Orang Buta Melihat
Devotion from Matius 20:29-34
Yesus dan murid-murid tiba di Yerikho dan melaluinya untuk mencapai Yerusalem. Di situ ada dua orang buta yang terus berteriak-teriak memanggil Yesus. Mereka berseru dengan sangat tepat memanggil Dia, yaitu “Anak Daud”. Kita tidak tahu apakah mereka benar-benar mengerti siapa Yesus atau hanya karena dengar-dengar dari perdebatan orang-orang sekitar mereka. Mungkin juga mereka tidak mengerti apa yang mereka katakan. Mereka hanya tahu nama itu dari berita yang menyebar di tengah-tengah orang banyak. Inilah keadaan orang yang terdesak. Tidak tahu kepada siapa harus berseru. Orang-orang di sekeliling mereka juga tidak sanggup tolong mereka di dalam keadaan seperti ini. Tetapi seruan mereka sangat tepat. Hanya Anak Daud yang sanggup memulihkan keadaan di bumi ini menjadi damai sejahtera.
Allah menciptakan bumi dan segala isinya dengan sangat baik (Kej. 1:31). Tidak ada kesalahan dan tidak ada kegagalan. Ketika manusia sebagai wakil Allah memberontak kepada Allah, pada waktu itulah anugerah Allah ditarik sehingga berbagai-bagai kesulitan dan penderitaan muncul (Kej. 3:17). Hingga saat ini kita hidup di dalam dunia yang telah terkutuk (Kej. 5:29), tetapi kita menantikan saatnya Sang Mesias memperbaiki segala sesuatu (Rm. 8:19-21). Kapankah Dia melakukan hal ini? Ketika Dia datang kelak untuk menyatakan Kerajaan Allah di bumi ini. Tetapi sebelum saat itu Dia telah menunjukkan bahwa Dialah harapan satu-satunya bagi damai sejahtera yang mengubah kutuk atas bumi menjadi berkat. Dia mengambil kutuk itu bagi diri-Nya sendiri dan memberikan berkat bagi diri-Nya atas bumi ini. Maka Dia mengusir setan, menenangkan angin ribut, menyembuhkan orang buta, lumpuh, kusta, bahkan membangkitkan orang mati. Orang-orang sakit disembuhkan dan orang-orang mati bangkit. Ini bukan hanya pernyataan belas kasihan-Nya saja. Ini juga pernyataan bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.
Orang buta itu terus berseru-seru kepada Yesus. Seruan yang mengganggu orang banyak yang menyertai Yesus. Mereka menyuruh kedua orang buta itu untuk diam karena dua orang buta yang tidak berarti itu mengganggu kepentingan orang banyak. Siapakah dua orang ini? Dua orang ini tidak berarti. Hanya pengemis buta yang tidak berguna. Tetapi mereka hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka seharusnya diperhatikan oleh masyarakat di mana mereka ada. Tetapi orang banyak itu menyuruh mereka diam. Namun Yesus telah mendengar seruan mereka, Dia segera memanggil mereka dan bertanya kepada mereka seperti seorang hamba bertanya kepada tuannya. Inilah yang dimaksudkan “datang untuk melayani” (ay. 28). Inilah yang dimaksudkan “siapa yang mau menjadi yang terbesar harus menjadi yang terkecil” (ay. 26). Tuhan bertanya, “Apa yang kamu kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Ini merupakan pertanyaan yang begitu menghormati dua pengemis buta itu. Tuhan menghargai apa yang tidak dianggap oleh orang dunia ini. Dia menghargai orang kusta yang disingkirkan masyarakat. Dia berbicara penuh hormat kepada dua pengemis buta. Dia mengasihi manusia karena Dia adalah kasih, bukan karena manusia layak dikasihi.
Yesus menjamah mata mereka karena tergerak dengan belas kasihan. Dia mengasihani mereka dan memberikan apa yang mereka minta. Apakah Tuhan menyembuhkan mereka karena iman mereka? Bagian ini tidak menekankan hal itu. Yang ditekankan adalah belas kasihan. Alasan Yesus menyembuhkan mereka adalah karena Dia berbelaskasihan kepada mereka. Tuhan menyentuh mata mereka dan menyembuhkan mereka.
Dua orang buta sekarang telah menyaksikan sendiri kuasa Tuhan yang dinyatakan atas mereka. Sekarang mereka memiliki pengertian tentang Yesus dengan sangat jelas. Maka mereka pun pergi mengikut Yesus masuk ke Yerusalem. Apakah mereka menjadi pengikut yang setia? Kita tidak tahu. Apakah mereka termasuk yang meninggalkan Yesus ketika Dia ditangkap? Kita juga tidak tahu. Yang kita tahu adalah pada saat ini kedua orang itu menjadi pengikut Yesus yang telah menyembuhkan mata mereka.
