Sebelum mati, Daud memberikan nasihat-nasihatnya untuk Salomo supaya kerajaan Salomo dapat menjadi kokoh. Nasihat yang pertama adalah agar Salomo berani menanggung apa yang perlu dia pikul sebagai raja. Daud akan segera mati dan Salomo tidak boleh menggantungkan dirinya kepada Daud. Dia harus menjadi kuat dan memulai panggilannya menjadi seorang raja walaupun tanpa penyertaan Daud. Ini nasihat yang sangat penting dari seorang ayah kepada anaknya. Suatu saat sang ayah akan mati dan anak itu harus sanggup memikul beban panggilannya sendiri. Dia harus mampu walaupun tidak ada lagi bimbingan dari ayahnya. Inilah nasihat yang indah. Tidak ada gunanya membuat anak bergantung kepada orang tua. Seorang anak laki-laki yang tidak bisa memikul tanggung jawab akan hidup dengan cara yang sangat memalukan. Seorang anak laki-laki yang disediakan segala kebutuhannya oleh orang tua akan menjadi anak yang mempermalukan orang tuanya sendiri. Jika kita diberikan anugerah seorang anak laki-laki, jangan sediakan semua bagi dia, tetapi latihlah dia memikul bebannya sendiri dan beban orang lain juga.
Hal berikutnya adalah Daud mengajarkan kepada Salomo untuk mengikuti firman Tuhan, yaitu Taurat Musa. Inilah rahasia kesuksesan Daud sebagai raja. Dia bukanlah raja yang paling cerdas atau paling hebat dalam strategi perang. Dia bahkan bukan raja paling berani. Dia menyatakan berkali-kali ketakutannya di dalam Mazmur-mazmurnya. Tetapi karena dia menaati Taurat, itulah sebabnya dia menjadi raja yang terus dipimpin dan diberkati Tuhan. Perbedaan raja-raja dunia dengan raja Israel adalah raja Israel harus memiliki Taurat di dekat takhtanya sehingga dia menaati Taurat dan menempatkannya sebagai otoritas paling tinggi, bukan dirinya sendiri (Ul. 17:18-19). Hikmat sejati hanya ada pada firman Tuhan. Kiranya firman Tuhan menjadi otoritas paling tinggi dalam hidup kita sekalian. Kiranya firman Tuhan ada di sebelah meja kerja kita, atau tempat belajar kita, sehingga kebenaran firmanlah yang kita dengarkan lebih daripada pengertian-pengertian dari dunia ini. Biarlah keindahan firman Tuhan memberikan gairah kepada hidup kita. Biarlah kesucian Tuhan yang dinyatakan di dalam firman-Nya mengontrol etika hidup kita. Biarlah kebenaran firman Tuhan mencelikkan mata kita untuk melihat segala hal yang ada di dalam dunia ini dengan tepat. Biarlah kebenaran sifat Tuhan yang nyata dalam firman-Nya membuat kita mempunyai karakter yang agung.
Kemudian dalam ayat 4 dikatakan bahwa Salomo harus hidup dengan setia di hadapan Tuhan supaya janji Tuhan bisa diterimanya. Kesetiaan mengikuti Tuhan berarti konsisten di dalam menaati Tuhan. Konsisten di dalam mengasihi Tuhan. Konsisten di dalam mengagumi Tuhan. Konsisten di dalam mengikuti Tuhan. Konsisten di dalam menyembah Tuhan dan beribadah kepada-Nya. Apakah gunanya kita mempunyai jiwa yang rela berkorban bagi Tuhan, bahkan rela mati demi Tuhan hari ini, tetapi besok kita menyangkal Dia? Apakah gunanya kita menaati Dia sekarang, tetapi begitu keadaan menjadi sulit, kita mengabaikan firman-Nya? Salomo dinasihati oleh Daud agar tetap setia dengan segenap hati dan segenap jiwa. Dia tidak boleh berbelok ke kiri dan ke kanan. Bisakah Salomo setia? Di dalam masa tuanya Salomo jatuh ke dalam penyembahan berhala (1Raj. 11:4-5). Jika Salomo pun gagal, betapa kita harus dengan gentar minta kekuatan dari Tuhan! Kita tidak boleh gagal! Kita tidak boleh tidak setia kepada Tuhan! Bukankah Kristus telah datang dan mengorbankan diri-Nya di atas kayu salib demi dosa kita? Salomo belum melihat kegenapan janji Allah di dalam Kristus! Itu sebabnya kita harus berjuang untuk setia kepada Tuhan. Berdoalah terus minta Tuhan menjaga kita agar kita tidak jatuh ke dalam dosa. Berdoalah supaya Tuhan menjauhkan kita dari pencobaan. Tetapi setelah berdoa, berjuanglah! Berjuanglah untuk menaati Allah! Berjuanglah melarikan diri dari pencobaan! Berjuanglah untuk berpaut kepada firman Tuhan. Kiranya Tuhan memberikan kekuatan kepada kita.
