucurkan darah? Kristus! Tetapi Dia bukan bergumul melawan dosa-Nya sendiri, melainkan bergumul karena dosa-dosa kita. Dia dicambuk, dipaku, dan mati di atas kayu salib untuk dosa kita. Karena itu meneladani Kristus berarti berjuang hingga seperti orang yang mencucurkan darah untuk mengalahkan dosa. Apakah kita telah memiliki jaminan kemenangan itu? Ya! Apakah kita tidak perlu berjuang? Tidak! Berjuang seperti orang yang mencucurkan darah di dalam jaminan kemenangan. Inilah cara Tuhan. Apakah Kristus pasti akan datang menjadi Raja? Ya! Apakah Dia tidak perlu berjuang? Tidak! Berjuang hingga mencucurkan darah walaupun Dia pasti akan memperoleh takhta-Nya yang jauh lebih mulia dari segala kemuliaan yang ada di dunia ini.

    Hal yang berikutnya, mengenakan Kristus adalah juga memiliki relasi dengan Bapa di surga sama seperti Kristus memiliki relasi dengan Bapa di surga. Kristus adalah Anak yang dikasihi Bapa. Dalam Kristus kita juga menjadi anak-anak yang dikasihi Bapa. Kristus mengasihi Bapa. Dalam Kristus kita juga mengasihi Bapa. Relasi kita yang intim dan penuh kasih dengan Bapa membuat kita membenci dosa. Mengapa? Karena dosa membuat kita jauh dari Allah yang kita kasihi. Dulu kita membenci Allah dan mengasihi dosa. Setelah kita diselamatkan Tuhan, kita menjadi orang-orang yang mengasihi Allah dan membenci dosa. Kita tidak lagi memiliki ketertarikan kepada dosa. Relasi dengan Allah menjadi sesuatu yang amat mulia yang tidak mungkin kita tukarkan dengan apa pun juga. Apakah kita mengasihi Allah? Apakah kita menganggap relasi dengan Allah sebagai yang paling penting? Seharusnya kita menjawab “ya” untuk kedua pertanyaan ini. Relasi dengan Allah adalah yang paling penting. Siapakah yang mau menukarkan berlian yang dia miliki untuk kotoran kucing? Tetapi dosa membuat kita buta sehingga kita lebih memilih kotoran kucing dan mengabaikan berlian. Mengapa kita menukarkan relasi yang intim dengan Allah dengan terus berbuat dosa? Mengapa kita begitu bodoh, rela merusak relasi kita dengan Allah demi berbuat dosa? Mengapa kita begitu buta dan tidak melihat keindahan kemuliaan berelasi dengan Allah dan terpikat oleh cahaya palsu dari dosa? Kiranya Tuhan berbelas-kasihan kepada kita semua dan memberikan kekuatan kepada kita di dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, untuk memasuki dan memulai tahun yang baru. Bagi Kristus dan bagi Kerajaan-Nya! (JP)

× Silahkan Hubungi Kami