Untuk Direnungkan:
Hal pertama yang menjadi bahan renungan kita adalah keadaan dunia dan Kerajaan Allah. Dunia kita merupakan dunia yang rusak, tetapi masih ditopang oleh kasih karunia Allah. Allah masih beranugerah sehingga dunia ini tetap memancarkan kemuliaan-Nya. Meskipun demikian dunia ini pun telah terkutuk karena dosa. Dunia ini penuh dengan berbagai-bagai kesulitan dan sengsara yang harus dialami semua orang. Meskipun semua orang harus mengalami kesulitan dan sengsara, tetapi kesulitan dan sengsara masing-masing orang pasti berbeda. Ada yang sulit karena menderita secara fisik. Ada yang sulit karena tinggal di negara dengan keadaan yang rusuh. Ada yang sulit karena keluarga yang jahat. Ada yang sulit karena kehilangan orang-orang yang dikasihi. Ada yang sulit karena penyakit. Sering kali keadaan-keadaan ini membuat orang meragukan kedaulatan Tuhan atau motivasi Tuhan menciptakan dunia ini. Tetapi Tuhan dengan tulus terus menyatakan cinta kasih-Nya. Iblis yang mau kita meragukan Tuhan. Tetapi apakah yang pernah Iblis berikan kepada kita selain berita-berita simpang siur yang meragukan kasih dan kebaikan Tuhan? Sebaliknya Tuhan terus memelihara hidup manusia. Dia menopang dunia dan isinya ini meskipun orang-orang menolak dan melawan Dia. Dia dengan sabar terus memanggil manusia kembali kepada-Nya. Tidak tahukah manusia bahwa awal mula segala penderitaan adalah dosa? Mengapa terus berdosa? Mengapa terus menabur kebinasaan sehingga pada waktu penuaian kamu harus mati? Berbaliklah kepada Tuhan sehingga kita mempunyai pengharapan sejati, yaitu Dia yang akan segera kembali memperbaiki semua kerusakan ini. Yesus akan memperbaiki dunia ini. Tidak akan ada lagi derita. Tidak akan ada lagi air mata (Why. 21:4). Tetapi ini adalah pengharapan di zaman baru, bukan sesuatu yang sudah kita terima saat ini. Namun, untuk menguatkan iman dan pengharapan kita kepada Dia, maka Dia menunjukkan siapa Dia dengan tanda-tanda yang Dia berikan pada waktu kedatangan-Nya yang pertama.
Hal kedua yang dapat kita renungkan adalah tindakan Yesus yang sangat menghargai orang yang sedang memerlukan Dia. Dia bukan seperti kita. Kita sering kali begitu jual mahal ketika diperlukan orang lain. Prinsip „siapa perlu siapa“ menjadi prinsip pegangan untuk menekan, bahkan menunjukkan superioritas kita atas orang yang memerlukan kita. Semoga kita bertobat dari kebiasaan seperti ini! Dosen menekan mahasiswa yang memerlukan dia. Pejabat pemerintah menekan orang yang perlu dia. Semua ini menunjukkan betapa jahatnya kita sebenarnya. Siapakah yang lebih tinggi dari Yesus? Seluruh dunia memerlukan Dia. Tetapi Dia tidak merasa perlu menunjukkan keberkuasaan-Nya dengan cara menekan mereka yang memerlukan Dia. Dia dengan sangat hormat bertanya, “apakah yang engkau inginkan Aku perbuat bagimu?” Mari kita teladani Dia: Melayani orang lain yang memerlukan kita, menghargai setiap orang seperti Tuhan menghargai mereka, dan menghormati orang lain sebagai orang-orang yang dihargai Tuhan. Orang besar, orang kecil, kaya, miskin, terpelajar, bodoh, semua orang harus dihormati. Mengapa? Karena penghormatan kepada manusia menunjukkan kesadaran kita bahwa mereka dicipta berdasarkan gambar dan rupa Allah, dan bahwa Yesus Kristus, Anak Allah yang mulia dan bertakhta di surga, rela mati demi mereka.
Doa:
Tuhan, tolong kami untuk mengharapkan Yesus Kristus memulihkan segala sesuatu di bumi ini. Tolong kami tidak terlena dengan kenikmatan dunia ini sehingga kami lupa penderitaan yang ada di dalamnya hanya karena kami tidak mengalaminya. Ajari kami untuk sungguh-sungguh menantikan Tuhan dan pemulihan yang akan Tuhan kerjakan. Ajari kami juga untuk sungguh-sungguh menghormati orang lain, ya Tuhan. Kami mau belajar dari Kristus yang memberikan penghormatan-Nya kepada dua pengemis hina, padahal Kristus adalah yang disembah oleh para malaikat di surga. (JP)