Hal berikutnya adalah penghukuman bagi Yoab. Yoab membunuh Abner dan Amasa, dua panglima Israel yang besar. Tetapi, karena tindakan Yoab justru memperkokoh kerajaan Daud, tidak ada orang yang ingin membunuh Yoab karena tindakannya itu. Daud juga tidak melakukan tindakan apa-apa. Alkitab tidak memberikan alasan mengapa Daud tidak menghukum Yoab. Daud sering kali gagal menyatakan keadilan dengan memberikan hukuman, terutama kepada orang-orang dekatnya. Di satu sisi ini adalah kelemahannya. Dia membiarkan orang-orang, terutama orang-orang yang dikasihinya tidak dihukum, sehingga justru menjerumuskan mereka ke dalam kefasikan yang lebih besar. Tetapi di sisi lain ini adalah kelebihannya, sehingga di dalam kehidupan Daud kita melihat adanya contoh untuk memahami kasih pengampunan Allah. Namun dia mengingatkan Salomo agar membereskan apa yang dia tidak sanggup lakukan. Salomo harus bertindak terhadap orang-orang ini agar kerajaannya bebas dari hutang darah apa pun. Hutang darah karena tidak menghukum orang yang bersalah. Daud meminta dia membunuh Yoab karena dua dosa pembunuhan yang telah dia lakukan. Apakah Yoab dibunuh karena memihak kepada Adonia? Tidak. Yoab dibunuh karena dia membunuh dua orang yang tidak layak untuk dimatikan. Biarlah keadilan Tuhan juga menjadi kerinduan kita. Kita bukan Salomo yang dapat menghukum orang-orang fasik. Kita bukanlah penegak hukum. Tetapi kita bisa terus mendoakan agar kejahatan, ketidakadilan, dan segala bentuk kekacauan di tengah-tengah bangsa kita dapat terus menerus berkurang. Biarlah kita juga belajar membedakan balas dendam dengan keadilan. Kita mengasihi musuh kita, tetapi kita juga mengasihi keadilan. Demi kesucian Tuhan mereka yang bersalah melanggar hukum dan merugikan orang lain harus menerima konsekuensinya.
Demikian juga dengan ayat 8 dan 9. Daud meminta agar Salomo menghukum mati Simei yang mengutuk Daud dengan kutuk yang kejam. Apakah ini masalah pribadi? Bukan. Simei mengutuk orang yang diurapi Allah (2Sam. 19:21), sehingga dia layak mati. Tetapi Daud tidak mau kembalinya ke Yerusalem setelah dikejar-kejar oleh Absalom diwarnai dengan hukuman mati. Dia ingin saat di mana dia boleh kembali bertakhta atas Israel menjadi perayaan bagi semua orang, termasuk Simei sekalipun. Tetapi Daud berpikir, kalau orang yang mengutuk Tuhan tidak dihukum, jangan-jangan nanti Tuhan menghukum kerajaan Salomo. Maka dia meminta Salomo bertindak tegas kepada Simei. Hukuman berat menanti Simei karena menghina orang yang diurapi Tuhan. Biarlah hal ini membuat kita sadar untuk tidak bermain-main dalam berelasi dengan Tuhan. Biarlah kita memberikan hormat sebagaimana yang sepatutnya kita beri kepada Allah. Biarlah kita juga memberikan hormat yang sama kepada Sang Anak Allah, yaitu Kristus. Meskipun hukuman dunia tidak mengancam kita, tetapi kebencian Tuhan terhadap dosa menghina kekudusan Tuhan haruslah menjadi kekuatan yang cukup bagi kita untuk membenci dosa-dosa seperti itu. Biarlah kita memandang hormat Allah Tritunggal dan segala hal yang berkait dengan kemuliaan Allah.
Hal yang terakhir adalah Salomo harus mengingat siapa yang pernah berjasa lalu membalas jasa baik mereka. Kerajaan Salomo tidak akan kokoh kalau dia tidak tahu bagaimana menghargai orang benar. Barzilai dan keluarganya adalah orang-orang benar. Mereka menghormati Daud dan melayani raja yang diurapi Tuhan ini walaupun Daud sedang berada dalam pelarian. Oleh sebab itu Daud meminta Salomo untuk mengasihi keluarga Barzilai dan mengizinkan mereka menjadi seperti salah satu dari anak-anak raja yang mendapatkan makanan dari meja raja. Memang benar bahwa Tuhanlah sumber dari segala berkat. Tetapi Tuhan juga memakai saluran berkat-Nya, yaitu orang-orang di sekitar kita. Ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat-Nya harus mencakup ucapan syukur kepada saluran berkat-Nya tersebut. Kita akan menjadi orang-orang yang tidak tahu diri kalau kita tidak tahu bagaimana menghargai orang-orang yang Tuhan sudah pakai untuk menyalurkan berkat-Nya kepada kita. Jika kita tidak tahu bagaimana membalas kebaikan orang, maka sebenarnya kita telah menjadi orang bebal yang tidak bisa dididik. Kita akan menjadi orang yang sulit untuk dihargai orang lain karena rendahnya penghargaan kita kepada orang-orang yang telah Tuhan pakai untuk memberkati kita.
Inilah hal-hal yang Daud ingatkan. Semua ini adalah untuk mempertahankan kokohnya kerajaan Salomo. Semua ini tidak ada kaitan dengan dendam pribadi Daud atau ucapan terima kasih pribadi Daud. Semua ini berkait dengan berkat Tuhan bagi Israel. Daud sendiri pernah mengalami bencana kelaparan berat yang diderita oleh seluruh kerajaannya karena ada hutang darah pada Saul (2Sam. 21:1). Daud tidak ingin ada hutang darah yang dia tinggalkan. Itu sebabnya dia meminta Salomo bertindak. Kalau Salomo melakukan tindakan yang bijaksana, maka kerajaannya akan kokoh. Kokoh bukan karena musuh-musuh disingkirkan, tetapi kokoh karena tidak ada lagi kefasikan dalam bangsa Israel yang akan membuat Tuhan enggan untuk memberkati bangsa itu. Kokoh karena Tuhan berkenan untuk menyertai, sebab tidak ada kefasikan yang dibiarkan terjadi di tengah-tengah Israel. Tuhan berkenan untuk menyertai, sebab raja Israel takut akan firman Tuhan dan setia kepada-Nya. Demikian juga kerinduan kita untuk hidup setia dan taat kepada Tuhan adalah supaya Tuhan memberikan kepada kita kelimpahan berkat, yaitu penyertaan-Nya bagi kita. Itulah berkat sejati yang dapat kita rasakan jika kita setia kepada Dia.
Setelah mengucapkan nasihat-nasihat ini Daud pun mati. Dia dikuburkan di salah satu kota benteng Yerusalem dan berakhirlah pelayanannya sebagai gembala umat Tuhan. Dia meninggalkan kerajaan yang sangat kokoh bagi Salomo. Dia mencatatkan dirinya juga sebagai raja yang paling diperkenan Tuhan di dalam sepanjang sejarah bangsa Israel. Dia telah berdiam bersama-sama dengan Tuhan dan sekarang dia menantikan saat di mana Tuannya sekaligus Anaknya, yaitu Kristus (Mat. 22:42-45), bertakhta untuk selama-lamanya. (JP)